Chereads / Genius Wife & Superstar Husband / Chapter 64 - Teman Sewaktu Kuliah

Chapter 64 - Teman Sewaktu Kuliah

Ethan masih saja menatap makanan dihadapannya tanpa menyentuhnya sama sekali, dia benar-benar tidak nafsu untuk makan saat ini dan masih memikirkan kejadian tadi.

Dia benar-benar masih syok dan tidak menyangka dia hampir saja ditipu oleh orang lain.

"Kenapa lo masih belum makan? Oh ya, aktifkan fitur transfer data hp lo, mau gue kirimkan video yang tadi," ucap Carolina yang tadi merekam video kedua pria itu yang lagi berlutut.

"Buat apa kamu mengirimnya padaku?" tanya Ethan dengan bingung.

"Tentu saja kamu harus mengirimkan video ini pada kakekmu, polisi, atau ke pimpinan Qi Inc!" ucap Carolina lagi yang merencanakan hal itu sejak awal.

Ethan terdiam ketika mendengar ucapan Carolina, jadi sejak awal wanita itu ingin merekam video tersebut untuk memberikannya pada pihak berwajib.

"Bukankah kamu sudah cukup untuk menghukum mereka? Aku pikir kamu merekam video tersebut untuk melakukan pemerasan," ucap Ethan secara jujur.

Carolina memutarkan bola matanya ketika mendengarnya, "Pemerasan apaan! Emang lo pikir gue bakal melakukan hal serendah itu?! Uang gue banyak tau!" ucapnya pamer.

"Soal videonya, ya ini sebagai bukti aja, lo pikir kedua tua bangka tadi bakal jerah karena cuma disuruh berlutut doang dan gak akan mencari target lainnya?" lanjut Carolina lagi.

"Yah kan aku gak tau kalau kamu gak akan lakuin itu, wajah mereka tadi keliatan udah jera kok, mereka tampaknya menyesal," ucap Ethan lagi.

"Aduh terserah lo aja deh, gue gak mau ikut campur lagi," ucap Carolina akhirnya. Dia sama sekali tidak mengerti apakah si apel merah itu terlalu baik, polos, atau malah bodoh.

Padahal sudah jelas kedua pria tua bangka itu sering melakukan hal seperti ini dan mereka juga pasti salah satu yang melakukan pencucian uang di Qi Inc, tapi si apel merah itu malah tidak mau melaporkannya.

"Sudahlah, bukan urusan gue juga," pikir Carolina akhirnya dan kembali memakan makanannya.

Knock… knock… knock…

Krek…

Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka.

"Pak asisten manajer!" ucap pelayan itu ketika melihat pria yang berusia 20-an dan memakai setelan jas memasuki ruangan itu.

Pria itu hanya mengangguk dan berjalan mendekati meja Ethan dan Carolina.

Ethan dan Carolina yang melihat pria dengan setelan jas itu masuk ke dalam ruangan itu hanya bisa bertanya-tanya siapa pria itu.

"Ah! Sepertinya si pelayan itu tadi ngadu sama atasannya," pikir Carolina yang tepat sasaran.

Setelah keluar dari ruangan itu, pelayan tadi memang melaporkan kejadian yang terjadi pada manajer restoran karena kondisi tadi yang sempat memanas, dan sepertinya manajer restoran itu melaporkannya pada orang yang memiliki jabatan lebih tinggi.

"Selamat siang bapak dan ibu, kenalkan aku… Ethan?" pria itu baru saja ingin memperkenalkan dirinya, tapi tiba-tiba terkejut karena dia sepertinya mengenal pria berambut merah yang duduk didepannya.

"Siapa?" tanya Ethan yang terkejut karena pria itu mengenalnya.

"Lo sama sekali gak ingat sama gue?" tanya pria itu yang sedikit kecewa.

"Astaga! Jeff?!" tanya Ethan yang akhirnya mengingat pria itu. Dia kini berdiri di tempat duduknya.

"Yo bro!" ucap Jeff kemudian mengangkat tangannya, hendak memberikan high five dan langsung dibalas oleh Ethan. Mereka kemudian berpelukan sebentar.

"Kamu benar-benar berubah, aku tak pernah mengira akan melihatmu dengan rambut pendek seperti ini," ucap Ethan setelah melepaskan pelukan antara pria yang mereka berdua lakukan. Jeff seingatnya adalah pria berambut gondrong, jadi dia sempat kesulitan

"Yah, mau gak mau, udah kerja di sini kalo gue gondrong ntar dimarahin boss besar, penampilan lo juga berubah! Pirang merah kelihatan cocok buat lo," ucap Jeff, kemudian pandangan matanya jatuh pada Carolina.

"Pacar lo?" tanyanya.

Belum sempat Ethan membuka mulutnya, Carolina langsung menyela.

"Halo pak Jeff, aku Carolina, juru bicara yang disewa oleh pak Ethan. Sepertinya pak Ethan dan pak Jeff saling kenal dan ingin mengobrol, apa mau aku memberikan ruang bagi kalian untuk berbicara?" tanya Carolina ramah sambil tersenyum.

