"Kenapa kalian lama sekali?! Sudah kuduga aku adalah pengemudi yang hebat! Aku sampai lebih dulu daripada kalian!" ucap Ethan pamer.
"Maafkan aku pak Ethan, aku tidak bisa mengemudi dengan cepat karena ada seorang wanita di dalamnya," balas Andi membuat Ethan cemberut.
Carolina hanya menatap kedua pria itu yang sepertinya sedang memamerkan kemampuan mengemudi mereka, Carolina menggeleng-gelengkan kepalanya, pria bisa se kekanak-kanakan begitu.
"Ayo kita masuk," ucap Carolina akhirnya sebelum kedua pria itu akan mempermalukan diri mereka sendiri.
Mendengar suara Carolina, Ethan dan Andi kemudian masuk ke dalam rumah sakit.
Rumah sakit itu terlihat besar, setelah tanya sana sini akhirnya mereka mengetahui letak ruangan tempat Yuda dirawat.
Selama perjalanan mereka mencari ruangan itu, orang-orang yang berjumpa dengan mereka mau tak mau sesekali melihat ke arah mereka sekali lagi karena visual yang ditampilkan oleh mereka.
Ethan yang meskipun memakai kacamata hitam dan topi tetap terlihat gagah dengan setelan jas yang dia pakai.
Carolina yang bertubuh tinggi dan wajahnya yang memang cantik.
Sedangkan Andi, secara visual juga tidak terlalu buruk.
"Apa di sini ruangan pasien yang bernama Yuda Ulasan?" tanya Andi kepada suster yang berjaga di ruangan itu.
Suster itu yang terpesona dengan kedatangan mereka bertiga hanya bisa tersenyum malu karena sempat bengong saat ditanyai oleh Andi.
"Ah, iya, apa ini dengan pak Andi?" tanya suster itu lagi setelah mengecek sesuatu di meja yang tampak seperti meja resepsionis itu.
"Iya," balas Andi.
"Tolong pindahkan pak Yuda di kamar VIP," ucap Ethan tiba-tiba, dia tadi sempat menengok keadaan di ruangan itu dan menyadari bahwa di dalam 1 ruangan terdapat 6 tempat tidur pasien. Sepertinya setelah selesai melakukan operasi, pihak rumah sakit menempatkan pak Yuda di bangsal kelas 3 yang terdapat 6 tempat tidur pasien.
Melihat Ethan yang sepertinya seorang bos besar dari pakaian yang dia gunakan, suster itu bertanya,
"Di rumah sakit kami untuk kamar VIP terbagi menjadi 3, VIP A, VIP B, dan VIP C. Fasilitas di dalamnya hampir sama kecuali luas kamarnya," ucap suster itu kemudian menjelaskan fasilitas apa saja yang ada.
Ethan sedikit bingung ketika suster itu menjelaskan hal tersebut padanya, dia hanya ingin tidak ada siapa pun di kamar itu kecuali pak Yuda biar dia bisa segera melepaskan topi dan kacamata hitamnya, apakah dia harus mengambil kamar VIP A yang mahal, VIP B yang harganya menengah atau VIP C dengan harga termurah.
Ethan kemudian menatap Carolina, seakan meminta bantuan padanya. Carolina yang menyadari Ethan sedang menatapnya dengan tatapan kebingungan dan minta tolong, akhirnya menjawab.
"Pindahkan ke VIP A aja sus! Biayanya nanti akan ditanggung oleh bos perusahaan tempat pak Yuda bekerja soalnya! Bosnya kaya raya sehingga gak tau harus menggunakan uangnya kayak gimana lagi, jadi taruh di VIP A aja, ya!" ucap Carolina membuat Ethan menatapnya dengan tatapan, "Dasar wanita ini," sementara Andi juga menatapnya dengan bingung, karena Carolina bisa ngomong begitu padahal si bos ada bersama mereka saat ini.
"Iya kan, pak bos?" tanya Carolina meminta persetujuannya lagi, tapi dia sengaja tidak menyebutkan nama Ethan.
"Ah iya, pindahkan ke VIP A saja," ucap Ethan akhirnya.
"Baik pak, tunggu sebentar, ya!" jawab suster itu akhirnya kemudian menelepon seseorang lewat telepon yang berada di situ dan tak lama kemudian mereka bertiga melihat ada sebuah ranjang yang dibawah keluar oleh petugas rumah sakit di dalam sebuah ruangan yang berada di situ.
"A-Andi," ucap pasien itu ketika dia melewati mereka.
Hati Andi terasa sakit ketika melihat pak Yuda yang sudah lama dia kenal saat ini sedang dibalut kepalanya dan kaki kanannya.
"Kami akan pindahkan pak Yuda ke kamar yang lebih baik. Tunggu sebentar, ya! Sedikit lagi aku akan ke sana," jawab Andi sebelum akhirnya para petugas itu mendorong kembali ranjang itu.
"Oh ya suster, dimana aku bisa mengurus jaminan kesehatan perusahaan dan meminta surat izin sakit?" tanya Andi lagi. Alasan dia kemari untuk membantu pak Yuda mengurus administrasi rumah sakit dan meminta surat izin sakit dari rumah sakit untuk dia berikan kepada tim HRD sehingga prinsip no work no pay tidak akan berlaku karena beliau sedang sakit.
"Kamu bisa mengurusnya di loket 1 dekat pintu masuk," jawab suster itu.
Andi kemudian menatap Carolina dan Ethan sebelum akhirnya berkata, "Kalau begitu aku pergi urus administrasinya dulu, ya,"
Carolina dan Ethan hanya mengangguk. Andi kemudian pergi.
