Chereads / antara CINTA atau UANG / Chapter 28 - Teman ranjang

Chapter 28 - Teman ranjang

"Hahahaa.."

"Kenapa kau tertawa!"

"Lucu!"

"Apanya?"

"Kau tak lihat wajah mereka tadi?"

Jack mendaratkan nampan dan mengatur letak makanan di meja. Dia menggelengkan kepala saja mendengar Lia masih terus tertawa geli.

"Kau bahkan membiarkan pintu mereka terbuka"

"Haruskah aku kembali dan membantu menutup pintu?"

"Aku rasa sudah terlambat!"

"Hahaha.. itu terlihat aneh dan lucu.."

Jack tak peduli, dia mulai menikmati makanan ayam goreng dan minumannya. Dia sudah biasa melihat pemandangan seperti itu di club' nya, bahkan lebih daripada itu.

"Kenapa kau tak bisa berhenti tertawa. Makanlah. Nanti keburu dingin"

"Oh, okay. Itu terlihat lezat"

"Ya, dengan Vodka. Kau mau?"

"Tidak terima kasih."

Lia bergabung duduk dan mengambil ayam bersama kentang goreng. Dia melihat Jack yang lebih banyak minum daripada mengunyah.

"Kau kenapa. Kau terlihat frustasi?"

"Ya, sedikit"

"Apa kau ada masalah?"

"Banyak.."

Ah, yang benar saja. Ngomong ngomong masalah, Lia tak terbayangkan apa yang akan dia lihat nanti di Sevilla. Dan bagaimana dia mengakui tentang barang mahal yang dia jual tanpa ijin.

"Jangan mengungkit tentang masalah. Aku rasa masalahku juga banyak."

"Kalau begitu minumlah" Jack menumpahkan minuman.

"Baiklah.. mungkin sedikit tak masalah"

"Kau benar. Jika habis akan aku tambah sedikit lagi.."

"Kau ini, racun!" Ujar Lia meraih gelas mereka yang di pakai bersama. Dia meneguk Vodka pertamanya.

"Kau memakai gelasku!" Keluh Jack.

"Oh maaf, cuma ada satu disini!"

"Yasudah, aku akan minum dari botol langsung!"

"Kau keberatan berbagi denganku?"

"Tidak, aku hanya tidak mau kau berpikir kita berciuman"

"Hahhaa.. itu terdengar aneh.." lirih Lia, kembali meneguk Vodka nya. Jack terus menumpahkan hingga satu botol kosong, ditambah sebotol lagi.

"Ayam dan alkohol memang teman terbaik" Lia mulai mabuk, dia mengangkat tinggi ayam goreng di tangannya dan sedikit sisa Vodka di gelasnya. Jack tertawa sinis. Wanita ini begitu mudah percaya, batin Jack jadi sedikit iba.

"Boleh aku bertanya, apa urusanmu ke sevilla?"

"Boleh aku bertanya, apa urusanmu ke Sevilla?"

"Hey, aku serius. Kau tak mau memberi tahu?"

"Hey, aku serius. Kau tak mau memberi tahu?"

"Hey, kau sungguh sudah mabuk ya?"

"Hey, kau sungguh sudah mabuk ya?"

Jack jengkel karena Lia terus saja mengulang kalimatnya. tak berapa lama tubuh Lia tumbang. Pria itu membantu mengangkat tubuh Lia. Dia membaringkan gadis teman seperjalanan nya ini ke kasur. 

"Kau payah, cepat sekali mabuk!" Kesal Jack.

"Padahal aku butuh teman bicara saat ini." Pria itu bersandar pada kaki dipan kasur. Dia menengadahkan kepala gusar.

"Sevilla, aku harus menginjakmu lagi. Jika sudah kudapatkan apa yang ku mau, aku tak akan menjadi sampah seperti ini. Aku menanti posisi dimana kau bertekuk lutut di hadapanku!" Jack menggenggam erat telapak tangannya. Dia menggaris senyuman sinis.

"Maxi.. kau… sangaat.. tam...pan!"

"Maaaxx.."

Jack memutar kepala dan tertawa kecil melihat Lia yang bangun lalu kembali tidur. Gadis itu mengigau dengan terus memanggil nama max.

"Seperti dugaanku, mereka memang bukan teman biasa.." lirih Jack kembali ke kursi. Dia menumpahkan botol terakhirnya dan ternyata sudah kosong.

"Ah, Sevilla. Harusnya aku melupakanmu.. tapi tidak bisa.. kau selalu membawaku kembali kesana. Kau mengingatkanku pada masa kecil yang menyakitkan.." Jack bergumam sendiri. Dia mengetuk ngetukkan jari pada botol yang kosong, menatap tanpa fokus. Air matanya meleleh dan tumpah di meja kayu. Pria itu menangis merasakan betapa luka hatinya jika terus mengingat kehidupannya di Sevilla.

"Sevilla.. aku yang terluka.." lirih Jack tak jelas. Bayangan masa lalu, dimana dia hidup di rumah megah dan indah, tapi tak merasakan kenyamanan. Dimana dia seperti menumpang di rumah sendiri. Ada seseorang yang dia ingat. Wanita yang selalu menyapa dan tersenyum padanya.

