Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

MY FIERCE BOSS

🇮🇩fdxyaa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
16k
Views
Synopsis
Bos yang angkuh dan galak. Siapa yang akan tahan dengan semua itu? Tentu saja tidak ada! Hanya sedikit orang yang akan menerimanya dengan lapang dada. Mailan Nataria adalah satu dari sedikit orang tersebut. Dia berusaha untuk tetap mempertahankan diri dengan bos galak yang bernama Dave Smith. Tapi siapa sangka, dibalik sikap angkuh dan galaknya itu dia mempunyai hati yang sangat baik melebihi apapun. Bahkan berusaha mempertahankan sekretarisnya. Dia kadang bersikap dingin, angkuh, galak. Tapi terkadang dia juga seperti seorang malaikat.
VIEW MORE

Chapter 1 - Hari pertama bekerja yang buruk

Mailan berjalan tergesa-gesa menuju ruangan direktur perusahaan. Dia baru saja diterima kerja tapi malah terlambat dihari pertamanya. Dengan menguatkan hati, ia mengetuk pintu dan segera masuk.

"Maaf pak saya terlambat". Saat ini Mailan berusaha untuk tetap stabil. Ia sangat khawatir akan langsung dipecat karena terlambat dihari pertama bekerja. Dihadapannya, pria dengan wajah yang terlihat seperti karakter dalam komik. Sangat tampan. Terlihat tidak nyata. Mailan terkesima melihatnya. Di mejanya terdapat sebuah papan nama 'Direktur Dave Smith' Ternyata dialah bosnya.

"Kamu siapa?" pria itu hanya melihat sekilas. Seolah tidak mempedulikan orang yang ada dihadapannya.

"Saya Mailan Nataria. Sekretaris baru anda" suasana disekelilingnya sangat mencekam.

Tuhan selamatkan aku

"Baru hari pertama bekerja tapi sudah terlambat? Kesan apa yang kamu tunjukkan sekarang?"

"Maafkan saya pak. Tadi angkot yang saya tumpangi mogok. Jadi saya harus jalan kaki. Dan...." Belum selesai Mailan berbicara, bosnya telah memotong omongannya.

"Oh. Angkot mogok, lalu jalan kaki. Apakah kamu pikir saya bodoh? Apakah tidak ada kendaraan umum yang lain? Dan walaupun sama sekali tidak ada kendaraan umum, kamu bisa meminta tumpangan dengan orang yang kamu temui di jalan"

"Maaf pak, tapi..."

"Sudahlah. Pergi ke meja mu disebelah sana. Bekerja dengan baik." Dia hanya melambaikan tangannya.

Heh? Apa yang dikatakannya? Dia hanya perlu mendengar penjelasanku. Oh terjebak dengan bos segalak ini? Aku rasa Dewi Fortuna sedang tidak bersamaku.

Melihat Mailan tidak bergerak dan hanya terdiam, bosnya meliriknya dengan sinis "apa yang kamu tunggu? Menungguku mengantarmu?"

"Ah tidak. Maaf pak" Mailan tersadar dari lamunannya dan langsung pergi dari hadapan seorang monster. Ya monster!

Mailan duduk di kursinya dengan perasaan marah. Tentu saja dia marah, walaupun dia salah, seharusnya dia tidak diperlakukan seperti itu. Perasaan sedih langsung menyelimuti hatinya.

Ah kasta ku sekarang ada di bawah. Aku harus tau diri.

Sementara itu, seseorang sedang memperhatikannya dengan sedikit menyunggingkan senyuman yang sangat menawan.

------

Mailan sama sekali belum mendapatkan tugas. Apakah bos nya masih marah? Tidak ada yang tau pasti soal itu.

Aaahhh hari pertama bekerja yang sangat menyedihkan.

Mailan berjalan menuju kantin perusahaan dan memesan makanan. Lalu membawa nampan berisi makanan yang ia pesan menuju sebuah meja. Mailan melihat beberapa orang duduk berkumpul, mengobrol dan tertawa bersama. Dia memutuskan untuk bergabung dengan mereka.

"Permisi. Maaf mengganggu. Saya pegawai baru disini. Apakah saya boleh bergabung?" Mailan memberikan senyuman. Mereka terdiam selama 3 detik.

"Tentu saja boleh, kami senang jika ada teman baru. Silahkan duduk. Ah ya perkenalkan namaku Rose" seorang wanita berumur awal 40an memecah keheningan.

"Terima kasih, Ny. Rose"

"Ah kita memiliki teman yang sangat cantik. Lihatlah, terlihat sangat muda! aku Jeff. Hei siapa namamu?" Pria dengan wajah yang terlihat seperti orang Jepang sedikit menggodanya.

Mailan tersenyum malu sambil menjawab "Mailan Nataria". Tentu saja dia malu, siapapun akan bersikap seperti itu saat dipuji.

"Mailan Nataria? Tunggu. Apakah sekretaris dari direktur Smith?" Rose bertanya dengan pandangan yang sulit ditebak.

