Chereads / My Twins Lovers / Chapter 19 - 18. Cemburu?

Chapter 19 - 18. Cemburu?

"Ice, kuy jalan, ngapain lo bengong aja sana" tedengar teriakan Aldrich. Ice tersadar, ia kemudian berlari menyusul Aldrich.

"Kalo lo bosen di dalem sini, lo bisa jalan jalan diluar rumah gue, mau?" Tanya Aldrich.

"Mau" kata Ice.

Mereka berdua berjalan keluar dari rumah Aldrich.

Ice berjalan mendahului Aldrich sedangkan Aldrich dibelakangnya. Aldrich mengambil hpnya, ia membuka kamera dan memfoto Ice yang berada didepannya, dan sangat kebetulan Ice menoleh ke arah Aldrich, Aldrich melebarkan matanya takut ketahuan.

"Ald, ngapain lo?" Tanya Ice.

"E-emm, g-ga ngapain"

"Hape lo?" Kata Ice sambil menunjuk ke hp Aldrich.

"N-ni gue buat nyari sinyal" Aldrich membawa hpnya ke segala arah seperti sedang mencari sinyal.

"Ohh.." kata Ice sambil mengangguk angguk.

"Oh ya Ald, kapan lo mau nanyain ibu lo masalah lo sama Sea?" Tanya Ice.

"Gue nunggu situasi yang cocok, soalnya gue yakin pasti ibu gue gamau bilangin yang sebenernya, jadi gue harus mengalihkan pembicaraan pada waktu yang tepat"

Ice tak mau menjawab.

"Ald, kalo misalkan ibu lo yang disini, bukan ibu lo gimana?" Tanya Ice tak yakin.

"Gue bisanya cuma nerima aja, apapun yang terjadi, karena kenyataan juga ga bisa di ubah dan ga bisa selamanya ditutupin" jawab Aldrich memandang lurus ke depan.

Mereka berdua lanjut berjalan dalam keheningan, semua tenggelam dengan pemikirannya masing masing.

~~~

Sekarang Ice sudah berada di kamarnya, 1 hari terlewatkan dengan cepat, ia membaringkan tubuhnya dikasur sambil mengecek hpnya.

Tring.

Sebuah pesan line baru saja masuk ke hp Ice. Ice sangat terkejut setelah ia melihat nama pengirim pesan tersebut.

'Sea Aidyn'

"Sea? Gue ga salah liat, kan?" Gumam Ice. Ia segera membuka pesan itu.

Sea Aidyn:

"P"

"Ice"

"Udh tidur?"

Icepreechaya:

"Belum"

"Kenapa chat?"

Sea Aidyn:

"Emang gw g boleh chat lo?"

Icepreechaya:

"Ga gtu juga"

"Kenapa?"

Sea Aidyn:

"Gw kemarin baru putus sama liyenta"

Deg.

Rasa itu. Bahagia diatas penderitaan orang lain. Tapi, kenapa Ice masih merasakannya? Bukankah Ice sudah move on dari Sea? Atau... belum 100%?

Icepreechaya:

"Hah?"

"Serius?"

Sea Aidyn:

"Emg gw keliatannya kek main main?"

Icepreechaya:

"Lo mau gw ngapain?"

"Hibur?"

"Atau lo mau gw dengerin lo cerita?"

Sea Aidyn:

"Gw gtw"

"Gw bingung"

"Pusing"

"Kepala kek udah mau meledak aja setiap keinget dia"

"Gw jadi kayak pengen..."

"Bunuh diri"

Icepreechaya:

"Sea"

"Lo GOBLOK banget"

"Sumpah ya"

"Masalah putus aja sampe mau bunuh diri. Lo kira kalo lo bunuh diri bakal ada yang bantuin lo sebelum lo mati kek di film film?"

"Lo pikir kalo lo bunuh diri trus semua masalah bakal selesai?"

"Percuma lo pinter pelajaran sama musik dan yang lainnya kalo hal segini aja lo ga bisa mikir"

"Pake otak lo mikir. Use your brain."

Bukannya menghibur, Ice malah memarahi Sea. Tapi terkadang, cara ini juga butuh digunakan.

Sea Aidyn:

"Lo takut gw mati ya?"

Icepreechaya:

"Semua yang lo lakuin adalah pilihan lo, kalo lo mati, gw juga ga bisa berbuat apa apa"

"Gw cuma bisa ngingetin otak padat kek lo aja"

"-_-"

Sea Aidyn:

"Lo jawab ga sesuai sama yang gw tanya"

Icepreechaya:

":) gw ga takut"

"Karena semua orang yang ketemu pasti berpisah, mau pisah dalam keadaan mati ato pisah keadaan hidup mah sama aja, yang pasti pisah."

"Terima aja apa yang terjadi, karena ini juga hasil dari perbuatan kalian"

Sea Aidyn:

"Kok tiba tiba bijak?"

Icepreechaya:

"Gtw"

Sea Aidyn:

"Yaudah, gw ga bunuh diri.. demi lo"

Icepreechaya:

"Bukan demi gw"

"Tapi demi keluarga lo, orang yang sayang sama lo"

Sea Aidyn:

"Lo kan termasuk orang yang sayang sama gw"

"Jangan pikir gw lupa, lo ngungkapin isi hati lo ke gw di hari ultah gw:p"

Icepreechaya:

"Kenapa lo yakin banget perasaan gw ga bakal berubah?"

Sea Aidyn:

"Insting"

"Gw yakin orang kaya lo g bakal berubah, kan?

Icepreechaya:

"Udah ah males"

"Ngantuk mo tidur."

"Bye"

Offline.

Ice memegang bagian dadanya.

"Kenapa masih cepet hati gue sih?"

"Gue belum move on?" Tanya Ice pada dirinya sendiri.

