"Bagaimana jika aku memperkenalkanmu pada nenek?" Tasia melepas pelukannya. Kedua matanya mengerjap-ngerjap semangat.
Alis tebal Hadyan terangkat tinggi "Bukankah nenekmu akan membunuh kita setelah itu?"
Tasia tertawa sejenak, lalu menarik nafasnya dalam "Mungkin. Tapi aku ingin nenek bertemu dengan laki-laki yang aku cintai. Meski penyakit nenek sudah mengendalikan otaknya, namun aku yakin masih ada nenek yang ku kenal di dalam sana. Aku ingin nenek tau, bahwa ketika nantinya ia meninggalkanku, ia tidak perlu khawatir karena aku sudah memilikimu yang akan membahagiakan dan menjagaku untuk selamanya."
Hadyan tersenyum hangat mendengar kalimat yang dilontarkan dari mulut gadis kesayangannya itu. Ia tidak pernah merasa begitu dicintai selama hidupnya.
"Bagaimana aku bisa melupakanmu, Anastasia.." Gumamnya seraya kembali memeluk erat gadis itu dan membenamkan wajahnya pada aroma rambut hitam pekat tersebut.