Chereads / antara CINTA atau UANG / Chapter 24 - Training 21+

Chapter 24 - Training 21+

Mariah memarkir mobilnya. Dia segera turun dan mendapati Lexi masih diam diri,

"Ayo turun! " Gerakan tangan Maria meminta Lexi mengikutinya. Pria itu menurut. Masih pagi sekali, bahkan rolling door masih rapat dengan banyak kunci pada sisinya.

Mariah melempar sebundel anak kunci. Lexi menangkap dengan cekatan.

"Buka pintunya!" Perintah Mariah, Lexi menurut patuh. Setelah menarik rolling door. Mariah meminta Lexi menutu kembali. Jelas wajah pria itu bingung tapi tak mau protes juga. Dia mengikuti saja Mariah masuk.

Sebuah ruangan dengan banyak manekin dan lemari kaca di sepanjang dinding. Butik, Lexi mengangguk angguk sok tahu. 

"Kau, lekas mandi dan ganti pakaianmu!" Pinta Mariah memerintah lagi. Dia sudah sekuat tenaga menahan bau Lexi. Untung saja tampan. Kalau tidak sudah Mariah tendang.

"Ini tokomu?"

"Ya!"

"Bagus sekali, pasti sangat mahal baju baju disini!"

"Jangan berani berani kau sentuh apapun!" Ketus Mariah galak. Lexi jadi takut. Tapi cuma berpura pura saja. Gadis galak biasanya garang di ranjang. Lexi menyukai itu.

Mariah mengambil kaos pria dan sebuah celana bahan pantalon berwarna coklat gelap. Dia melemparkan ke arah Lexi.

"Itu ukuranmu!" Seru Mariah yakin. Lexi menatap pakaian dalam tangkapannya. Bahannya lembut dan nyaman. Sangat berbeda dengan yang sedang dia kenakan.

"Oiya, ini!" Mariah melempar underwear berukuran large.

"Kau yakin ini ukuranku?" Mariah memutar mata.

"Ya, menurutku itu pas untukmu!"

"Kau yakin?"

"Cepat bersihkan dirimu!" Mariah enggan meladeni Lexi.

Wanita itu menyalakan mesin kopi, dia akan membuat dua kopi panas untuk mereka. Masih sangat pagi untuk bekerja. Biasanya Mariah akan datang tengah hari atau sore hari kesini. Tapi dia sedang malas di rumah saat ini. Anggaplah ini cara kabur yang alami.

Tak berselang lama Lexi selesai mandi. Tepat dugaan Mariah. Pria ini begitu keren ketika berdandan rapi. Matanya tak pernah salah.

"Kau butuh pekerjaan kan!" Lexi mengangguk.

"Kau boleh bekerja di sini! Mulailah dari bersih bersih karena tak ada yang membersihkan tempat ini!" Seru Mariah menunjuk vacum di belakang sana. Lexi tak keberatan. Dia segera menuju arah telunjuk Mariah.

"Hey!" Panggil Mariah. 

"Nanti dulu, kau harus minum kopi mu sebelum dingin!" Okey, baiklah. Tanpa membantah Lexi kembali bergabung di meja yang sama. Dia meraih gelas kopi yang Mariah sodorkan. Sungguh aroma yang menggugah selera.

"Apa kau mau makan sesuatu?"

"Ya, aku sedikit lapar" ujar Lexi jujur. Gadis itu bangkit menuju dapur. Dia meraih sepotong roti dan selai. Dia menyodorkan pada Lexi yang segera mengurus makanannya sendiri. Mariah hanya memperhatikan saja. Lexi begitu tergessa gesa dan lahap. Hingga selai stroberi mengotori sudut bibirnya. Mariah tertawa geli.

"Ada apa?" Tanya Lexi heran masih sibuk mengunyah roti.

"Tidak, kau ini!" Mariah mengalihkan tatapan.

"Ayolah, apa yang terlihat lucu?" Tanya Lexi penasaran. Mariah menghindari tatapan mata Lexi.

"Ini!" Tunjuk Mariah pada sudut bibir Lexi. Pria itu menyeka dengan ujung jempolnya. Dia tertawa sendiri dan mengecup sisa selai itu dengan bibirnya. Mariah memperhatikan dengan seksama dan Lexi menyadari tatapan itu.

"Ada apa?" Tanya Lexi curiga. Mariah mengangkat bahu malas.

"Kau sedang dalam masalah?" Mariah masih enggan menjawab.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya Lexi, dia yakin Mariah sedang merasa kesulitan. Wajah tegang dan muram pagi ini, apalagi kalau bukan ada masalah. Mariah gadis yang baik dan ramah sebelumnya. Ada yang membuat perasaannya tak baik hari ini.