~~~

Ice terbangun dari tidurnya, jam 6 lebih 14 menit, ia sepertinya sudah tak bisa tertidur lagi. Ia memutuskan untuk keluar kamar.

"Eh Ice, udah bangun?" Kata Aldrich yang sedang melakukan sesuatu di ruang keluarga.

"Iya, udah.." Ice terlihat canggung seketika.

"E-emm, gu-gue keluar jalan jalan ya.." kata Ice, ia langsung keluar dari bangunan rumah Aldrich. Aldrich yang melihat perubahan sikap Ice pun heran. Aldrich mengikuti Ice.

"Ice, gue ikut" kata Aldrich yang batu saja datang dan berjalan disebelah Ice.

"A-ah i-iya" Ice terlihat sedikit terkejut.

"Lo kenapa Ice?" Tanya Aldrich langsung to the topic.

"G-gak, gue ga kenapa"

"Lo bohong, hari ini sifat lo beda banget, gampang kaget, kek lagi nyimpen sesuatu" kata Aldrich.

"E-emm," Ice menatap mata Aldrich tak yakin.

"Kemarin malem gue di chat Sea"

"Tumben aja dia nge chat gue, gatau kesambet apa" lanjut Ice memandang bawah.

"Apa dia bilang?" Tanya Aldrich.

Ice kemudian mengeluarkan hpnya, ia membuka chatnya dengan Sea semalam lalu memberikannya pada Aldrich.

Aldrich mengscroll chatnya sampai bawah. Lalu ia mengembalikan hp pada Ice.

"Hampir aja tuh orang bunuh diri, untung gue selametin, coba gue ga ngomong gitu Ald, lagi bentar aja denger dah berita orang bunuh diri" lanjut Ice.

Aldrich tak menjawab, ia hanya sedikit terkekeh fake. Lalu,

"Gue ga jadi dah ikut jalan jalan, jalan aja sendiri.." kata Aldrich kesal setelah selesai terkekeh. Selesai bicara, Aldrich langsung memutar balik badannya dan berjalan masuk ke rumah.

Sedangkan Ice hanya dibiarkan bingung dengan tingkah Aldrich.

"Apaansi?" Gumam Ice. Ice mengikuti Aldrich masuk ke rumah.

"Ald, kok marah?" Kata Ice tak yakin.

"Cewek gampang peka kan? Pikirin sendiri" balas Aldrich, ia mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalam gelas.

Ice tambah bingung, ia bahkan tak menyadari apa salahnya, ia hanya memberikan hpnya pada Aldrich agar ia melihat chatnya dengan Sea, lalu, apa salahnya?

"Ald, gue beneran ga ngerti maksud lo marah ke gue"

Aldrich sedikit menoleh ke Ice dengan wajah kesal, ia tak berbicara apapun melainkan ia malah berjalan ke arah kulkas dan memasukkan gelas yang tadi ia isi air. Ice berjalan mengikuti Aldrich.

Setelah Aldrich menutup kulkas, "Berhenti ngikutin gue" kata Aldrich, Ice tak mempedulikan ucapan Aldrich, ia tetap mengikuti Aldrich.

"Apa dengan gue ngasih lo liat chat pribadi gue itu salah bagi orang Korea?" Tanya Ice polos.

Aldrich menghadap Ice "Lo beneran ga tau?" Aldrich menghembuskan nafasnya kasar. "Katanya lo mau move on, dan lo masih balesin chat nya dia, lo masih ngelarang dia, lo masih khawatir sama dia, kapan lo bisa move on kalo diri lo sendiri kayak gini?" Kata Aldrich penuh emosi

Ice terdiam sebentar mencerna perkataan Aldrich, Aldrich bahkan berbicara semuanya dalam satu tarikan nafas.

Ice menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Oke, gue ngerti, lo cemburu, kan?"