Peringatan!
Di chapter kali ini ada beberapa pembahasan yang mungkin tidak cocok untuk anak dibawah umur dikarenakan mengandung tema dan muatan dewasa!
Diharapkan kebijakan dari pembaca semuanya!
Selamat membaca!
***
"Bagaimana? Dia meminumnya?" tanya pria berambut coklat. Saat ini mereka kedua pria itu sedang berada berjoget di lantai dansa dan sesekali melirik ke arah kelompok Carolina.
"Tentu saja! Teman pelayan kita itu hebat! Dia sengaja menaruh itu di gelas yang paling dekat untuk diraih oleh target kita," jawab pria berambut pirang itu tersenyum puas.
Dalam bisnis seperti ini mereka harus memiliki koneksi orang dalam, dan mereka telah berhasil berteman dengan seorang pelayan di klub ini.
"Kalau begitu kita tinggal menunggu saja wanita itu pergi ke toilet," jawab pria berambut coklat kemudian mulai memisahkan diri dan mencari wanita untuk joget bareng.
Pria berambut pirang itu mengangguk, mengizinkan temannya untuk bersenang-senang sebentar.
"Tapi, kenapa pelanggan itu memesan minuman yang sama dengan si target? Apakah dia juga merencanakan sesuatu?" pikir pria berambut pirang itu. Tapi dia segera menepis pikirannya. Dia meminum minuman di botol yang dia bawa dan mulai berjoget kembali.
***
"Duh! Malu! Kenapa Clara sama Carol gak cipika cipiki juga sih sama Andrew?" batin Vera yang tiba-tiba menyadari bahwa hanya dia yang melakukan cipika cipiki dengan Andrew sementara yang lainnya tidak.
"Apa gue tadi terlalu agresif, ya?" pikirnya lagi.
Tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundaknya. Vera kemudian menoleh ke arah Dion seakan bertanya, "kenapa?"
Dion tidak menjawab dan hanya menunjuk ke depan, Vera mengikuti arah yang ditunjuk Dion dan mendapati Clara yang sedang memanggil-manggil namanya.
"Mau turun ke lantai dansa gak?" teriak Clara yang telah selesai melakukan live di ig.
Vera terdiam sebentar, dia sudah meminum setengah minumannya tapi tidak terjadi apa-apa. Dia melirik Carolina dan sepertinya wanita itu juga masih baik-baik saja karena wanita itu masih sibuk dengan handphonenya seperti biasanya.
"Yaudah ayo! Ndre, turun gak?" tanya Vera.
"Kalian aja, gue masih pengen minum ini," ucap Andrew menolak.
"Udah kita bertiga aja sama si gondrong ini. Dion katanya dikit lagi, kalo Carol katanya mau di sini aja," balas Clara yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
Vera akhirnya mengangguk dan mengikuti Clara dan Riko turun ke lantai dansa
"Kamu terlihat cantik," ucap Andrew tiba-tiba ketika tinggal mereka bertiga di tempat duduk. Dion yang duduk di posisi agak jauh tidak dapat mendengar ucapan Andrew.
"Eh? Apa?" tanya Carolina yang tidak begitu mendengar ucapan Andrew karena suara musik yang begitu keras. Tapi dia bisa mendengar bahwa Andrew mengatakan sesuatu.
"Antingnya terlihat cocok untukmu," ucap Andrew sambil menunjuk anting-anting pemberiannya yang dipakai oleh Carolina.
"Makasih," jawab Carolina tersenyum. Dia benar-benar memikirkannya ketika hendak memakai anting-anting itu. kalau gak dipakai, nanti Andrew mungkin merasa akan canggung, tapi kalau dipakai, dia seperti memberikan harapan untuk Andrew. Setelah memikirkannya baik-baik, dia memutuskan untuk tetap memakainya, setidaknya hanya untuk malam ini saja.
"Kalungmu juga cantik," ucap Andrew yang menyadari sebuah kalung berliontin C melingkari leher Carolina. Tapi dia kemudian segera mengalihkan pandangannya, menyadari bahwa Carolina memakai gaun dengan belahan dada rendah.