Mariah masih tak mau cerita. Baiklah. Lexi pasrah saja. Dia melanjutkan ke potongan roti selanjutnya. Mariah masih menatap dengan seksama. Dengan pikiran kemana mana. Dia masih mengingat tingkah Edward padanya.

"Aku menghindari kakak ipar.." tanpa diminta sekarang Mariah bercerita sendiri. Seperti tak peduli Lexi masih melanjutkan makannya.

"Dia terus saja menggoda dan mencuri kesempatan padaku. Meski aku berusaha menolak dan menghindari. Tetap saja itu mengganggu pikiranku.." Lexi mengunyah makanannya dengan lahap.

"Bagaimana mungkin seorang ipar dan adik ipar tinggal dalam satu rumah. Bukankah itu sudah terdengar aneh?" Lexi mengangguk saja.

"Aku sulit sekali membuang semua pikiran kotor ini. Edward membuatku tak nyaman. Tapi aku membutuhkannya.." what! Alis Lexi naik sebelah tapi dia belum berani menyela. Biarkan Mariah bercerita dulu.

"Aku juga mendengar dia tidur dengan pelayan! Sudah gila ya! Sebetulnya wanita apa yang dia inginkan!" Gusar Mariah kesal. Dia meneka dahi kasar. Menyimpan emosi.

"Seharusnya dia bercerai dengan kakak, dan katakan dia ingin menikahi ku. Bukankah itu lebih masuk akal?"

Roti di tangan Lexi terjatuh. Apa dia tak salah dengar.

"Kau terkejut? Ya, iparku memang tampan dan gagah meski usianya sudah setengah abad. Dan paling penting dia sangat kaya.." Lexi menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia meraih lagi roti di piring dan melanjutkan makan. Sebenarnya sudah berapa lama dia tak menemukan makanan?

"Ya, bisa saja aku main belakang. Tapi kenapa hatiku tak bisa saat melihat wajah max. Keponakanku!" Lexi menggelengkan kepala tak mengerti.

"Kau tahu, bahkan saat tangan kekarnya menyentuh pahaku, seketika aku merinding dan menginginkan lebih. Pasti dia sangat panas di kasur. Ku dengar dia bisa menghabiskan waktu yang panjang saat bersama wanita muda."

"Suaranya yang berat dan nafasnya yang hangat saat mendekati tengkukku!" Mariah menyentuh leher belakang dan menutup mata. Dia membayangkan bagaimana Edward menggodanya kemarin. Ya, dia hampir saja larut dalam sentuhan itu. Untung saja dia masih sadar diri.

"Kupikir kau hanya kesepian setelah putus dari si pengecut malam itu." Maksud Lexi adalah Daniel. Pria yang meremehkannya saat di club'. Mariah menggigit bibir.

"Mungkin.. aku jadi sulit melupakan iparku.." lirihnya mencoba melepas bayangan Edward.

"Apa kau yakin akan memberiku pekerjaan?" Tanya Lexi keluar dari topik pembicaraan mereka.

"Ya" balas Mariah singkat.

"Baiklah, aku sudah mandi dan bersih. Apa kau mau mencoba?"

"Apa maksudmu?" Tanya Mariah bingung.

"Mungkin kau butuh mengetes, atau training untukku?"

"Misalnya?" Lexi bangkit dari posisi duduk. Dia mendekati Mariah dan meraih pinggang gadis itu. Dia meminta Mariah bangkit dan mensejajarkan diri.

Kedua mata itu saling menatap dalam.

"Aku bisa membuatmu melupakan ipar mu yang panas dan keren itu!" Ujar Lexi yakin. Dia menurunkan kepala perlahan, menyambar bibir Mariah yang sudah siap. Wanita itu sedikit membuka bibir tipisnya, hingga gigi kelincinya bisa mengintip.

"Kau sangat cantik dan seksi, jangan menyerah pada iparmu. Mungkin aku tak sekaya dia, tapi aku bisa melumpuhkan dirimu!" Bisik Lexi, menyambar bibir Mariah dan mengecap rasa kopi dari mulut wanita itu, dia menuntun tangan Mariah untuk melingkar di panggulnya. Dia mencubit gemas bokong sintal dan terus menepuk nepuk berkali kali.

Mariah menelusuri kulit Lexi yang bersuhu lebih rendah, menelusuri otot otot kekar di balik kaos polos yang tadi dia berikan. Harusnya dia tak perlu memberikan kaos ini, nyatanya kini sudah dilepas lagi.

"Ayo ke kamar.." ujar Mariah sudah tak sabar lagi. Memulai training pertama Lexi. Apakah betul dia sesuai dengan kriteria yang Mariah inginkan.

Pria itu mengangkat tubuh Mariah ke dalam gendongannya, dia enggan melepaskan pagutan bibir mereka.

okey tanggung.. lanjut besok yaa..