"Nyonya Melinda.." lirihnya masih terus menjatuhkan air mata dengan kepala bersandar pada permukaan meja.

"Nyonya Melinda yang malang.."

"Max!"

Jack mengangkat punggung dengan malas. Suara serak Lia mengganggu nostalgianya yang sendu. Dia berdecak kesal dan memutar posisi. Benar saja Lia sudah berada di belakangnya tadi.

"Kenapa kau bangun? Aku sudah membawamu ke kasur tapi kau malah turun lagi!"

"Max kenapa kau menangis?" Lia mengelap air mata Jack. Pria itu membuang wajah.

"Aku tidak menangis! Dan aku bukan max!"

"Max, kau kenapa!"

"Sudah kukatakan aku bukan max!!"

"Kenapa kau sedih, apa seseorang melukaimu?" 

Suara Lia terdengar sendu dan iba, tak berpikir panjang karena mabuk, gadis itu menarik kepala Jack yang di matanya adalah Maximilian. Jack hanya bisa melotot terkejut. Dia tak percaya Lia memeluknya seerat ini. Dan pelukan ini begitu hangat dan nyaman. Awalnya Jack menolak dan berusaha melepaskan dekapan Lia, tapi gadis itu bersikeras menenangkan dirinya.

"Ada apa max, katakan padaku. Apa sesuatu buruk terjadi padamu?" Jack menggeleng.

"Tidak Lia, aku hanya rindu.."

"Apa kau rindu padaku?"

Jack tertawa sinis. Bukan, dia merindukan tangan hangat yang menerima kehadirannya seperti nyonya Melinda. Dan telapak tangan lia yang menyentuh tengkuknya juga hampir sama, seperti rasa hangat dan nyaman yang sama. Jack bisa merasakan wajah nyonya Melinda hadir diantara wajah Lia.

"Aku merindukan wanita yang selalu menyayangiku dengan tulus.."

"Apa dia kekasihmu?"

"Kau tahu aku tak punya kekasih"

"Ah, kau benar. Bahkan kita sama sama masih virgin"

Jack menautkan alis. Kapan dia mengaku virgin. Yang benar saja!

"Max, bukankah kita berjanji untuk bersama, dan melewatkan malam bersama.."

"Apa?"

"Apa bagaimana, apa kau lupa? Kita berjanji akan belajar bersama di tempat yang lebih baik dari sebelumnya?"

Jack sekali lagi tertawa sinis. Dia tak seharusnya mendengar pengakuan vulgar seperti ini. Jadi maksudnya, Lia dan max akan melewati malam pertama bersama. Mereka bahkan kalah dengan siswa junior school. Siswa siswa itu banyak yang sudah tidak virgin lagi.

"Jadi maksudmu, kita akan melakukannya disini?" Jack mengikuti saja alur ucapan Lia. Gadis itu mengendurkan dekapan, dia menatap dalam wajah Jack.

"Max, apa bola matamu berubah?" Jack bingung harus mengangguk atau menggeleng. Jelas saja dia dan max memiliki bola mata yang berbeda.

"Dan, malam ini kau terlihat lebih dewasa. Apa itu karena aku?" Tanya Lia mendaratkan duduk di atas pangkuan Jack

Pria itu sontak terkejut, dia sedikit gugup mendapati serangan tiba tiba dari Lia.

"Kau terlihat bersemangat. Apa kau yakin ini kali pertamamu?" Ejek Jack. Lia tertawa kecil.

"Bukankah kita banyak belajar.."

Gadis ini sungguh sudah di bawah pengaruh alkohol, tubuhnya hampir saja tumbang kalau bukan telapak tangan jack segera menyambar pinggang Lia dan menarik tubuhnya dalam dekapan. Lia membuka kedua kaki, hingga tubuh mereka begitu dekat. Hingga benda kenyal kembar milik Lia bisa memantul di dada bidang Jack.

"Lia aku tak berniat melakukan hal ini denganmu.. maaf" ujar Jack menjauhkan kepala. Terlambat. Lia menyambar kepala Jack dan melumat habis bibir penuh pria itu. Rasanya begitu lain dengan bercampur bau alkohol kuat. Lia melepaskan ciuman.

"Kali ini, bibirmu terasa penuh hingga aku sedikit kesulitan mengulumnya.." Jack kehabisan kata kata. Kenapa gadis mabuk ini sungguh begitu menggoda. Berbeda dengan gadis polos yang lusuh tadi.

"Lia, kau menjebakku.." lirih Jack gantian menyambar bibir Lia. Kedua telapak kekarnya menahan punggung Lia. Dia melumat habis bibir terbuka milik gadis dihadapannya ini. Mengecup, menghisap dan bermain panas dengan indra pengecap. Saling menyalurkan Saliva yang panas.

"Aku tak tahu jika wanita bisa senikmat ini.." lirih Jack. Shit! Dia juga kalah dengan siswa junior school. Jangan bilang kau juga masih virgin dan menikmati permainan sendiri selama ini.

Tiba tiba wajah Edward terbayang di kepala Jack. Ingat Jack, kau menyiapkan Lia sebagai umpan.

"Bullshit!" Ujarnya. Dia menarik tubuh Lia kian dekat dalam lelukannya, enggan melepas dan berbagi.

"Aaah.." keduanya melengguh dan bermain kian panas.