"D*mn! Besar juga!" batin Andrew menelan ludah
"Tenang Andrew! Tenangkan dirimu!" batinnya yang berusaha menenangkan pikirannya. Sudah terlalu lama sejak dia melakukan hal itu, dan penampilan Carolina kali ini memang seksi abis!
"Makasih," jawab Carolina sambil tersenyum dan sesekali menyesap minumannya.
"Carol! Foto bareng, yuk!" tiba-tiba Dion pindah dari tempat duduknya dan duduk disamping Carolina. Dia kemudian mengeluarkan handphonenya dan langsung mengambil foto.
"Aku kan belum siap!" ucap Carolina yang terkejut dengan blitz kamera yang tiba-tiba mengambil fotonya.
"Hahaha, gak apa-apa, bagus kok hasilnya," ucap Dion mengulurkan handphone miliknya.
"Wah! Kirim ke aku, ya!" ucap Carolina yang puas melihat foto candid dirinya.
"Yaudah ayo foto bareng! Tiga… dua… satu…" Carolina kemudian dengan malu-malu berpose dengan dua jari yang membentuk V. Sebagai seorang wanita, Carolina juga sebenarnya suka untuk di foto, tapi karena dia masih memakai handphone yang keluaran lama, kameranya sudah tidak sebagus saat ini. Jadi dia jarang mengambil foto dirinya.
Andrew hanya menatap mereka.
Dia tidak suka melihat pemandangan di depannya!
Dia kesal!
Dia cemburu!
Tapi ketika memikirkan dia tidak memiliki hak untuk cemburu membuatnya makin kesal! Dia kemudian mengambil botol minuman di depannya dan meminum langsung dari botol itu.
"Aku ke toilet dulu, ya!" ucap Carolina tiba-tiba dan berdiri dari tempat duduknya.
"Biar aku yang temenin!" ucap Andrew.
"Ayo sini kuantar!" ucap Dion.
Andrew dan Dion mengucapkannya secara bersama, Carolina hanya menatap mereka dengan bingung.
"Gak apa-apa, aku tau kok tempatnya! Aku pergi sendiri aja," ucap Carolina yang merasa canggung.
"Itu toilet cuma disitu kok, kenapa nih dua orang pengen ikut segala," pikirnya.
"Udah, nanti aku temenin! Dion lo jaga ya tempat kita!" ucap Andrew yang langsung ikut berdiri tanpa mendengar balasan dari Dion.
Dion hendak menolak, tapi setelah dipikir-pikir lagi, Andrew bisa menjaga Carolina. Dia akhirnya mengangguk.
"Aku bisa sendiri kok, ndrew!" ucap Carolina di perjalanan mereka menuju toilet. Andrew berada di depannya yang seperti membuka jalan karena banyaknya pengunjung di klub malam ini.
"Udah gak apa-apa kok!" ucap Andrew.
Dia merasa canggung untuk memberitahukan Carolina bahwa di dekat toilet adalah tempat yang sering dijadikan pria untuk mencoba "keberuntungan"nya selain di lantai dansa.
"Sepertinya Dion juga memikirkan hal yang sama," pikir Andrew.
"Yaudah aku masuk dulu, ya!" ucap Carolina ketika sudah berada di depan toilet. Andrew hanya mengangguk dan menunggu di dekat situ, dan seperti dugaan Andrew, banyak pria yang sadar maupun yang mabuk yang juga berada di situ.
***
"Maaf," ucap Vera dalam bahasa inggris ketika seseorang bule yang sepertinya sudah mabuk merangkul pundaknya. Bule itu kemudian mengangguk dan pergi mencari wanita yang lain.
Vera kemudian melanjutkan berjoget di lantai dansa. Dia awalnya bertiga bareng Riko dan Clara, tapi melihat kedua temannya yang asik berdua, dia memutuskan untuk pindah tempat dan asik berjoget sendirian.
Tapi penampilannya yang memang agak terbuka mengundang beberapa pria untuk mencoba keberuntungan mereka, entah sudah berapa kali Vera menolak para pria itu.
