Mailan memanfaatkan 4 hari liburnya. Dia bukanlah si penggila kerja yang akan stress jika tidak bekerja walau hanya sehari. Mailan bangun jam 7 pagi. Ia terbangun juga karena seseorang mengetuk pintu rumahnya. Mailan berjalan dengan mata yang masih mengantuk. Ia mengusap-usap wajahnya.
Duh..siapa sih yang datang pagi-pagi sekali.
Mailan membuka pintu rumah dan mendapati seorang wanita setengah baya sedang berdiri dengan bungkusan di tangannya.
"Selamat pagi Mailan" wanita itu tersenyum dengan sangat ramah. "Eh tante. Ada apa?" Mailan mengenal wanita itu. Dia adalah tetangganya. Sekaligus pemilik rumah yang di tempati Mailan.
"Tante dengar kamu sedang sakit ya? Tante kesini untuk memberikanmu makanan agar kamu cepat sembuh"
"Ah Tante jangan repot-repot. Terima kasih" Mailan menerima kantong tersebut sambil tersenyum ramah.
"Baiklah. Tante pergi dulu ya" Mailan mengangguk dan tersenyum.
Mailan segera membuka kantong tersebut dan terkejut dengan isinya. Ada bubur, buah, susu, dan... Obat herbal? Di dalamnya pun ada surat.
'Mailan makanlah semua yang aku berikan. Jangan lupa meminum obat herbalnya, agar kamu lebih cepat sembuh'
Duh. Baik sekali.
Mailan segera memakan buburnya. Dan ia tersenyum gembira karena rasa bubur yang sangat lezat. Lalu ia meminum susunya setelah menghabiskan bubur. Mailan hampir saja lupa meminum obat herbalnya. Tetapi ia langsung ingat saat melihat buah-buahan. Aneh ya.
Rasa obat herbal tersebut sangat aneh. Mailan ingat dulu saat ia sakit, ibunya juga membuatkan obat seperti ini. Mailan terharu dan sedih karena teringat dengan ibunya.
Baru saja ia menghabiskan seluruh makanannya, pintu rumah Mailan telah diketuk seseorang.
Mailan segera membuka pintu. Dan terkejut saat Yelsa tiba-tiba langsung melontarkan banyak pertanyaan.
"Mailan. Kamu sakit apa? Kenapa kamu tidak mengatakannya kepada kami?" Saat itu juga Mailan melihat ibu Yelsa. Mailan segera menyambut mereka masuk.
"Nak. Kamu sakit apa? Yelsa bilang kamu berada di RS semalam. Apa yang terjadi?"
"Ah Tante. Hanya kehujanan kok. Tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja. Tapi, bagaimana kamu bisa tau kalau aku ada di RS?" Mailan merasa senang karena ada orang yang memperhatikannya.
"Tentu saja aku tau. Apa kamu lupa bahwa aku kan bekerja di RS itu. Aku melihatmu saat keluar dari RS dan aku memanggilmu berkali-kali tapi kamu tidak dengar. Jadi aku bertanya dengan temanku. Perawat yang membantumu itu. Dia bilang kamu sakit karena kehujanan dan tidak makan. Kenapa kamu sampai tidak makan Mailan?" Mailan hampir tahan nafas saat mendengar Yelsa yang berbicara dengan satu tarikan nafas. Dia baru ingat bahwa Yelsa memang bekerja di RS sebagai perawat.
"Hehe tenang dulu. Maaf ya aku sama sekali tidak dengar kalau kamu memanggilku" Mailan tidak tau harus berkata apa. Dia hanya bisa cengengesan.
"Aduh sudahlah. Yang penting kamu baik-baik saja" ibu Yelsa mengeluarkan banyak makanan dari dalam tas "lihatlah Tante membawakanmu makanan. Kamu sangat suka kue buatan Tante kan? Tante bawakan untukmu. Kamu makan ya"
Mailan sungguh terharu dan tidak dapat menahan air matanya yang telah mengalir. "Tante. Terima kasih" Mailan terus menangis.
"Loh. Kenapa menangis. Sudahlah. Tapi Tante mau tanya. Kenapa kamu sampai tidak makan? Apa yang terjadi" Mailan segera menghapus air matanya dan menceritakan kejadian saat ia bertemu dengan ibu dan saudari tirinya.
"Kamu bertemu dengan kedua iblis baj*ngan itu? Tidak seharusnya kamu seperti ini" Mailan dapat melihat wajah Yelsa memerah karena amarah.
"Saat melihat mereka, aku seperti melihat penderitaan ku" Mailan menangis tanpa henti. Siapapun yang menyaksikan bagaimana keadaan Mailan setelah kehadiran Lena dan anaknya di dalam hidupnya akan merasa sangat sedih.
"Sudahlah. Ayo cepat dimakan. Kamu harus makan semua makanan ini" ibu Yelsa segera menyuapkan makanan ke mulut Mailan. Mailan memakannya.
"Tante. Cukup dulu. Mhmm sebenarnya tadi Mailan sudah makan. Pemilik rumah yang memberikannya"
"Oh benarkah? Baik sekali. Tante rasa kita harus berterima kasih kepadanya. Baiklah, tapi makan ini nanti ya" Mailan mengangguk senang.
