"Mau aku anterin?" tawar Andi lagi yang masih berada di situ.
"Gak apa-apa, kok! Aku bisa pesan ojek online!" jawab Carolina, menolak dengan halus.
Andi yang tidak ingin memaksa Carolina, kini menatap Ethan, "Pak Ethan sendiri gimana? Mau balik sekarang atau?"
Ethan yang masih kebingungan karena Carolina tidak menyadari tatapannya, menatap Andi, "Ah, kamu duluan saja. Aku masih ada urusan jadi belum bisa balik ke kantor."
"Oh baiklah," ucap Andi kemudian akhirnya keluar dari kamar itu.
Carolina yang sejak tadi berdiri, kembali duduk di sofa tadi.
"Apaan?" tanya Carolina yang merasakan dari tadi Ethan terus menatapnya.
Ethan diam sebentar, takut wanita itu akan marah lagi padanya.
"Apaan? Lo dari tadi liatin gue mulu, kenapa?" tanya Carolina tidak sabar.
"Itu… kamu gak jadi ikut sama aku ke hotel A?" tanya Ethan akhirnya setelah Carolina mendesaknya.
Carolina memutar bola matanya, "Tentu saja gue akan ikut dengan lo! Jangan bilang lo mau tarik lagi kata-kata lo?!"
"Gak kok. Tapi katanya tadi kamu ada urusan di kampus," ucap Ethan lagi.
"Oh itu. Itu mah alasan gue aja biar pak Andi pergi duluan. Kan sebelumnya gue bilang gue gak nyaman untuk naik di mobil lo. Image gue sebagai wanita sejati bakal rusak dong kalo pak Andi lihat gue naik ke mobil lo," ucap Carolina lagi menjelaskan.
"Wanita sejati?" tanya Ethan bingung.
"Sekarang jamannya kesetaraan gender! Memangnya cuma pria doang yang boleh disebut pria sejati? Wanita juga bisa dong disebut wanita sejati!" ucap Carolina lagi, "Udah ayo kita pergi! Kayaknya pak Andi juga paling udah sampai di parkiran!" lanjut Carolina lagi kemudian bangkit berdiri dari tempat duduk.
"Jadi tadi dia lagi berbohong? Wah! Sepertinya bakat aktingnya semakin meningkat," pikir Ethan yang kali ini tidak bisa melihat bahwa Carolina hanya membuat alasan.
Carolina mendekati Yuda terlebih dahulu untuk berpamitan, tapi sepertinya pria itu sudah tidur sejak Andi telah pergi. Carolina akhirnya memutuskan untuk pergi tanpa berpamitan.
"Tunggu sebentar!" ucap Ethan yang mulai merapikan dirinya lagi. Dia kembali memakai jas miliknya, kacamata hitam dan topi yang sempat dia lepaskan sebelumnya.
"Bentar aku ke toilet dulu," ucap Ethan yang melepaskan lagi topi dan kacamatanya setelah merapikan dirinya.
"Buruan!" ucap Carolina yang berdiri dengan tidak sabar.
"Duduk aja dulu, kayaknya bakal lama!" teriak Ethan dari dalam toilet.
"Eww, menjijikan!" balas Carolina dan akhirnya kembali duduk.
"Menjijikan apanya? Ini hal biasa, kok! Uhh,: teriak Ethan lagi sambil berusaha keras.
Tubuh Carolina terasa geli ketika mendengarnya, "Udah udah! Gak usah ngomong lagi!" bentak Carolina.
"Hah? Bentar, susah ini keluarnya, uhh…" teriak Ethan lagi.
Carolina yang tidak tahan lagi mendengar pria itu yang terus ngomong sambil melakukan urusannya di dalam toilet, memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.
"Dasar pria kotor! Kenapa juga dia harus menjelaskannya!" pikir Carolina yang masih geli.
Sementara Ethan yang masih sibuk dengan urusannya, merasa ada yang aneh.