"Maaf," ucap Vera lagi ketika ada seorang pria yang merangkulnya.
"Halo pelanggan! Kamu terlihat seksi malam ini," bisik pria berambut coklat yang merangkulnya. Vera melihat orang itu dan mengenalnya. Pria itu adalah salah satu dari pria yang dia sewa.
"Kita sudah tidak memiliki hubungan lagi! Enyahlah!" jawab Vera yang langsung menepis tangan yang merangkulnya dan pergi ke tempat lain.
Pria berambut coklat itu tidak menyerah, mendekati Vera, dan berjoget di dekatnya.
"Ayolah! Temani aku! Kita hanya menari bersama, tidak lebih! Aku berjanji!" jawab pria berambut coklat itu yang sepertinya sudah sedikit mabuk dan tertarik pada Vera. Dia bahkan sudah melupakan untuk melihat Carolina.
Setelah memikirkan beberapa detik, dia akhirnya mengiyakan untuk berjoget bersama.
"Kalau kayak gini gak ada pria asing lagi yang mencoba untuk merangkul gue. Lagi pula pria ini lumayan juga," pikir Vera. Pria berambut coklat itu memang ganteng, hidung mancung dan memiliki kulit agak kecoklatan dikarenakan sering berjemur di pantai, kontras dengan pria berambut pirang yang menjaga kulit putihnya.
***
"Ndrew," panggil Carolina ketika dia keluar dari toilet.
"Ya?" tanya Andrew.
"Kamu benar-benar ganteng!" ucap Carolina yang kemudian mencubit kedua pipi Andrew.
"Badanmu juga bagus!" lanjutnya yang kini meraba-raba badan Andrew.
"Ah, kamu mabuk! Iya iya, aku ganteng kok," ucap Andrew yang kemudian menepis tangan Carolina dan mulai memapahnya.
"Tapi maaf, huhuhu, aku gak bisa nerima kamu saat ini! Huhuhu" ucap Carolina yang tiba-tiba mulai terisak-isak.
"Iya iya, kayaknya ketahanan kamu sama alkohol rendah banget, ya? Baru satu gelas aja udah mabuk gini," ucap Andrew yang tersenyum geli melihat tingkah Carolina saat ini.
"Lucu banget, sih!" pikirnya.
"Andrew!" panggil Carolina lagi.
"Ya?"
"Gerah! Panas! Pengen buka!" ucap Carolina yang kemudian tangannya mulai mencari resleting dibelakang gaunnya.
Andrew yang melihat itu jadi salah tingkah, tapi dia dengan cepat menepis tangan Carolina, menghentikan wanita itu untuk membuka gaunnya.
"Ayo kita balik ke kamar dulu, deh! Nanti pakaianmu buka di kamar!" ucap Andrew dan mulai memapah Carolina keluar dari klub dan pergi menuju kamar mereka.
"Panas… gerah… hmm…" Carolina terus-menerus mengucapkan kata-kata itu selama perjalanan mereka menuju kamar.
"Iya iya, ini kita udah di depan kamar kok, bentar," ucap Andrew kemudian memutar gagang pintu kamarnya tapi pintu itu terkunci.
"Kunci! Duh kunci kamarnya kan sama Clara!" batin Andrew yang melihat tadi hanya Clara yang membawa tas kecil. Dia kemudian meraba-raba saku celananya untuk mencari handphonenya, tapi dia akhirnya menepuk jidatnya sendiri ketika menyadari bahwa dia meninggalkan handphonenya di atas meja.
Dia kemudian mendudukan dan menyandarkan Carolina di dinding samping pintu kamar mereka.
"Carol! Tunggu dulu di sini ya! Aku ambil kunci kamarnya dulu!" ucap Andrew kemudian berlari ke arah lift.
"Panas… gerah…" Beberapa menit setelah Andrew pergi, Carolina berdiri dan berjalan ke depan menuju pintu kamar itu dan memutar gagangnya
Ceklek
Pintu kamar itu terbuka!