"Mama. Kamu mengabaikanku. Saat aku sakit mama tidak memberikan ku semua makanan ini" Yelsa berpura-pura memasang wajah sedih. Mailan tertawa melihat tingkahnya itu.
"Hei. Apanya yang mengabaikanmu? Ibu juga membuatkanmu makanan yang enak saat kamu sakit. Lagipula sekarang mama sudah jarang membuatkan makanan untuk Mailan"
"Terima kasih ya. Terima kasih kalian mau menampungku dulu. Terima kasih telah merawatku. Dan terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku" Mailan kembali menangis saat mengatakannya.
"Uh adikku sayang. Kamu jangan menangis. Kami senang bersamamu kok" Yelsa merangkul Mailan. Mailan kesal karena dipanggil adik dan ia segera menyingkirkan tangan Yelsa dari bahunya.
"Apanya yang adikmu? Aku lah kakakmu. Aku lebih tua darimu huuh"
"Hanya 2 bulan saja kan. Lagipula sepertinya lebih sering aku yang melindungimu. Itu artinya aku lah kakakmu" Yelsa memang sangat suka menggoda Mailan.
"Tidak. Aku lah kakaknya"
"Huh adikku yang manis" Yelsa terus menggoda Mailan tanpa henti. Ibu Yelsa menjadi sakit kepala melihat tingkah kedua anaknya. Ya Mailan telah dianggap sebagai anak.
"Sudahlah kalian jangan bertengkar. Kepala mama jadi sakit"
"Mama kamu sakit kepala? Apa harus minum obat?" Yelsa segera mengambil obat.
"Tidak perlu. Kalian harus diam. Sakit kepalanya pasti akan hilang" Mailan dan Yelsa saling pandang. Akhirnya mereka tertawa bersama.
"Oh ya mama lupa. Mama harus segera pulang dan menjaga toko. Entah apa yang terjadi sekarang"
"Ah benar. Mama harus segera pulang. Jika tidak si bodoh Dion akan menghancurkan segalanya" Yelsa segera membantu ibunya.
Mailan tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka mereka bicarakan "apa maksudnya? Kenapa dengan Dion?"
"Ah si bodoh itu bisa membuat bangkrut. Seminggu yang lalu mama menyuruhnya menjaga toko. Dan apakah kamu tau apa yang dia lakukan?" Mailan mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti.
"dia menjual kue dengan harga 2 kali lipat. Bayangkan saja jika pelanggan merasa tidak senang dan mereka meninggalkan toko kami. Huh dasar anak itu" Yelsa memegangi kepalanya. Sungguh ini memang sedikit lucu.
"Hei sudahlah. Dia kan adikmu. Adikku juga. Sesekali pun tidak apa-apa hehe"
"Sesekali memang tidak apa-apa. Dia melakukannya 5 kali dalam sehari itu" Mailan membelalakkan matanya. "Ah ya, Yelsa akan menemanimu selama kamu libur, ok"
"Eh? Bukankah Yelsa harus bekerja?"
"Aku bekerja shift malam dalam Minggu ini. Jadi tidak masalah. Dari pagi sama sore aku akan menemanimu dan di malam hari aku akan bekerja"
Mailan sangat senang mendengarnya. Dia tidak akan sendirian di rumah karena ada Yelsa yang menemaninya.
"Baiklah. Mama pergi dulu. Mailan, cepat sembuh ya" ibu Yelsa segera pergi meninggalkan rumah Mailan.
-----
Mailan hanya terus berbaring di ranjang. Ini memang sangat menyenangkan. Sedangkan Yelsa sibuk dengan handphonenya.
Tepat saat jam makan siang, pintu rumah Mailan kembali diketuk seseorang. Mailan segera keluar melihat siapa yang datang. Ternyata si pemilik rumah.
"Mailan, makanlah makanan ini. Semoga cepat sembuh". Mailan tidak mengerti sekaligus terharu. Ternyata pemilik rumah adalah orang yang sangat baik hati dan pengertian.
"Tante. Kenapa Tante harus repot-repot? Mhmm.. terima kasih, Tante" Mailan tersenyum dengan sungkan.
Setelah pemilik rumah pergi, Mailan segera menutup pintu.
"Makanan lagi? Wah, menyenangkan sekali" Yelsa langsung mematikan ponselnya dan menghampiri Mailan.
"Hehe. Ini hanya untukku. Lihatlah, hanya tersedia KHUSUS UNTUKKU." Mailan menekankan kata-katanya dengan sengaja. Dia hanya ingin menggoda Yelsa.
Yelsa melihat isinya dan terlihat cemberut "huuh. Hanya memikirkan orang yang sakit. Apakah aku yang menjaga orang yang sakit tidak memerlukan energi juga?"
Sungguh kekanak-kanakan!
"Kamu kan sangat pandai memasak" Mailan makan dengan suka cita.
"Mailan..." Yelsa duduk di sebelah Mailan. Hal ini sedikit menggelikan bagi Mailan. Ia melirik Yelsa sekilas "Mhmm...".