"Hm, ya begitulah"

Jeff tiba-tiba menggebrak meja hingga mengejutkan orang-orang di kantin "Ah Tuhan, kasihan sekali gadis menyedihkan ini. Aku harap kamu akan betah Mailan". Mailan hanya membalas dengan senyuman.

"Hei kawan. Jika kamu terus tersenyum seperti itu, kami bisa terkena diabetes hahaha" seorang wanita dengan rambut model bob dan kacamata berbingkai hitam tertawa sedikit keras.

"Haha baiklah. Atau mungkin aku harus memasang wajah datar saja?" Mailan menyendok makanan ke dalam mulutnya.

"Tentu saja tidak. Ah ya perkenalkan namaku clara. Aku suka berteman dengan orang cantik yang akhirnya dapat membuatku menjadi cantik secara otomatis. Mari kita berteman" Clara mengedipkan matanya

"Oh ya? Benarkah begitu? Tapi aku tidak pernah melihatmu benar-benar cantik. Aku rasa berteman dengan orang cantik malah membuatmu semakin jelek" Jeff mengejeknya yang dihadiahi tatapan sengit Clara.

"Apakah kalian akan terus bertengkar? Makanlah, waktu istirahat akan berakhir dalam setengah jam lagi anak muda" pria yang mungkin berumur 40an berkata dengan nada berwibawa. "Kami sudah terbiasa dengan ulah mereka. Jadi kuharap kamu akan terbiasa juga Mailan".

"Aku akan coba haha. Ah ya Clara, kita bisa berteman. Aku akan menjadi temanmu. Mari kita mengesahkan pertemanan kita" Mailan mengulurkan tangan kanannya sambil tersenyum dengan memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. Terlihat sangat cantik.

"Benar" Clara mengulurkan tangannya juga dan mereka berjabat tangan dengan mengatakan "Deal" secara bersamaan.

"Huh kalian mengabaikanku. Aku juga ingin berteman denganmu. Namaku Rebecca" wanita bertubuh gemuk tapi terlihat imut dan cantik mengulurkan tangannya juga. Mailan menjabat tangannya "Maafkan aku Rebecca karena telah mengabaikanmu. Aku akan menjadi temanmu juga. Dan kita semua disini bisa menjadi temankan?"

"Tentu saja. Kita semua adalah teman. Dan kamu berhasil masuk ke dalam geng kami hahaha" Jeff memang terlihat sangat jenaka.

Makan siang dihabiskan dengan banyak candaan. Dan tentu saja membuat Mailan sangat bahagia. Yah teman-teman barunya sangat menyenangkan. Mailan langsung masuk ke dalam kantor direktur dan langsung duduk di mejanya. Meja sekretaris berada dalam satu ruangan dengan direktur.

Jam makan siang masih tersisa 10 menit. Mailan menghidupkan handphone nya dan membuka WhatsApp. Sahabatnya, Yelsa, mengirim pesan 2 jam yang lalu.

{Hey girl, bagaimana pekerjaanmu hari ini?}

"Menyedihkan" Mailan hanya membalasnya dengan satu kata. Ya memang menyedihkan hari ini. Sangat.

{Apa maksudmu? Apa yang terjadi? Ada masalah apa?}

"Tadi pagi saat aku berangkat, angkot yang ku tumpangi mogok. Aku berusaha mencari angkot lain tapi tidak ada yang lewat. Yang banyak hanya taksi. Aku mana punya uang untuk naik taksi. Ongkosnya sangat mahal. Aku berusaha menumpang tapi tidak ada yang mau membantu. Akhirnya aku jalan kaki. Itu membutuhkan waktu 1 jam. Dan saat aku tiba di kantor, aku sudah terlambat 20 menit. Aku dimarahi oleh direktur yang menjadi bos ku saat ini. Aku berusaha menjelaskan tapi dia sangat keras kepala dan tidak mau mendengar penjelasanku" Mailan menjelaskan rincian kejadian, dia menambahkan emoticon sedih.

{Oh sahabatku yang malang. Nasibmu buruk saat ini. Tapi tenang saja, lakukan yang terbaik dan direktur itu pasti tidak akan segalak itu. Lalu, bagaimana dengan tugasmu hari ini?}

"Tugas apanya? Aku sama sekali belum menerima tugas apapun. Menyebalkan kan? Oh Tuhan..."

"Tidak menerima tugas? Huh. Tapi lumayan juga. Eh apa kamu tidak bertanya? Tanyakanlah. Buatlah kesan baik setelah membuat kesan buruk.}

Saat sedang membaca pesan terakhir yang dikirim Yelsa, tiba-tiba Dave memasuki ruangan. Mailan buru-buru berdiri dan membungkukkan badan sambil tersenyum. Tapi Dave hanya berjalan tanpa melihat ke arahnya.

