Chereads / Genius Wife & Superstar Husband / Chapter 61 - Tidak Tahan Lagi

Chapter 61 - Tidak Tahan Lagi

Ethan melihat mereka yang sedang berdiskusi, mencuri kesempatan untuk menyuapi sup itu ke dalam mulutnya.

Dia mengakui bahwa dirinya memang masih belum tahu terlalu banyak, sehingga sering disebut polos oleh Mi Sun, tapi mengenai pekerjaan, dia selalu berusaha sebisa mungkin untuk serius dan mempelajarinya.

"Pemimpin Qi Inc memang benar adalah tuan Lu," Mo tiba-tiba berbicara dengan bahasa Mandarin dan sengaja menggantung kalimatnya agar Carolina yang menjadi juru bahasa bisa menerjemahkannya kepada Ethan.

"Kami datang di sini untuk mewakili tuan Lu," jawab Mo lagi ketika melihat Carolina telah selesai berbicara.

"Bolehkah aku tahu para tuan sekalian ini memiliki jabatan apa di Qi Inc?" tanya Ethan dengan sopan.

Su yang tadi sebelumnya terkejut, kini menjadi lebih tenang, "Kami adalah pemegang saham di Qi Inc, kami datang ke sini karena terkejut mendengar kabar bahwa NamTech menolak proposal kerja sama kami, mengingat hubungan yang kita miliki,"

Dahi Carolina mengkerut ketika mendengar hal itu, jadi pria di depan mereka ini adalah pemegang saham Qi Inc? Terus kenapa mereka yang datang mewakili Qi Inc kemari? Bukankah seharusnya yang datang adalah pimpinan perusahaan mereka atau dari divisi lain yang terkait?

"Pemegang saham, Su dan Mo, tunggu sebentar… bukannya mereka yang terlibat pencucian uang?" pikir Carolina lagi yang akhirnya menyadari identitas kedua pria itu.

"Ya, Qi Inc dulu pernah menjalin kerja sama dengan NamTech," jawab Ethan.

"Kamu tahu kenapa CEO sebelumnya mau menjalin kerja sama dengan kami?" tanya Su lagi, membuat Ethan terdiam sebentar untuk berpikir.

"Bukankah karena proposal kerja sama sebelumnya yang memang menguntungkan kedua bela pihak?" tanya Ethan balik.

Ethan mengenali karakter mamanya, jika itu tidak menguntungkan bagi mamanya, mana mungkin mamanya akan bekerja sama dengan mereka.

"Ya, kerja sama kita memang saling menguntungkan, tapi selain itu, kita memiliki hubungan yang lebih, kamu anaknya Wang Jia Li, kan? Nama lengkap kamu siapa?" tanya Su, menyebutkan nama mamanya Ethan.

Ethan mengangguk, "Namaku Nam Ethan, jadi ada hubungan apa antara tuan-tuan sekalian dengan Ibu Wang?" tanya Ethan.

"Ah, kami tidak memiliki hubungan dengan mama kamu, tapi sebenarnya dengan kakek kamu," ucap Su lagi.

"Oh, jadi tuan-tuan sekalian ini adalah teman kakek," ucap Ethan lagi. Kakek yang mereka maksud adalah kakek dari pihak mamanya, tapi Ethan sebenarnya tidak terlalu menyukai kakeknya yang itu, karena seperti mamanya, kakeknya juga ingin dia terjun ke dunia bisnis dan mengambil alih Wang yang saat ini dipimpin oleh kakaknya, Elena.

"Iya, jadi ketika proposal perusahaan kami ditolak, kami merasa heran apakah ada sesuatu kondisi yang tidak disukai oleh pihak NamTech sehingga menolak proposal kerja sama kami. Mengingat hubungan kita yang sudah seperti saudara, kamu bahkan bisa memanggilku kakek Su," ucap Su lagi sambil tersenyum.

Su kemudian berbicara pada Mo dan menjelaskan pembicaraan mereka sejauh ini.

"Oh! Kamu ternyata cucunya Wang! Pantes saja kamu mirip dengannya sewaktu dia muda dulu!" Mo tiba-tiba berkata menggunakan bahasa Mandarin.

"Kamu bisa memanggilku kakek Mo," lanjut Mo lagi.

Carolina kemudian menerjemahkan kata-kata tersebut.

"Ah tidak apa-apa, tuan Su dan tuan Mo," ucap Ethan yang merasa tidak nyaman.

"Tidak usah merasa tidak nyaman, panggil saja kami kakek," ucap Su lagi. Dia kemudian berbicara pada Mo lagi.

"Ya, cucu Wang adalah cucu kami juga!" ucap Mo dan dijelaskan kembali oleh Carolina.

"Ehem, baiklah, kakek Su dan kakek Mo, mengenai proposal kerja sama yang ditolak oleh NamTech, saat ini NamTech memang belum bisa bekerja sama dengan perusahaan asing karena ada sesuatu dan lain hal yang tidak bisa aku katakan," ucap Ethan akhirnya, mencari sebuah alasan, dia tidak mungkin mengatakan pada mereka bahwa Qi Inc terlibat masalah pencucian uang, kan?

"Apa memang tidak ada cara lain? Aduh gimana ini… padahal kami pikir kami bisa mencapai kerja sama dengan NamTech," ucap Su yang terdengar kesulitan.

"Ya kakek Su, sayangnya tidak bisa," ucap Ethan lagi.

