Chereads / antara CINTA atau UANG / Chapter 27 - Penginapan aneh

Chapter 27 - Penginapan aneh

Masih di perjalanan Ohio menuju Sevilla. Jika max dan Pauline menggunakan jalur udara, berbeda dengan Lia, dia menggunakan jalur darat dengan memanfaatkan jasa teman seperjalanan. Dan Jack menjadi pengemudinya selama menempuh perjalanan panjang kurang lebih dua belas jam.

"Jack, apa pekerjaanmu?" 

"Aku?"

"Ya, kita bertemu di pub, dan kita bertemu lagi di sini!"

Wajah Lia penasaran. Pria di sebelahnya ini tidak terlihat biasa, penampilan mereka jelas berbeda. Di lihat dari pakaian, jam tangan dan.. lihatlah koper terna di belakang sana. Tidak mungkin Jack irang yang tak mampu mengeluarkan ongkos jalur udara. Sangat tidak mungkin! Lia yakin itu.

"Menurutmu?"

"Menurutku? Kenapa kau balik bertanya!"

"Ya, kau tebaklah, apa pekerjaanku?"

"Mmm.." 

Lia terlihat berpikir. Dia tak punya keahlian menebak pekerjaan seseorang. Jack ini masih muda. Tampan, berpenampilan rapi dan elegan. Dia bisa saja masih mahasiswa tingkat akhir, atau jika dia seorang pengusaha, tentulah dia kaya secara turun temurun. Jack memasang senyum, memberi arti jika waktu berpikir Lia sudah habis.

"Kau menyerah?"

"Ya, aku rasa aku menyerah" Lia mengangkat bahu.

"Akan ku beri tahu. Tapi sebelumnya" Jack mengambil Vodka yang dia simpan di belakang tadi.

"Mau minum?" Lia menatap sesaat dengan ragu. Jack paham itu.

"Tenang saja, kita akan beristirahat setengah jam lagi" Jack melirik arlojinya.

"Kau biasa mengendara dengan minum?"

"Kau sedang menyindir atau memuji?"

"Menurut mu?"

"Entahlah" 

Tak menunggu lagi, Jack membuka tutup botol dengan giginya, dia meneguk sedikit untuk pemanasan. Lia menggeleng saja.

"Hati hati dengan mobilmu, aku tak mau celaka!"

"Tenang saja, aku tak akan membuat wanita cantik celaka dengan mudah. Kecantikanmu itu adalah aset!"

"Ck! Kau seperti mucikari!"

"Hahaha.. tepat sekali!"

"Apa kau bilang!"

Lia hampir saja berteriak. Apa maksud tawa spontan tadi. Mucikari? Yang benar saja.

"Ya, aku akan jujur denganmu masalah pekerjaanku.."

"Sebetulnya aku tak peduli apapun profesimu. Hanya satu hal saja!" Lia mengacuhkan telunjuk dengan wajah serius

"Awas, kalau kau macam macam denganku!!"

"Ayolah Lia!" Jack mengangkat kedua tangan dengan wajah tak percaya.

"Aku akan memperlakukan mu dengan baik. Karena aku merasa kau teman seperjalanan yang menyenangkan!"

"Oke, aku akan memegang kalimatmu barusan!"

"Baguslah!" Seru Jack kembali meneguk Vodka nya.

"Jack, perlahan saja. Kau bisa mabuk!" Ujar Lia menyingkirkan botol Jack, sedikit memaksa.

"Tenanglah Lia, ini bukan apa apa. Aku sudah biasa!"

"Tapi aku cemas dengan diriku sendiri!" 

"Kau ini!!"

"Ayolah, berhentilah lebih dulu jika kau ingin minum!" Lia menahan kesal. Seandainya jalanan ini ramai, dan dia bisa menyetop bus begitu saja, mungkin dia sudah turun dan meninggalkan Jack. Kenapa pria ini jadi seperti ini. Sejak matahari tenggelam tingkah Jack semakin aneh saja.

"Jack, ayo cari penginapan!"

"Kau serius.."

"Ya!"

"Baiklah, kalau begitu!"

Daripada celaka, lebih baik mencari penginapan. Lia tak percaya dengan wajah santai Jack yang meneguk Vodka tanpa jeda. Dia tak bisa membayangkan melalui jalanan sepi dan kosong dengan pria mabuk yang mengendarai mobil. Mau mengantarkan nyawa? Dia bahkan sedang memperjuangkan nyawa bibinya hingga nekad ke Sevilla, tapi Jack malah ingin mencelakai mereka.

Jack memutar kemudi, dia membelokkan mobil pada sebuah pengisian bahan bakar minyak dimana ada penginapan dan swalayan 24 jam.