Cih sombongnya

------

Pada pukul 3 sore lebih 20 menit, telepon di meja Mailan berdering. "Buatkan saya secangkir kopi tanpa gula secepatnya" sambungan telepon langsung terputus sebelum Mailan sempat menjawab.

Mailan langsung membuatkan kopi. Ia sangat kesal dengan bosnya itu. Kenapa dia harus terdampar dan terjebak dengan direktur yang galak seperti itu. Jika saja direkturnya itu memiliki sifat seperti Jeff, dia pasti tidak akan menjadi orang yang menyedihkan saat ini.

Mailan membuka pintu dan meletakkan kopinya di meja. Mailan tetap mempertahankan senyuman "Silahkan diminum pak". Dave yang sedang menulis sesuatu di bukunya hanya melirik sekilas dan menganggukkan kepala. Tiba-tiba Mailan mengingat pesan Yelsa 'Buatlah kesan baik setelah membuat kesan buruk.'

"Hmm, pak. Maaf sebelumnya. Tapi saya belum menerima tugas apapun dari anda. Apa tugas saya pak?". Dave menutup bukunya dan menatap Mailan. "Oh benarkah? Kamu memangnya bisa bekerja?". Omongan dengan nada mengucilkan itu berhasil membuat otak dan hati Mailan mendidih. "Tentu saja saya bisa bekerja. Jika saya tidak mampu, pasti saya tidak akan diterima bekerja disini, pak" Mailan masih tetap mempertahankan senyumannya walaupun dia ingin sekali mencabik-cabik orang yang ada di hadapannya ini.

"Baiklah jika kamu merasa begitu" Dave memberikan sebuah foto rumah yang telah menghitam karena hangus terbakar. "Lukislah ini sebagus mungkin. Hmm, lukis di kertas A3 lalu diberi bingkai yang indah. Ini tugas pertamamu". Mailan hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya.

Melukis? Tugas pertamaku adalah melukis? Apakah ini pekerjaan seorang sekretaris? Oh ini gila. Tidak, aku harus tetap melakukan yang terbaik. Tuhan... Kuatkan lah hambamu ini.

"Baiklah pak. Saya akan mengerjakannya dan akan melakukan yang terbaik" Mailan tersenyum dan keluar dari kantor dengan membawa foto yang harus dilukisnya. Karna dikantor tidak menyediakan peralatan melukis, Mailan harus keluar kantor dan pergi ke toko alat tulis terdekat. Ia membeli beberapa pensil dengan jenis yang berbeda, penggaris, penghapus, kertas A3, bingkai, crayon dan keperluan melukis lainnya. Setelah membeli semua itu, Mailan kembali ke kantor. Dia bertemu dengan Clara di dekat resepsionis.

"Hei Mailan, kamu habis dari mana?" Clara melirik barang belanjaan Mailan dan terkejut "Untuk apa semua barang ini? Kamu mau melukis sesuatu?". Mailan hanya membalas dengan "mhmm" dan tersenyum. Ia lalu menambahkan "Maaf Clara, aku harus kembali ke kantor direktur. Permisi" Mailan membungkukkan badan sambil tersenyum. Dia langsung pergi meninggalkan wanita itu yang keheranan.

----

Mailan memasuki kantor lalu segera menyelesaikan lukisannya. Ia melukis dengan sangat teliti bahkan terhadap hal sepele.

Dave diam-diam memperhatikan Mailan yang sedang melukis. Dia menyunggingkan senyuman penuh arti. Bahkan tatapan dingin saat berhadapan dengan Mailan berubah menjadi hangat.

Andai kamu tau segalanya Mailan

Dave segera mengalihkan pandangannya saat Mailan tiba-tiba melihat ke arahnya. Jantungnya berdebar dengan sangat cepat.

----

Sekitar pukul 6, Mailan telah menyelesaikan lukisannya. Dia tersenyum puas dengan hasil lukisan itu. Mailan melihat Dave sedang mengemasi barang-barangnya. Lalu berjalan hendak keluar kantor. Tapi dihentikan oleh Mailan. "Pak, lukisannya telah selesai" Mailan menyodorkan lukisan yang telah dibuatnya.

Dave melihat hasil lukisan tersebut. Dia sangat takjub. "Ini lukisanmu? Lumayan. Dan terima kasih. Oh ya letakkan di meja saya dengan rapi" Dave memberikan kembali lukisan itu. "Oh ya ini sudah jam pulang. Cepatlah pulang. Pastikan besok tidak ada lagi angkot yang mogok"

Mailan hampir tertawa mendengarnya. Dia berusaha menahan tawa. Hanya orang bodoh yang tidak tau maksud dari ucapannya. Tentu saja maksudnya adalah: jangan datang terlambat lagi!

"Baik pak" Dave hanya mengangguk dan segera meninggalkan ruangan tersebut. Mailan berjalan ke meja sang direktur dan meletakkan lukisan tersebut. Ia segera mengemasi barangnya lalu meninggalkan ruangan direktur.

------