"Aku ingin menikah". Mailan terkejut dan tersedak disaat yang bersamaan. Dia terbatuk-batuk hingga air matanya menetes. Yelsa segera menyodorkan air minum kepada Mailan dan menepuk-nepuk punggungnya "makanlah pelan-pelan. Kenapa reaksi mu seperti ini? Huuh menyebalkan!".
"Apakah kamu serius? Dengan siapa? Apakah dia orang yang baik? Jika kamu jatuh cinta kepada pria baj*ngan lagi, aku tidak akan membiarkanmu memilih pasangan sendiri! Aku yang akan memilihnya" ekspresi Mailan terlihat serius yang membuat Yelsa sedikit ngeri.
"Tentu saja bukan. Pria itu adalah dr. Austin. Kamu kenal kan?"
Mailan berpikir sejenak "mhmm... Ya. Hahaha. Jika dia orangnya, aku akan mengizinkanmu. Dia sangat baik. Sangat berbeda dengan para mantan pacarmu. Apakah kamu benar-benar sudah memikirkannya?"
"Apanya yang para mantan pacar! Aku hanya memiliki 2! Mhmm...sudah"
Mailan tertawa dengan sikap Yelsa "Ya. 2 seperti 10! Sangat merepotkan!" Mailan berhenti berbicara selama beberapa detik. Ia lalu melanjutkan "Yelsa. Kamu serius kan? dr. Austin memang baik, tapi kamu harus lebih mempertimbangkannya. Karena umur mu sudah tua untuk menikah"
" Tentu saja aku serius. Mhmm... Aku sudah benar-benar mempertimbangkannya. Restui aku ya..."
Mailan tersenyum "baiklah. Apakah kamu sudah mengatakannya kepada keluargamu? Dan bagaimana dengan dr. Austin?"
"Sudah, 2 hari yang lalu. Baik keluargaku dan keluarganya sudah menyetujuinya. Tapi aku belum bertanya padamu. Keputusanmu sangat penting bagiku. Karena kamu adalah sahabat dan kakak bagiku. Mailan, terima kasih sudah merestui kami" Yelsa langsung memeluk Mailan dan air matanya langsung mengalir.
'Kamu adalah sahabat dan kakak bagiku' kalimat itu sangat menyentuh bagi Mailan. Ia juga menangis terharu.
Yelsa tiba-tiba memukul punggung Mailan dengan pelan "hei. Aku sudah mau menikah. Kamu kapan?"
"Aku belum memikirkannya" Mailan menyeka air matanya dan tersenyum.
"Apakah belum ada pria yang mau bersamamu? Aku bisa membantumu mencari pria yang baik hati dan bertanggung jawab"
"Tidak perlu. Lagipula, jodoh akan datang dengan sendirinya. Kami akan bertemu sebentar lagi. Atau mungkin... sebenarnya kami sudah bertemu." Mailan mengatakannya dengan acuh. Ia melanjutkan makannya. Yelsa menghela nafas. Jika Mailan sudah berkata seperti itu, dia tidak bisa memaksanya.
Yelsa berdiri menuju ke dapur. Tetapi langsung dihentikan Mailan "kamu mau kemana?"
Yelsa mengeluarkan beberapa bahan makanan "Masak"
"Kemarilah. Aku hanya bercanda". Yelsa melirik sekilas ke arah Mailan dan mendengus "tidak mau. Aku tau makanan orang sakit itu tidak enak!"
Mailan tertawa mendengarnya "ini sangat enak. Tante itu sangat pandai memasak"
"Tidak perlu. Makanlah yang banyak dan cepatlah sembuh. Ok?". Mailan mengedipkan matanya dan mengangguk.
Setelah selesai makan, Mailan merasa mengantuk dan tertidur pulas. Ia terbangun di sore hari karena Yelsa sudah berangkat ke RS. Mailan terkejut melihat rumahnya sudah bersih dan rapi kembali.
Mailan segera mandi lalu menonton tv. Tiba-tiba ia memikirkan Dave.
Ternyata dia memiliki sisi malaikat juga! Ya walaupun alasannya adalah karena tidak mau disalahkan oleh orang-orang. Hahaha itu lucu!
Mailan menonton tv sangat lama. Sekitar jam 8 malam, seseorang mengetuk pintu rumahnya. Mailan membuka pintu dan yang dilihatnya adalah si pemilik rumah.
Ternyata Tante ini sangat baik dan sangat peduli ya.
"Mailan, makan malam untukmu. Cepatlah sembuh. Ok?"
"Hehe. Tante, terima kasih" Mailan menunjukkan senyum terbaiknya.
Ia langsung masuk setelah pemilik rumah pergi. Dia melihat isinya. Dan kali ini ada tambahan permen lollipop dan surat! Ia membaca suratnya: karena kamu sudah memakan seluruh makanan yang ku beri, terimalah hadiah kecil ini.
Hehe menyenangkan!
Mailan memakan seluruh makanannya. Lalu minum obat. Ia menonton tv sebentar dan akhirnya tidur.