"Hei! Kamu masih di sana?" tanya Ethan karena tiba-tiba sepertinya tidak ada suara lagi.
"Hei!" teriak Ethan lagi, tapi sekali lagi tidak ada balasan.
"Apakah wanita itu lagi-lagi meninggalkanku?" pikir Ethan.
Takut Carolina lagi-lagi meninggalkannya, Ethan segera mempercepat urusannya, dengan satu tarikan nafas dan dorongan, dia akhirnya berhasil mengeluarkannya.
Setelah membersihkan dirinya dari panggilan alam, Ethan keluar dari toilet dan kebingungan karena tidak ada siapa-siapa lagi di kamar itu selain Yuda.
"Apa dia benar-benar meninggalkanku lagi?" pikir Ethan yang memakai kembali kacamata dan topinya sebelum akhirnya keluar dari kamar itu.
"Sudah selesai?" tanya Carolina yang menunggu di luar sambil bersandar di dinding.
Ethan mengangguk, "Kupikir kamu pergi ke hotel duluan,"
"Kalo gue bisa naik gratis bareng lo, kenapa gue harus keluarin duit buat ke sana?" pikir Carolina, tapi dia tidak mengatakannya pada Ethan.
"Ayo kita pergi! Lo serius udah bersihin baik-baik kan?" tanya Carolina sekali lagi memastikan.
Ethan mengangguk, "Toiletnya ada bidet kok! Tapi aku juga udah cuci tangan, nih kamu coba cium," ucap Ethan sambil menyodorkan tangan kirinya di depan Carolina.
"Eww! Dasar Jorok! Menjijikan!" ucap Carolina yang langsung menepis tangan itu dan memukul lengan Ethan.
"Kenapa? Masih bau, ya?" Ethan kemudian mencium tangan kirinya, "Nggak kok, ini bau sabun," balasnya.
Carolina hanya bisa menatapnya dengan tatapan jijik sebelum akhirnya melangkahkan kakinya untuk menjauhi pria jorok itu.
Ethan yang melihat Carolina mulai berjalan lagi meninggalkan dirinya, segera menyusul wanita itu.
***
"Jangan lupa pakai sabuk pengaman," ucap Ethan ketika dirinya dan Carolina berada di dalam mobil.
"Iya, iya, ini gue bakal pake!" ucap Carolina sambil memegang sabuk pengaman itu.
���Apa gue keliatan seperti orang yang gak suka pake sabuk pengaman ya?" pikir Carolina. Tadi Andi juga mengingatkannya hal yang sama.
Meski memang benar sih dia tidak terlalu menyukainya…
"Sini aku bantuin- oh, kamu sudah memakainya ternyata," Ethan baru saja akan menawarkannya untuk menarik sabuk pengaman itu seperti yang sering dia lihat di drama, tapi Carolina sudah terlanjur menarik dan menguncinya.
Carolina hanya memutar bolanya melihat Ethan yang mencoba untuk menarik sabuk pengamannya.
Setelah memasukan koordinat hotel A di gps mobilnya, Ethan mulai menginjakkan pedal gasnya.
Suasana kembali menjadi hening, Ethan melirik ke arah Carolina dan melihat wanita itu sedang sibuk dengan layar handphone miliknya. takut wanita itu akan memarahinya lagi kalau mengganggunya, Ethan memutuskan untuk tidak mengajaknya bicara.
Carolina yang sedang asyik membaca manga di layar handphonenya tiba-tiba terkejut dengan suara nyanyian, tapi anehnya tidak ada musik yang terdengar.
Setelah memfokuskan pendengarannya, lagu itu dalam bahasa inggris tapi dia tidak pernah mendengarnya.
Suara penyanyi itu terdengar indah dan merdu membuat Carolina mau tak mau mengangkat kepalanya untuk melihat nama track list yang mungkin di putar si apel merah di mobilnya.
Tapi ketika Carolina melihat audio player yang berada di mobil itu, itu sama sekali tidak sedang memutar apa pun!
Raut wajah Carolina menjadi bingung.
