Chereads / Genius Wife & Superstar Husband / Chapter 52 - Pembedahan Organ

Chapter 52 - Pembedahan Organ

"Apa lo sebosan itu di ruangan lo sampe mau ikut-ikutan segala ke rumah sakit?" tanya Carolina ketika mereka berdua berada di dalam lift.

"Yah… begitu deh," jawab Ethan yang memalingkan wajahnya. Carolina menatapnya dengan curiga melihat tingkah Ethan yang sepertinya berbohong.

"Lo tau kalo lo butuh seribu tahun lagi buat bisa bohongin gue kan?!" desak Carolina lagi. Dia awalnya mengira bahwa Ethan memang hanya bosan dan ingin ikut ke rumah sakit, tapi sepertinya ada yang memang disembunyikan oleh pria itu.

"Gak kok, aku gak bohong," ucap Ethan tak mau mengaku. Carolina hanya menatapnya sebelum akhirnya membiarkannya.

Awalnya memang Ethan tidak mau ikut ke rumah sakit karena dia takut nantinya ada orang yang mengenalinya dan memotretnya, tapi setelah Andi mengajak Carolina untuk ikut. Dia menjadi penasaran lagi bagaimana wanita itu akan bereaksi pada orang asing di rumah sakit.

Apa dia akan mengeluarkan sifat aslinya di rumah sakit?

Atau dia akan kembali memasang ekspresi palsu yang sering dia gunakan?

Ethan tentu saja tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya kepada Carolina kenapa dia ingin ikut, bisa-bisa wanita itu memandangnya dengan tatapan membunuh lagi!

"Terus kenapa lo mau gue ikut ke atas bareng lo?" tanya Carolina yang tidak mengerti. Perjanjian mereka tentang dokumen sejarah perusahaan harus dikasi dalam bentuk doc yang sudah diketik, jadi Ethan bisa mengirimkannya dalam bentuk email.

"Ada hal yang ingin kutanyakan," jawab Ethan yang kini menatap Carolina. Kali ini dia tidak berbohong lagi.

"Mau nanya apa? Kan lo bisa nanya di email," jawab Carolina.

Pintu lift itu akhirnya terbuka, Carolina kembali memasang wajah ramah sebelum akhirnya menyapa Agung.

"Halo pak Agung," sapa Carolina sambil tersenyum.

Agung sedikit bingung melihat Ethan yang kembali dengan Carolina. Bukankah si bos awalnya cuma ingin jalan-jalan? Kenapa tiba-tiba dia balik bersama anak magang itu lagi?

Carolina yang lagi-lagi menyadari bahwa Agung menatap mereka dengan curiga, segera membuat alasan.

"Tadi aku tidak sengaja bertemu dengan pak Ethan, karena ada hal yang ingin kutanyakan untuk dituliskan di laporan magangku dan pak Ethan memanggilku untuk datang ke ruangannya," ucap Carolina.

Ethan terkesima mendengar kata-kata itu, selain jago mengumpat, wanita itu juga jago memberikan alasan.

Setelah mendengar penjelasan yang tampak masuk akal itu, Agung tidak menatap mereka lagi dengan curiga dan kembali mengerjakan tugasnya.

Ethan kemudian membuka pintu ruangannya, menahan pintu itu layaknya seorang gentleman dan membiarkan Carolina masuk terlebih dahulu.

Tentu saja usaha Ethan terlihat biasa saja di mata Carolina.

"Jadi lo mau nanya apaan?" tanya Carolina yang langsung duduk di tempat yang dia duduki minggu lalu.

"Kamu haus gak? Mau minum apa?" tanya Ethan basa basi.

"Jus duren! Ada nggak?" tanya Carolina sinis.

"Duren? Maksudnya?" tanya Ethan dengan bingung. Apakah itu sebuah jus baru? Dia tidak pernah mendengar kata duren sebelumnya. "Aku cuma punya air putih sama kopi di sini," lanjutnya kemudian menunjukkan mesin kopi yang berada di belakang Carolina.

"Gue cuma pengen minum jus duren! Kalau gak ada gak usah nawarin gue mau minum apa! Jadi kenapa lo manggil gue ke sini?" tanya Carolina sewot, lumayan dia bisa marah-marah kepada si apel merah bodoh itu yang berani-beraninya nunjuk nunjuk dirinya!

Dia juga malas ingin basa basi dengan pria itu.

"Oh oke," jawab Ethan yang sama sepertinya mulai terbiasa dengan Carolina yang berbicara kasar padanya. Dia kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Carolina

"Aku ingin tanya kenapa kamu menghapus namaku dan NamTech di sosmed," ucap Ethan yang sudah lama penasaran kenapa Carolina melakukan hal itu.

"Gue gak tahu apa yang lo bicarakan," ucap Carolina. Dia tidak tahu bagaimana si apel merah bisa mengetahui identitas aslinya, tapi dia memilih untuk berhati-hati. Jika mereka berkomunikasi lewat email, Carolina sudah membuat agar percakapan itu aman dan si apel merah itu tidak bisa memforward atau meng screenshot percakapan itu.

Tapi jika mereka sedang berbicara seperti ini, si apel merah itu bisa saja menaruh alat perekam di suatu tempat untuk merekamnya!

Seandainya si apel merah itu merekamnya sedang berbicara kasar, itu sama sekali tidak masalah baginya, imagenya mungkin akan sedikit hancur tapi itu tidak masalah.

Lain halnya jika si apel merah itu mendapatkan rekaman bahwa dirinya sendiri mengaku sebagai seorang hacker. Kehidupannya tidak akan bisa seperti dulu lagi!