Setelah menanyakan lokasi VIP A, Ethan dan Carolina juga pergi dari ruangan itu.
"Sepertinya aku juga harus melakukan pemeriksaan di sini karena tadi ada seseorang yang menyerangku!" ucap Ethan tiba-tiba ketika dia dan Carolina sedang berjalan untuk menuju ke ruangan VIP A itu.
"Lo pantas mendapatkannya!" balas Carolina yang menyadari pria itu sengaja menyinggung kembali kejadian tadi.
"Salahku apa memangnya?" tuntut Ethan yang merasa Carolina telah menyerangnya padahal dia sama sekali bersalah.
Carolina hanya menatapnya tanpa membalas.
"Kan aku cuma bilang kamu tidak merasa malu sama aku karena kita sudah pernah ngobrol secara dekat di ruanganku," ucap Ethan yang segera mencari alasan. Dia sebenarnya tadi ingin membahas kejadian di kamar hotel.
Lagi-lagi Carolina hanya diam saja dan menatapnya, tatapannya menjadi lebih tajam dari sebelumnya.
"Iya iya, maaf, aku hanya bercanda," ucap Ethan akhirnya mengaku salah.
Setelah mendengar hal itu, Carolina tidak menatapnya secara tajam lagi.
"Tapi aku benar-benar terkejut lho, kita bisa bertemu lagi seperti ini," ucap Ethan lagi tiba-tiba.
"Gue juga sih," batin Carolina.
Melihat Carolina yang diam saja, Ethan melanjutkan, "Aku kurang begitu ingat sih kejadian malam itu, aku hanya mengingat bahwa kamu berusaha untuk menggodaku dan kita melakukannya beberapa kali, aduh!" Ethan yang sedang bercerita sambil mencoba mengingat ingat kejadian waktu itu tiba-tiba merasakan sakit kembali dipinggangnya.
"Sakit tahu!" ucap Ethan ketika menyadari bahwa lagi-lagi Carolina mencubitnya.
"Biar lo gak mikir aneh-aneh lagi!" balas Carolina dan siap melakukan serangan keduanya tapi kali ini Ethan berhasil menghindar.
"Oh! Gerakanmu cepat juga!" ucap Carolina yang takjub Ethan berhasil menghindarinya, dia kemudian mempersiapkan serangannya sekali lagi, tapi lagi-lagi Ethan berhasil menghindarinya.
"SIni gak lo!" ucap Carolina yang mulai kesal.
"Mana ada orang yang mau dipukul menyerahkan dirinya begitu saja!" balas Ethan sambil berusaha untuk menghindar.
Orang-orang yang berada di situ hanya menatap mereka dengan heran, tapi karena mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang lagi bertengkar, mereka tidak ingin untuk ikut campur.
Mungkin lain halnya jika posisinya terbalik, pria yang menyerang wanitanya, pasti mereka akan langsung ikut campur dan menghajar prianya!
Carolina menunggu waktu yang tepat, jika Ethan menghindar ke arah kirinya setelah dia ingin mencubitnya dengan menggunakan tangan kanan, maka dia akan meninju pria itu dengan tangan kirinya jika pria itu berada dalam jangkauannya.
Waktu yang ditunggu-tunggu oleh Carolina akhirnya datang juga, melihat Carolina yang akan mencubit pinggang kirinya, Ethan menghindar ke arah kanannya, dia sama sekali tidak menyangka bahwa serangan tadi adalah sebuah tipuan dan akhirnya lengan kirinya berhasil mengenai tinju kiri yang sudah dipersiapkan oleh Carolina.
"Aduh! Sakit tau!" ucap Ethan yang merasakan sakit.
"Ah! Puas rasanya!" ucap Carolina sambil melakukan gerakan menepuk-nepuk kedua tangannya secara bergantian seolah-olah sedang membersihkan tangannya, rasa kesal yang ditimbulkan oleh Ethan sejak tadi hilang sudah.
"Ayo pergi!" lanjut Carolina yang langsung berjalan tanpa memandang Ethan yang masih menahan sakit di lengannya.
Melihat Carolina yang tidak memperdulikannya, Ethan hanya menatapnya sambil memegang lengannya yang sakit.
���Tidak hanya jago mengumpat, wanita itu jago berantem ternyata! Pukulannya benar-benar sakit!" pikir Ethan yang kini menatap Carolina dengan takut.
Seorang ibu-ibu yang dari tadi melihat pertengkaran Ethan dan Carolina tiba-tiba datang mendekati Ethan yang masih diam di situ, memegang lengannya dan menatap Carolina.
"Kamu berbuat salah apa sama pacarmu sampai di hajar seperti itu? Apakah kamu selingkuh?" tanya ibu-ibu itu.
"Eh?" tanya Ethan yang bingung karena tiba-tiba seorang ibu-ibu datang menghampirinya. "Ah, bukan seperti itu kok. Dianya aja yang wanita kasar yang tiba-tiba langsung memukulku!" ucap Ethan yang merasa bahwa lagi-lagi Carolina membuatnya seolah-olah pihak yang bersalah.
"Dasar anak ini!" Ibu-ibu itu tiba-tiba memukul Ethan lagi, "Mana mungkin kamu tidak ada salah terus wanita cantik tadi memukulmu! Dia sudah cantik begitu tapi kamu masih selingkuh? Kamu memang pantas dihajar begitu oleh wanita tadi!" ucap ibu-ibu itu tiba-tiba emosi sendiri.
"Tapi aku gak benar-benar bersalah kok!" ucap Ethan yang merasa tidak adil.