Setelah kejadian bertemu dengan orang yang paling dibenci di pesta pernikahan semalam, membuat Mailan menjadi tidak berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Berulang kali ia melakukan kesalahan. Ia sangat kesal dan memutuskan pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya. Apakah dia tidak takut make up nya luntur? Tentu saja tidak. Ia tidak banyak memakai make up. Bahkan lebih terlihat seperti tidak memakai riasan apapun. Sehingga makin terlihat jelas kecantikan alaminya.
Dave juga menyadari bahwa ada yang mengganggu pikiran Mailan. Ia merasa kasihan kepadanya. Tapi ia tidak dapat berbuat apapun. Dia bisa. Hanya saja dia tidak bisa untuk secara langsung menghiburnya.
Mailan yang benar benar merasa pikirannya terganggu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat saat pulang kerja. Ia naik taksi pergi ke sebuah toko bunga dan membeli sebuah bucket bunga yang sangat indah. Lalu Mailan pergi ke sebuah pemakaman.
Ia berjongkok di depan makam tersebut lalu membersihkan makam. Ia meletakkan bucket bunga tersebut di bawah nisan. Air matanya tidak dapat terbendung lagi. Ia segera menumpahkan segalanya "mama, aku sangat merindukanmu. Aku sungguh tidak tau apa yang harus ku lakukan. Kemarin aku bertemu dengan kedua wanita ular itu. Hatiku sangat sakit melihat mereka memakai pakaian, uang, kendaraan hasil kerja keras mama dan papa. Aku sungguh membenci mereka yang merampas segalanya dari kita. Termasuk kebahagiaan kita ma" Mailan terisak di depan makam ibunya. Ia baru menghapus air matanya setelah beberapa saat menangis. "Ma, bantu aku. Berilah aku kekuatan agar dapat menghadapi kejamnya hidup. Aku mencintaimu ma" kemudian Mailan bangkit dan meninggalkan area pemakaman tersebut.
Mailan berhenti di pinggir jalan. Pikirannya mulai mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.
~~~~~
Ibunya semakin terlihat tidak sehat. Entah apa yang membuat ibu Mailan menjadi sakit sehingga terus terbaring di ranjang. Saat itu Mailan berusia sekitar 10 tahun harus menyaksikan kejadian yang menghantam hatinya. Di saat saat terakhir ibunya, ia mendapatkan nasehat dari ibunya "Mailan tetaplah belajar dengan giat ya. Patuhlah kepada papa. Kamu harus jadi anak yang baik ya. Gapailah cita-citamu. Jaga dirimu baik-baik nak". Mailan kecil menangis sambil memegang tangan ibunya. Saat itu tantenya, Lena yang merupakan sahabat ibunya, adalah orang yang paling diharapkan ibu Mailan untuk merawat Mailan.
"Tenang saja kak. Aku akan selalu mengurus Mailan. Aku akan menjaga dan menyayanginya seperti anak ku sendiri" Lena meneteskan 'air mata palsu' nya.
Disaat itu pula ibu Mailan telah berpulang. Mailan menangis histeris saat mengetahui ibunya telah tiada. Ayahnya berusaha menenangkannya. Disaat pemakaman ibunya, Mailan tidak ingin pergi dari pemakaman "aku tidak mau meninggalkan mama, pa. Kasihan mama disini sendirian"
Ayah Mailan berusaha membuatnya mengerti. Setelah beberapa saat barulah Mailan mau diajak pulang. Setiap malam Mailan selalu menangis sambil memeluk foto ibunya. Hingga suatu malam ia bermimpi bertemu dengan ibunya.
Ibu Mailan memakai pakaian serba putih dan terlihat sangat cantik. Ia berkata kepada Mailan "jangan menangis sayang. Mama baik baik saja sekarang. Jika kamu terus menangis mama akan sedih. Kamu mau melihat mama sedih?".
Mailan kecil langsung menggeleng "nggak. Mailan nggak mau mama sedih". Mailan berlari memeluk ibunya. Ibu Mailan mengelus kepala Mailan "kalau begitu jangan menangis. Kamu masih ingat pesan mama waktu itu kan?". Mailan mengangguk "iya ma. Mailan masih ingat. Mailan janji tidak akan menangis lagi". Setelah mengatakan itu, yang di peluk Mailan hanyalah angin hampa. Ia terus memanggil ibunya tetapi tidak ada jawaban. Dan akhirnya Mailan terbangun dari mimpinya. Mailan segera mengambil foto ibunya dan memeluknya "aku janji tidak akan menangis ma. Aku akan selalu ingat pesan mama dan akan menjalankannya".
