Seorang pria berbalut jas putih keluar dari ruang ICU. Tasia dan Hadyan langsung menghampiri pria yang adalah dokter yang bertugas menangani nenek Tasia, tepat setelah turun dari ambulans. Masih banyak bercak-bercak darah mengering pada baju dan tangan Tasia.
"Bagaimana nenek saya dok?!" Ia bagai akan memakan dokter itu dengan lengkingan suaranya yang tidak dapat dikendalikan.
"Ibu Sumia mengelami pendarahan otak yang parah. Tengkoraknya retak dan saya lihat dari jejak medisnya, beliau sedang menderita tumor otak. Tulang rusuknya dan sendi kakinya juga patah. Saat ini, kami harus langsung menjalankan operasi pada kepalanya terlebih dahulu untuk menghentikan pendarahan. Silahkan tanda tangan surat persetujuan ya bu." Jelas sang dokter.
Tasia langsung berlari mengambil form persetujuan yang sempat diberikan oleh salah satu suster tadi. "Saya sudah tanda tangan dok! Cepat operasi! Selamatkan nenekku!"
"Ibu.. Tenang dulu. Jangan teriak-teriak bu." Suster tadi menenangkannya.