"Ada apa?" tanya Ethan yang melihat Carolina sedang kebingungan.
Suara nyanyian tadi juga berhenti.
Carolina menatap Ethan dengan ragu.
"Apa tadi lo yang nyanyi barusan?" tanya Carolina.
Ethan mengangguk.
"Bohong! Coba nyanyi lagi!" ucap Carolina dengan tidak percaya. Suara Ethan ketika berbicara terdengar berbeda dengan suara nyanyian tadi.
Suara orang yang bernyanyi tadi terdengar lembut dan seksi.
Ethan kemudian mulai menyanyikan lagu tadi, dia sesekali melirik ke arah Carolina.
"Ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Ethan yang tiba-tiba menjadi salah tingkah ditatap oleh Carolina.
"Bukannya lo aktor, ya?" tanya Carolina bingung. Suara Ethan menurutnya terlalu bagus untuk seorang yang berprofesi sebagai aktor. Dia bisa saja menjadi seorang penyanyi!
Sewaktu kejadian Ethan yang dipotret di kantor NamTech, Carolina telah membaca artikel yang keluar waktu itu. Itu jelas-jelas dituliskan bahwa si apel merah ini adalah seorang aktor!
"Memangnya aktor gak boleh nyanyi?" tanya Ethan heran.
"Gak sih, suara lo saat nyanyi terlalu bagus aja untuk seorang aktor!" ucap Carolina mengatakan dengan jujur.
Ethan tersenyum ketika mendengarnya, wanita itu sedang memuji dia, kan?
"Ohh, aku dulu pernah ikut trainee untuk jadi idol," ucap Ethan mencoba menjelaskan.
"Terus? Lo gak debut debut terus banting setir jadi aktor, ya?" tanya Carolina penasaran.
"Enak aja! Aku cuma trainee 2 tahun terus langsung debut, tahu!" ucap Ethan memamerkan dirinya. 2 tahun adalah waktu yang bisa dikatakan cukup cepat bagi seorang trainee untuk dapat debut menjadi idol group.
"Ohh, terus sekarang udah bubar, ya?" tanya Carolina. Ethan hanya mengangguk.
"Lo posisinya apa? Penyanyi? Atau penari? tapi kayaknya lo gak bisa nari deh," ucap Carolina yang tiba-tiba jadi tertarik. Mungkin karena dia sering mendengar ocehan-ocehan Clara yang merupakan penggemar kpop sehingga sedikit-sedikit dia mengetahui istilahnya.
"Aku bisa dance kok! Aku dulu posisinya visual, dong!" ucap Ethan sekali lagi dengan bangga.
"Visual?" tanya Carolina dengan bingung.
Ethan mengangguk, "Iya, member yang paling tampan di grup," jawab Ethan dengan bangga.
Carolina memutar bola matanya ketika mendengar hal itu, "Apakah dirinya gak malu mengatakan bahwa dia adalah yang paling tampan?" pikir Carolina. Dia kemudian mulai mengamati wajah Ethan.
Matanya tidak terlalu sipit dan tidak terlalu bulat, dan setelah Carolina perhatikan, itu sepertinya berwarna coklat tua, tatapan matanya juga terlihat tajam, sangat kontras dengan dirinya yang seperti anak kecil.
Hidungnya mancung, meski tidak setinggi hidung Carolina.
Bibirnya terlihat kemerahan dan tipis.
Menurut standar ketampanan versi Carolina, wajah Ethan memang lumayan lah, tapi dia gak tau apakah warna mata dan bibirnya itu asli atau pria itu pakai lensa dan lipstik.
"Aku serius! Posisiku itu sebagai visual!" ucap Ethan lagi karena sepertinya Carolina tidak mempercayainya.
"Iya iya, sana fokus saja mengemudi! Tuh hotelnya udah kelihatan!" ucap Carolina mengalihkan topik. Jika dia mengakui bahwa Ethan memang tampan, bisa-bisa pria itu menjadi kegeeran!