Hadyan tidak pernah merasa selemah ini selama hidupnya. Meskipun dahulu ia pernah ditawan oleh musuh di medan perang, disiksa, bahkan ketika ia nyaris dibinasakan dari muka bumi ini, sekalipun ia tidak pernah memohon kepada siapapun. Namun saat ini, di dunia manusia, pundaknya yang keras tegap bagai perisai naga, kini meringkuk lemah di hadapan seorang gadis manusia. Mulut arogannya itu kini memohon-mohon pada sang manusia lemah.
"Anastasia.."
"Dendamlah padaku jika kau mau. Bencilah aku. Kutuk aku bila perlu, jika itu bisa membuatmu lebih lega. Karena aku tidak mau dan tidak akan mungkin ikut denganmu. Carilah cinta yang lain, karena cintamu padaku hanya akan membawa penderitaan bagimu. Aku tidak akan pernah bisa membalas cintamu, Haydan. Pengorbananmu selama ini sia-sia." Potong Tasia, segera bangkit berdiri dari duduknya.