Sejak saat itu Mailan tidak lagi sering menangis. Saat ia merindukan ibunya ia akan memeluk foto sang ibu atau datang ke makamnya.
Setelah 3 bulan sejak kematian ibunya. Lena kemudian menjadi ibu tirinya. Ia berbohong dengan berkata bahwa ibu Mailan yang meminta agar Lena menikah dengan ayah Mailan. Awalnya ayah Mailan menolak karena masih mencintai sang istri. Tetapi dengan bujukan Lena yang mengatakan bahwa ibu Mailan pasti sedih jika mereka tidak melakukan permintaan terakhirnya, ayah Mailan menyetujui pernikahan tersebut.
Lena benar benar menjadi ibu yang baik bagi Mailan. Ia merawatnya. Sama sekali tidak membedakan antara Jessica yang anak kandungnya dengan Mailan yang anak tirinya. Ia bahkan menghukum Jessica jika melakukan kesalahan.
Suatu saat Jessica mencuri buku dongeng kesukaan Mailan. Saat itu juga Lena akan menghukum Jessica di depan ayah Mailan dan juga Mailan. Tetapi, setelah melakukan pertunjukan tersebut ia akan memeluk Jessica dan memanjakannya. Bahkan ia mengutuk Mailan.
Hingga pada saat Mailan berusia 18 tahun, ia baru merasakan kejahatan seorang ibu tiri. Lena sering memfitnah Mailan dan membuat ayah Mailan percaya bahwa Mailan adalah anak yang nakal. Ia akan bersandiwara dengan cara menangis karena merasa menyesal telah memanjakan Mailan.
Sejak saat itu, setiap di depan ayah Mailan, ia akan memanjakan Mailan. Tetapi saat ayahnya tidak ada, Mailan justru sering di siksa. Mailan berusaha mengatakan kepada ayahnya bahwa Lena wanita yang jahat dan licik. Tapi ayahnya tidak mempercayainya karena telah termakan omongan Lena. Sedangkan Jessica selalu merebut segala milik Mailan.
Mailan sangat menyukai musik. Ia dapat memainkan gitar, piano, biola, drum, bass, saxophone, harmonika. Tetapi yang paling disukai diantara semuanya adalah bermain piano. Mailan bahkan pernah memenangkan lomba memainkan piano tingkat internasional. Selain itu Mailan juga suka melihat sirkus. Ia sering memainkan musik yang mengiringi aksi dalam sirkus.
Pada suatu malam, Mailan pulang hampir jam 11 karena harus menghadiri sirkus sebagai pemain musik. Sesampainya di rumah, ayahnya telah menunggunya di ruang tamu dan segera memarahi Mailan. Tentu saja ayahnya telah terpengaruh oleh fitnah Lena. Lena mengatakan bahwa Mailan pergi tanpa izin. Dan ia pergi dengan seorang pria. Hingga yang paling jahatnya adalah Lena mengatakan bahwa Mailan melayani pria pria di bar. Ayahnya begitu marah hingga mencambuk Mailan. Mailan berusaha menjelaskan tetapi ayahnya tidak lagi mempercayainya. Dan akhirnya Mailan diusir dari rumah dengan hanya membawa pakaian tanpa bekal apapun. Ia menangis di jalanan. Saat itu pula, Yelsa langsung membawanya ke rumahnya. Ibu Yelsa mengizinkan Mailan tinggal dirumah mereka. Ibu Yelsa menangis saat mengetahui penderitaan Mailan.
Mailan yang saat itu baru kuliah di semester kedua harus bekerja demi mempertahankan kuliahnya. Ia tetap bekerja sebagai pemain musik di dalam sirkus. Mailan mengumpulkan uang dan mulai mencari rumah kontrakan. Ia berterima kasih kepada keluarga Yelsa yang telah membantunya. Hingga akhirnya Mailan menyelesaikan kuliahnya dan diterima bekerja di JS Enterprise. Hingga saat ini Mailan masih sering berkunjung kerumah keluarga Yelsa sambil membawa banyak makanan. Mereka telah menganggap Yelsa sebagai bagian dari keluarga mereka. Dengan tulus.
