Chereads / antara CINTA atau UANG / Chapter 31 - Siapa dengan siapa?.

Chapter 31 - Siapa dengan siapa?.

Lia membuka mata setelah menerima ketukan pintu. Dia membuka pintu dan sedikit terkejut dengan servis pagi yang boleh dikatakan berlebihan.

"Pagi nona. Hanya sepotong kue dan SOP hangat untuk nona"

"Wah. Aku tak tahu jika kami menerima buket sarapan lengkap seperti ini!" Lia terlihat senang. Dia mengambil alih nampan.

"Oiya nona. Travel mu sudah siap. Kau bisa melanjutkan perjalanan setelah sarapan dan mandi!"

"Apa kau bilang sir?" Lia menautkan alis heran. "Aku rasa bapak salah makan!" Gadis itu tersenyum sinis. Dia baru saja hendak menutup pintu tapi tiba tiba Lia merasa masih membutuhkan si bapak dengan tampilan ala penyanyi country ini. Dia terlihat seperti coboy profesional hanya saja tidak pada bagian perutnya.

"Maaf sir. Apa kau lihat teman tampanku?"

"Aku baru mau menjelaskan pada anda. Beruntung pintu ini urung tertutup"

Lia memutar badan. Dia kembali mendapati wajah datar si penjaga wisama. Si pelayan. Si pemilik? Mungkin. Tak jelas apa bagian pekerjaan bapak ini, dia seperti menghandle semuanya.

"Temanmu yang tampan dan kaya itu. Aku menyukainya!" Ujarnya mengangkat jempol. Lia mengangguk. Terntu kay menyukainya, dia punya banyak uang.

"Dia sudah pergi sejak semalam!"

"Apa katamu!" Bola mata Lia membesar dan bergetar. Tak percaya. Tentu saja. Bagaimana bisa Jack meninggalkan dirinya.

"Jangan bercanda!"

"Aku tak ada waktu untuk bercanda apalagi dengan wanita muda seperti dirimu. Itu tak akan menyenangkan!" Ketusnya.

"Untuk terakhir kali aku memberi tahu. Terserah kau mau check out kapanpun. Karena di tampan itu sudah memberiku banyak uang. Tapi yang pasti travelmu sudah menunggu di bawah. Jika kau melewatkan travel hari ini. Kemungkinan besok kau harus membayar sendiri!" Lia menatap serius wajah pria paruh baya yang lebih pendek darinya. Tak ada lelucon di wajah itu. Lia menarik nafas. Dia yakin ini hal yang benar.

"Jadi Jack sudah pergi lebih dulu?"

"Ya, aku melihat dia pergi dan meninggalkan semua ini sebagai bentuk tanggung jawab padamu nona muda!"

"Mmm.." Lia masih sulit mengerti.

"Baiklah. Pekerjaanku sudah selesai. Sebaiknya aku turun!" Lia memutar bola mata paham. Tak masalah jika Jack meninggalkan dirinya. Yang pasti dia sudah dapat pengganti, Jack sangat baik sekali. Dia bahkan bertanggung jawab dan berlebihan. Lia tersenyum kecil.

"Nona aku segera turun!" Suara si bapak itu sengaja dibuat lebih berat. Seperti kode keras agar Lia segera menyelesaikan rutinitasnya.

"Ya, aku paham. Aku akan bergegas makan dan mandi lalu turun!"

"Bagus!"

Suara derap langkah kaki sepatu booth bapak dengan topi counter menapaki tiap teat tangga, suara kayu dan sol.sepatu karetnya beradu berisik. Sebelum.benar benar turun dia sempatkan menoleh ke kamar lain.

"Dia bahkan masih menutup pintunya. Aku rasa alkohol membuat dia tak sadarkan diri!" Ujarnya menggeleng tak paham. Dia tak mengerti ada maksud apa dari tingkah unik Jack. Tapi sejujurnya dia tak peduli. Yang penting dia mendapatkan uang.

Satu jam berlalu.

Lama sekali Lia mengemas barangnya, dia seakan enggan meninggalkan kamar inj. Gadis itu menatap layar ponsel. Setelah berbicara dengan suster penjaga bibi Lauren, Lia berusaha menghubungi Lexi. Sialnya sepupunya itu bak hilang ditelan bumi. Tak menjawab panggilan ponsel dari Lia sekalipun. Bahkan semua pesannya tak menerima jawaban. Kenapa sebetulnya!

_____

Grand boutique, 

Pukul 10.00 pagi

Kamar berdebu sudah menghilang. Tatanan yang seakan mati sekarang kembali hidup. Suhu ruangan yang dingin dengan lantai marmer seakan hangat bahkan panas. Cahaya musim panas memang sangat menyilaukan dari balik hordeng dengan desain shabby.

Lantai atas ruko grand boutique milik Maria.

Di bawah sana semua orang sedang sibuk memulai pekerjaan. Entah itu showroom yang mulai ramai. Bengkel yang mulai berisik dengan bunyi mesin jahit. Hiruk pikuk beberapa pegawai dengan kesibukan masing masing.

Maria meninggalkan kantornya. Dia meminta seorang asisten untuk menghadap sebelum dia memutuskan untuk tidak bekerja hari ini. Lagi lagi!