Pelayan yang tadi jelas-jelas melihat sikap Carolina yang seperti wanita bar-bar, terkejut ketika melihat wanita itu berbicara ramah sambil tersenyum.

"Apa jangan-jangan wanita itu memiliki kepribadian ganda, ya?" pikirnya.

Sementara Ethan tidak terkejut lagi ketika wanita itu tiba-tiba menjadi ramah, dia entah kenapa sudah mulai terbiasa dengan kepribadian wanita itu yang berubah-ubah.

"Ah tidak kok, kamu tidak perlu menyingkir dan bisa tetap terus duduk di situ, lumayan sebagai pencuci mata, ngomong-ngomong bisa bagi kartu bisnis kamu? Siapa tahu suatu saat aku juga butuh juru bahasa," ucap Jeff sambil mengedipkan matanya.

"Hei!" ucap Ethan ketika melihat Jeff mulai menggoda Carolina.

"Ah, sepertinya tuan Ethan tidak menyukainya jika aku harus meminta kartu bisnis kamu, sayang sekali. Bagaimana jika kamu membagi nomor wa kamu saja?" tanya Jeff lagi yang kini mencondongkan badannya ke depan.

"Itu…," Carolina tampak kebingungan, apakah dia harus mempertahankan sikap sopannya saat ini, atau harus mengeluarkan sifat aslinya dan menyemprot pria itu.

"Sudah, abaikan saja orang ini. Kamu gak perlu bersikap baik padanya," ucap Ethan yang langsung menyela dan memandang ke arah Carolina.

"Kamu memang tidak pernah berubah semenjak kuliah," lanjut Ethan lagi.

"Dia ini adalah temanku sewaktu kuliah, kami menjadi dekat karena selain satu jurusan, kami juga teman sekamar di asrama," ucap Ethan memperkenalkan Jeff.

"Oh begitu, kalau begitu pak Ethan dan pak Jeff bisa melanjutkan percakapan kalian," ucap Carolina lagi-lagi memilih untuk tetap sopan dan melanjutkan memakan makanannya.

"Gue kan emang cans, jadi wajar kalo ada pria yang mau nomor gue," pikir Carolina lagi, pria bernama Jeff itu belum benar-benar membuatnya merasa terganggu.

"Mencurigakan… gue mencium sesuatu yang mencurigakan," ucap Jeff sambil memandang ke arah Ethan dengan tatapan penuh arti.

"Me-Mencurigakan apanya?! Ngomong-ngomong kenapa kamu kemari?" tanya Ethan berusaha mengubah topik.

"Karena kita baru bertemu lagi, gue akan membiarkan lo, deh!" ucap Jeff yang masih memandangnya dengan tatapan penuh arti. "Gue kemari karena mendengar ada keributan yang terjadi di ruangan ini, eh gak taunya lo ada di sini. Jadi apa yang terjadi?" tanya Jeff lagi.

Setelah mendapatkan laporan bahwa ada keributan yang terjadi di ruangan ini, sebagai asisten manajer hotel, dia disuruh untuk mengeceknya dan menghentikan keributan tersebut.

"Kamu pemilik hotel ini?" tanya Ethan dengan terkejut.

"Bukan, ini milik keluarga. Setelah lulus gue disuruh untuk mengelola hotel ini, tapi karena gue masih belum tau apa-apa, jadinya gue masih jadi asisten manajer sambil belajar lagi," jelas Jeff lagi.

"Jadi apa yang terjadi? Apa lo ribut-ribut sama wanita cantik ini? Lo ketahuan selingkuh ya?" tanya Jeff lagi.

"Selingkuh apanya? Aku gak pernah selingkuh, tahu!" ucap Ethan lagi merasa tidak terima karena sudah dua kali hari ini ada orang yang mengatakan bahwa dia berselingkuh.

"Tadi hanya ada rekan kerja perusahaan pak Ethan yang datang, mereka sedikit berdebat karena ada perbedaan pendapat, tapi semuanya sudah selesai kok, pak Jeff bisa tenang karena ini tidak akan mempengaruhi citra hotel A," ucap Carolina yang langsung menyela.

Melihat dari Ethan yang polos dan jujur, Carolina takut bahwa si bodoh itu akan menjelaskan semuanya secara detail seperti kejadian alasan kenapa mereka terlambat.

"Oh begitu, tunggu dulu… perusahaan? Jadi berita yang menghebohkan waktu itu benar?! Lo sekarang jadi CEO NamTech sekaligus aktor?" tanya Jeff dengan terkejut.

Carolina memandang ke arah Ethan dengan tatapan yang seolah-olah mengatakan, "Awas aja lo buat gue kesusahan lagi!"

"Ng-Nggak kok, aku kebetulan lagi ada di Indonesia saja dan mamaku yang sedang sibuk menyuruhku untuk menghadiri pertemuan ini, sekalian belajar, katanya, dan iya, aku banting setir jadi aktor nih," jawab Ethan sambil tersenyum.

Jeff menatapnya sekali lagi dengan tatapan mencurigakan, bagaimana pun mereka telah bersama sejak lama dan dia bisa mengetahui kapan Ethan berbohong, dan saat ini pria itu sedang berbohong.