"Bagus sekali! Kita menginap di tempat yang bagus.." seru Lia senang, tapi sesaat saja. Dia tak mau mengeluarkan banyak uang. Dia harus hidup sehemat mungkin. Apalagi untuk waktu tak tahu sampai kapan dia tak bisa bekerja dan menghasilkan uang dulu. Hemat Lia.

Jack diikuti Lia masuk ke lobi wisma penginapan yang terbuat dari kayu, hampir semua furniture terbuat dari kayu. Penginapan bergaya Amerika latin.

"Kami mencari dua kamar kosong" ujar Jack menoleh pada Lia. Gadis itu tersenyum ragu, apalagi bapak berkumis dengan topi kulit di kepalanya. Pria itu melirik dua tamu asingnya bergantian.

"Dua kamar?" Nada bicaranya tak percaya.

"Ya!" Balas Jack. Lia menarik lengan Jack, dan berbisik.

"Aku rasa satu kamar ekstra tempat tidur cukup!" Bisik Lia tak mau di dengar oleh bapak penjaga wisma.

"Maksudmu?"

"Maksudku, mari menyewa satu kamar saja untuk kita. Lagipula kita tak akan lama kan!"

"Entahlah"

Jawaban santai Jack mendapat tepukan di punggungnya. Dia membuat Lia gemas. Gadis itu maju, membelakangi Jack.

"Sebuah kamar dengan ekstra tempat tidur!" Pinta Lia yakin.

"Tidak masalah. Tapi ekstra tempat tidur tidak ada. Hanya kasur berukuran queen. Aku rasa itu sangat cukup untuk kalian!"

"Apa?" Lia bingung mendengar penjelasan di penjaga wisma.

"Tidak ada yang akan mengangkat kasur ekstra malam begini. Kau mau ambil kamar ini atau tidak?"

Ish, dia judes sekali. Batin Lia malas memperpanjang urusan.

"Baiklah, satu kamar untuk kami!"

"Terima kasih!" Pria itu melemparkan kunci, dan sebuah form.

"Silahkan isi kapanpun. Itu tak penting. Yang penting kau membayar sewa saja!" Lia memutar bola mata. Jack mengulurkan kartu pendanaan miliknya.

"Antarkan makan malam dan sebotol lagi!" Jack mengangkat Vodka di tangannya. Bapak penjaga wisma mengangguk paham.

"Ada biaya tambahan ya pak!" Ujar si penjaga wisma dengan wajah yakin, Jack mengangkat bahu tak masalah. Lia mengepalkan tangan kesal.

"Apa dia tak diajari pelayanan prima?"

"Entahlah!"

"Wajah dan tingkahnya sangat menyebalkan!"

"Sudahlah.." Jack merangkul pundak.lia. gadis itu menepis kasar.

"Ups sorry, aku pikir kita sudah dekat!"

"Jangan macam macam kau!" Lia mengacungkan kepalan tinju, membuat Jack tertawa lucu.

Setelah membawa sendiri nampan berisi dua makanan siap saji, sebotol Vodka, Jack mengikuti langkah Lia ke lantai atas. Mereka berdua mencari nomor pintu yang sesuai dengan.kunci di tangan Lia.

"Ini 96 atau 69 sih?" Gerutu Lia bingung dengan kunci di tangannya.

"Aku rasa mereka tak memiliki kamar sebanyak itu. Kenapa mereka membuat angka rumit untuk identitas kamar!"

"Aku rasa bapak tadi tidak punya pekerjaan, sampai sampai membuat nomor pintu rancu!"

Jack mengangguk setuju. Selain nomer di tangan Lia. Masih ada penomoran aneh seperti 08. Itukan sangat membingungkan.

"Ini kamar kita!" Lia sangat yakin. Jack mengangguk. Pria itu sibuk dengan nampan di kedua tangannya.

"Ah, sebentar. Sedikit sulit!" 

Lia cukup kesulitan memasukkan kunci. Dia memaksa memutar handle dan sedikit mendorong pintu hingga terbuka.

CKLEK!!

Seorang wanita dengan tubuh atas polos, dan seorang pria yang berlutut di hadapannya. Keduanya mengeluarkan suara aneh dan membingungkan. Pria yang beraksi dengan rangsangan pada bagian vital wanita di hadapannya tiba tiba harus berhenti. Mereka segera menoleh mendapati pintu kamar yang tiba tiba terbuka. Apalagi ada wajah gadis melongo terkejut dan seorang pria dengan nampan di tangannya.

"Ups, sorry" Lia segera melengos pergi. Jack memasang senyum kikuk melihat pasangan di depan sana risih karena atraksi mereka terjeda.

"Bung, bisa kau tutup kembali pintunya!"

"Oh, sorry. Tanganku sibuk!"

Jack menyusul langkah Lia.