~~~~~
Air mata Mailan mulai menetes saat ia mengingat masa lalunya yang begitu menyedihkan. Hingga dia tidak menyadari bahwa hujan telah mengguyurnya. Tiba-tiba hujannya berhenti. Mailan mendongak dan mendapati Dave telah memayunginya.
"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau sakit? Kamu seperti anak kecil" Mailan tertegun melihat perlakuan Dave. "Aku...tidak tau kalau hujan" Mailan menjawab dengan suara lirih.
"Ayo, aku akan mengantarmu pulang..." Belum selesai Dave berbicara tiba-tiba...
Brukk
Mailan telah jatuh pingsan. "Mailan...Mailan...bangunlah. Mailan..." Samar-samar Mailan mendengar suara seseorang yang terdengar sangat khawatir. Dia merasa tubuhnya telah diangkat oleh tangan kekar. Dan kemudian semuanya gelap.
•••••
Dave menjadi frustasi melihat perubahan emosi Mailan. Ia tidak terlihat seperti biasanya. Dave tidak langsung pulang ke rumahnya, tetapi ia malah berkeliling kota tanpa di sadarinya. Hingga saat ia sedang berhenti di pinggir jalan, Dave melihat Mailan yang seperti orang habis menangis.
Kenapa dia menangis?
Kemudian Dave melihat Mailan berjongkok di pinggir jalan seperti memikirkan sesuatu. Dan akhirnya hujan mulai turun tetapi wanita itu tidak bergerak juga. Dan Mailan malah menangis. Dave sungguh tidak tahan melihat Mailan seperti itu. Dave memutuskan menghampiri Mailan. Ia memayungi Mailan yang terlihat seperti anak kecil sedang tersesat. Wanita itu mendongak.
Oh tolong jangan menangis
Batin Dave sangat tersiksa melihatnya "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau sakit? Kamu seperti anak kecil"
"Aku...tidak tau kalau hujan". Bagaimana mungkin ia tidak menyadari bahwa hujan telah turun? "Ayo, aku akan mengantarmu pulang..."
Brukk
Mailan telah jatuh pingsan. "Mailan...Mailan...bangunlah. Mailan..." Dave sangat khawatir melihatnya. Ia seperti orang yang sudah kehilangan akal. Dave segera menggendong Mailan dan membawanya ke rumah sakit.
--Di rumah sakit--
Dokter segera memeriksa Mailan. Dave sangat cemas bahkan lebih dari itu. Ia mondar-mandir di luar UGD. Dokter yang telah menyelesaikan tugasnya memeriksa Mailan segera keluar dan menghampiri Dave.
"Apakah anda walinya?". Dave terkejut dan segera menganggukkan kepala. "Ada apa dengannya?". Dokter tersebut menghela nafas. Ia tau kecemasan pria di hadapannya "anda tidak perlu khawatir. Nn. Mailan hanya sedang demam karena terkena air hujan". Dave menghela nafas lega "lalu, apakah dia perlu dirawat di rumah sakit?".
"Tidak perlu. Dia hanya memerlukan istirahat yang cukup sebagai pemulihannya. Dan harus memakan makanan yang bergizi. Karena sepertinya dia belum makan sama sekali"
"Baiklah. Terima kasih dokter" Dave langsung masuk ke dalam dan menemui Mailan. Saat ia masuk, Mailan sudah sadar. Mailan melihat ke arah pintu masuk dan mendapati Dave berdiri.
Dave berjalan dengan ke angkuhan "besok kamu tidak usah bekerja". Mailan yang belum bisa mencerna kata-katanya hanya bengong "maaf?".
"Aku bilang, besok kamu tidak usah bekerja. Aku memberimu cuti 2 hari". Mailan terkejut dengan apa yang di dengarnya.
Aku diberi cuti? Tanpa ku minta? Wow.
"Tapi pak.." Dave segera menimpalinya "aku hanya tidak ingin disalahkan karena tetap mempekerjakan orang yang sedang sakit. Menurutlah". Mailan senang mendengarnya "terima kasih pak. Hmm...tunggu, besok adalah hari Kamis. Jika anda memberikan saya cuti 2 hari, maka saya akan libur selama 4 hari?" Mailan hampir bersorak setelah memikirkannya. Ini bagus karena ia dapat beristirahat dengan cukup "luar biasa...terima kasih pak. Terima kasih banyak". Dave hanya mengangguk.
Beristirahatlah Mailan.