"Tom. Bisa kau urus pekerjaanku hari ini. Aku lelah sekali dan ingin istirahat"

"Tidak masalah nona. Aku selalu bisa diandalkan!" Balas tom yang bertubuh atletis dengan kemeja berwarna pastel dengan motif hitam.putih daun Pinus. Dia membiarkan hampir setengah kancing kemejanya. Memamerkan bulu dada yang lebat. Tom mengenakan bando agar rambut gimbalnya tak mengganggu pemandangan. Dia memiliki kuku lentik dengan perawatan ekstra tak mau kalah dari bosnya Maria. Dia memang bisa diandalkan dan rajin bekerja. Dan satu lagi yang membuatnya lebih rajin kali ini. Lexi!

"Maria, apa Lexi akan ikut pemotretan lagi kali ini?" Tanya tom dengan tatapan mengandung maksud. Maria tersenyum kecil, dia menggeleng.

"Sayang sekali.." lirih Tom kecewa.

"Aku harus memilah beberapa pakaian last stock. Kita bisa menjualnya dengan adanya Lexi disini!" Ujar Mariah membuat senyum Tom kembali merekah.

"Kau tahu. Ketika aku memasukkan dia di website dan platform online lainnya. Respons konsumen sungguh luar biasa. Mereka ternyata menyukai badboy daripada goodboy!" Suara Tom sangat excited, dia salah satu fans dadakan Lexi.

"Mataku tak salah kan!" Tom mengangguk setuju dengan ucapan Maria.

"Aku bahkan mengeluarkan budget ekstra untuk dapat memakai model model profesional dengan fans base besar. Nyatanya konsumen menyukai pakaian resmi dengan pria dengan look bad boy! Ya, mereka terlihat Badas!!" Tom menggigit bibir ketika membayangkan bagaimana Lexi yang gugup dan menautkan alis di depan kamera. Rasa tak nyaman Lexi terlihat sungguh nyata. Pria itu membenci flash kamera hingga gambar yang di dapat begitu hidup.

"Oke Tom, simpan kekaguman dirimu. Aku harus menyelesaikan tugasku!"

"Ah, maaf nona. Baiklah kalau begitu." Tom mengerti. "Apa semua sudah dibawa ke atas?" Tom.bertanya tentang pakaian last stok yang tadi Maria katakan. Maria menjawab dengan anggukan kecil. Entah sudah atau tidak sebetulnya itu tak terlalu penting.

"Oiya. Jangan ada yang naik ke lantai atas. Siapapun! Aku butuh konsentrasi!" Pinta Mariah memerintah.

"Tidak ada yang akan ke atas. Lagipula proses turun barang di gudang sudah selesai!" Balas Tom tak paham dengan ucapan Maria. Dia hanya butuh penegasan saja. Memang lantai tiga jarang ada yang pakai. Tom bahkan lupa kapan terakhir dia ke sana. Kamar di atas itu seperti kamar mati. Tak tersentuh. Hanya sesekali di bersihkan saja.

CKLEK!

Lexi melebarkan senyuman menyambut Maria yang mendorong pintu kamarnya.

"Kau sudah ke atas sepagi ini?"

"Ya, kudengar kau kerja lembur ya.." Mariah mendaratkan diri di tepi ranjang, sebelumnya dia mengunci pintu dengan baik. "Apa kau lelah?" 

Lexi menghampiri Maria, dan membawa gadisnya dalam pelukan. Dia tak menjawab pertanyaan Maria. Kenyataannya dia tak boleh mengatakan lelah pada wanita ini. Dia ini bosnya!

Lexi menyambar bibir Maria. Melumat dalam dan menghisap dengan penuh tenaga. Tak Masalah baginya over time. Sebentar lagi keinginan Lexi akan terpenuhi.

"Aaahhhg.." Maria bergumam tak jelas menikmati kecupan dalam Lexi. Pria itu mulai meraih bagian dada yang masih menyembul sedikit dalam balutan tanktop ketat. Maria menanggalkan blazernya di kursi kerja di lantai bawah.

Tak cukup jika hanya menikmati bibir Maria. Lexi menurunkan bibirnya membasahi pangkal.leher hingga bagian tepi dada. Membuat noda cinta disana.

"Aahh.. Lexi perlahan saja. Aku ingin menikmati nya pelan pelan.." pinta Maria, mencari tepian ranjang, dia hendak berpegangan, tak mampu menahan gejolak yang Lexi berikan.

"Bagaimana mungkin aku sabar, jika itu denganmu.." Lexi menurunkan tali tanktop Mariah, hingga dadanya menyembul. Pria itu langsung menyambar dan menghisap dalam.

"Leeexxx.." lirih Maria tak bisa membuka mata. Dia hanya bisa terus bergerak tak jelas.

Lexi tersenyum dengan permainan panas lidahnya yang menikmati nipple segar Maria. Dia tersenyum dengan santapan paginya. Dia tersenyum dengan paperbag yang di bawa Maria. Lexi sudah lama menginginkan benda mahal itu. Dia bahkan lupa dimana terakhir kali dia meletakkan handphone bututnya. Dan sekarang! Dia mendapatkan pengganti yang tak terbayangkan sebelumnya.

"Mariah siapa yang menikmati tubuhmu lebih dulu pagi ini?" Maria melonjak. Dia menatap wajah terkejut Lexi. Wanita itu menarik nafas dalam.