Meski sampai saat ini tidak ada yang menghubungkan FA dengan kasus nama Ethan dan NamTech, sih.

"Hmm… kalau begitu apa ada sesuatu yang bisa aku lakukan? Anggap saja sebagai hadiah karena kamu telah bekerja keras," tawar Ethan. Mendengar hal itu mata Carolina seketika langsung menyala karena bersemangat.

"Tentu saja kamu tidak boleh meminta uang," jawab Ethan sambil tersenyum geli karena berhasil menebak apa yang akan diminta oleh wanita itu.

Nyala di mata Carolina seketika langsung pudar ketika mendengar hal tersebut, tapi tiba-tiba dia kembali mengingat ide bisnis yang dia pikirkan sebelumnya.

"Aku bisa meminta apa pun selain bukan uang?" tanya Carolina bersemangat. Ethan sedikit takut melihat wanita itu yang tiba-tiba bersemangat kembali.

"Selama gak melibatkan hukum, dan pembedahan organ," lanjut Ethan.

Bagaimana jika wanita itu ingin meminta organ-organnya dan menjualnya di dark web? Dan biar aman, dia akan melakukan pembedahannya dengan tangannya sendiri! Ethan tiba-tiba mengingat film thriller yang dulu pernah dia tonton.

"Pembedahan organ palalu! Siapa juga yang mau minta organ-organ lo! Lagipula gue adalah masyarakat yang taat dengan hukum, ya!" ucap Carolina yang bingung dengan jalan pikiran si apel merah.

"Terus kamu mau minta apa? Mobil? Rumah?" tanya Ethan yang tiba-tiba memikirkan hal tersebut. "Tidak boleh meminta barang bernilai diatas 1 juta rupiah!" tambah Ethan lagi. Bisa-bisa gawat jika wanita itu meminta mobil atau rumah padanya.

Carolina menatap Ethan dengan tatapan sinis, berani-beraninya si apel merah itu mengira dia adalah wanita matre yang akan meminta mobil atau rumah padanya! Gue gak sematre itu tau!

"Siapa juga yang mau minta mobil atau rumah sama lo! Harta gue lebih banyak dari punya lo tahu!" ucap Carolina pamer. Dia memang memiliki tabungan dan sebagian dia gunakan untuk investasi.

Ethan yang mengetahui bahwa wanita itu tidak berbicara omong kosong, menjawab, "Jadi apa yang rakyat miskin seperti hamba bisa berikan kepada putri yang kaya raya ini?" dia bahkan sedikit menunduk untuk memberikan rasa hormatnya. Dia memikirkan dirinya saat ini memerankan peran rakyat miskin yang tiba-tiba didatangi oleh seorang putri yang kaya raya

"Lo kesambet?" tanya Carolina yang menatap Ethan dengan heran.

Ethan akhirnya kembali duduk tegak karena Carolina tidak mengikuti skenario yang dia buat dalam pikirannya.

"Ehem, jadi kamu mau minta apa?" tanya Ethan lagi.

��Gue ingin minta lo menuliskan sesuatu untuk gue," ucap Carolina, sengaja menggantung kata-katanya.

Siapa suruh tadi lo tunjuk tunjuk terus bikin kehebohan di ruang kerja gue!

"Oh! Kamu mau minta aku menuliskan apa? Cek uang? Maaf, itu juga gak bisa," Ethan yang menyadari bahwa wanita itu suka uang, entah kenapa selalu memikirkan bahwa wanita itu ingin meminta uang darinya.

"Lo mikir uang mulu! Lo pelit ya?" tanya Carolina, orang yang tidak ingin menyumbangkan uang 200 perak.

"Terus kamu mau aku menuliskan apa? Kamu sengaja bertele-tele biar ceritanya jadi panjang ya? Gak tahu para pembaca dari tadi udah bosan?"

"Oke oke, ehem. Gue ingin minta lo menuliskan tanda tangan lo di kertas."

Senyuman segera terlukis di bibir Ethan. "Sudah kuduga dia sebenarnya mulai tertarik sama aku tapi sengaja pakai trik tarik ulur!"

"Kamu bawa buku? Ah kayaknya di mejaku ada kertas kosong deh, bentar aku cek dulu," ucap Ethan kemudian bangkit berdiri, mencari kertas kosong dan sebuah pulpen di meja kerjanya. Setelah menemukannya, dia kembali duduk di tempat tadi.

"Nama kamu Carolina, kan? Nama lengkapnya?" tanya Ethan setelah memberikan tanda tangan khusus yang dia gunakan untuk para penggemar dan ingin menuliskan nama Carolina.

"Tunggu dulu! Gue gak butuh tanda tangan lo!" ucap Carolina yang langsung memegang tangan Ethan untuk menghentikannya. Ethan menatapnya dengan bingung.

"Tuliskan untuk Clara Hermawan," ucap Carolina. Meski dia dan Clara tidak benar-benar dikatakan bersahabat. Clara selalu bersikap tulus dan baik padanya, ini kesempatan yang bagus bagi Carolina untuk membalas kebaikan Clara selama ini. Lagipula, dia tidak ingin merasa berhutang padanya yang sudah meminjamkan baju sewaktu di Bali.

"Oh, oke," Ethan menuruti apa yang dikatakan oleh Carolina dan menuliskan nama Clara Hermawan.

"Ini, kamu gak mau? Kayaknya masih ada kertas kosong deh di meja," Ethan menawarkan.

Carolina menggelengkan kepalanya, "tapi gue emang butuh tanda tangan lo. Tadi lo bilang gue bisa minta apa aja, kan? Kalau gitu gue minta 100 buah tanda tangan lo!" ucap Carolina, membuat Ethan menatapnya dengan tatapan bingung.