"Padahal kami sudah jauh-jauh ke sini, kami juga sudah berjanji pada tuan Lu bahwa kami bisa berhasil mendapatkan kerja sama dari NamTech, sebenarnya… ah, aku tidak enak jika harus mengatakannya," ucap Su lagi kemudian berbicara dengan Mo.

"Sebenarnya… perusahaan Qi Inc sekarang sedang dalam kesusahan," Mo tiba-tiba berbicara.

"Oh! Apakah akhirnya pelanggan yang menyewa gue sudah melakukan serangan terhadap Qi Inc?" pikir Carolina ketika mendengar hal itu, dia kemudian menerjemahkan hal tersebut pada Ethan.

Melihat Carolina sepertinya sudah selesai menerjemahkan kata-katanya, Mo melanjutkan, "Sebenarnya… kondisi keuangan perusahaan kami sedang memburuk, saham turun, aliran keuangan tidak begitu baik, kami bahkan sampai menyibukkan diri untuk turun secara langsung karena kasihan melihat tuan Lu yang sedang dalam kesulitan," ucap Mo lagi.

"Nak Ethan, bisakah nak Ethan membantu kakek?" tanya Mo lagi.

Carolina hampir kesulitan menahan ekspresi wajahnya ketika mendengar kata-kata itu, tapi dia tetap menjalankan tugasnya dan memberitahukan hal tersebut pada Ethan.

"Bantu apa?" tanya Ethan akhirnya setelah terdiam beberapa saat.

Carolina menatap pria itu dengan tidak percaya, apakah dia serius akan membantu mereka?

"Sebenarnya… Qi Inc saat ini lagi kekurangan uang, makanya kami berharap dengan kerja sama ini kami bisa mengisi sedikit kekurangan uang kami, kami juga sebenarnya malu harus meminta bantuan seperti ini," ucap Mo dengan nada lemah.

Meski tidak suka, Carolina tetap menerjemahkan kata-kata itu.

"Kami bahkan sudah meminta bantuan dari kakek kamu, tapi karena dia selalu membantu kami, kami merasa malu harus meminta bantuannya kembali," kini Su yang mulai berbicara.

"Apakah kakek sudah meminta bantuan cici*?" tanya Ethan.

(*Kakak perempuan)

"Kami sudah coba untuk menghubungi Elena, tapi sepertinya dia saat ini berada di luar negeri," jawab Su lagi.

"Sepertinya mereka memang kenalan kakek, mereka juga mengenal Elena," pikir Ethan yang sengaja bertanya hal tersebut, jika mereka bilang bahwa mereka sudah menemui kakaknya, mereka pasti bohong karena kakak perempuannya itu sudah 1 bulan sangat sibuk dan tidak bisa menemui siapa pun, bahkan untuk pulang menengok keadaan mama mereka saja dia tidak bisa.

"Memangnya berapa jumlah uang yang kakek perlukan?" tanya Ethan lagi.

Su terdiam sebentar, dia menoleh ke arah Mo dan berkata dengan dialek yang lain, "Berapa yang harus kita minta? Sepertinya anak itu akan memberikan kita uang."

"Sudah kubilang tadi kalau tua bangka dari Wang itu pasti belum memberitahukan keluarganya, minta 1 miliar padanya."

Mata Su terbuka lebar ketika mendengar hal itu, "Bukankah itu jumlah yang terlalu banyak?"

"Dasar bodoh! Tentu saja dia tidak mungkin memberikan jumlah uang sebesar itu! Paling tidak kita bisa akan mendapatkan ratusan juta! Jika kamu mengatakan 100 juta, dia hanya akan memberikan kita puluhan! Sudah ikuti saja!"

Carolina yang mendengar pembicaraan mereka berusaha sekuat mungkin untuk menahan ekspresinya.

"Kakek benar-benar malu mengatakannya, kami butuh…" ucap Su kemudian mengangkat 1 jarinya.

"Satu juta?" tanya Ethan ketika melihat jari itu.

Tapi Su menggelengkan kepalanya.

"100 juta?" tanya Ethan lagi.

Lagi-lagi Su menggelengkan kepalanya.

"1 milliar?" tanya Ethan. Su mengangguk.

"Kakek tau itu jumlahnya banyak, seberapa aja yang bisa nak Ethan bantu. Bagaimana pun kita sudah seperti keluarga kan?" ucap Su lagi.

Ethan terdiam sebentar untuk berpikir.

"Atau kalau nak Ethan gak bisa meminjamkannya secara sukarela, bagaimana kalau membeli saham di Qi Inc? Lagipula kita sudah seperti keluarga, tidak masalah untuk saling membantu kan?" lanjut Su lagi karena melihat Ethan yang berpikir.

"Hmm.. baik, aku akan membantu kalian, tapi aku tidak…" belum sempat Ethan meneruskan kata-katanya, sebuah suara ting yang memekikan telinga terdengar disampingnya

"Ahh… gue tidak tahan lagi!" Carolina yang sesekali mencuri suapan untuk memakan sup buntutnya membanting sendok yang dia pegang ke mangkuk sup itu.

Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi jijik yang sejak tadi dia tahan, dan menatap kedua orang pria yang berada di depannya.

"Dasar tua bangka, apakah kalian tidak malu dengan umur kalian yang sudah tua dan sebentar lagi kembali ke tanah?"