Peringatan!
Di chapter kali ini ada beberapa pembahasan yang mungkin tidak cocok untuk anak dibawah umur dikarenakan mengandung tema dan muatan dewasa!
Diharapkan kebijakan dari pembaca semuanya!
Selamat membaca!
***
[RAHASIA KESUKSESAN COLOURS: DUKUNGAN DARI SUGAR MOMMY?]
[ANGGOTA COLOURS MENJADI TEMAN KENCAN PARA WANITA TUA KAYA RAYA!]
[NAM ETHAN MENJADI CAMEO DI DRAMA KARENA TERLIBAT HUBUNGAN ASMARA DENGAN PRODUSER JANG!]
Ketika melihat itu, Mi Sun benar-benar syok! Dia tak menyangka grup mereka akan terlibat skandal seperti itu.
Apalagi saat membaca komentar-komentar negatif netizen kepada Ethan dan anggota lainnya.
Mi Sun menjadi tambah cemas karena Ethan sama sekali tidak bisa dihubungi!
Dua hari kemudian setelah nama Ethan dan Colours menjadi paling banyak yang dicari secara real time, Baek Hyon dan istrinya langsung datang ke Korea Selatan dan menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Ethan.
Setelah melalui penyelidikan, itu terbukti bahwa mereka hanya menjadi teman kencan biasa, tidak terlibat hubungan seksual sama sekali.
Tapi dampak negatif yang diterima oleh Colours terlalu besar sehingga agensi mereka terpaksa memutuskan kontrak kerja dengan mereka. Sejak saat itu, grup Colours langsung dibubarkan.
Mama Ethan yang marah besar langsung memerintahkan Ethan untuk mengambil kuliah jurusan Bisnis di London Bisnis School, seperti kakaknya, Elena.
Itu adalah hari terakhir Mi Sun melihat Ethan, dan setelah itu, mereka tidak ada kontak sama sekali.
Tiga tahun kemudian, Ethan tiba-tiba menghubunginya.
"Mi Sun noona, apa kabar?" tanya Ethan basa basi.
"Huh, noona baik-baik saja. Kamu apa kabar? Ada apa?" tanya Mi Sun yang benar-benar terkejut ketika Ethan menghubunginya.
"Noona lulusan jurusan keuangan, kan? Punya lisensi agen keuangan, gak?" tanya Ethan.
Ketika dia tinggal di rumah tantenya, dia ingat kalau Mi Sun sedang kuliah di jurusan keuangan, bahkan sepupunya itu sangatlah pintar dan hampir berhasil masuk ke Universitas Nasional Seoul, tapi karena sedang tidak enak badan, dia tinggal membutuhkan 1 pertanyaan untuk mencapai standar nilai masuk.
Mi Sun akhirnya berkuliah di universitas yang sedikit di bawah popularitas Universitas Nasional Seoul dan mempelajari keuangan di sana.
"Ya, noona punya, ada apa? Kamu perlu seseorang untuk mengatur keuangan?" tanya Mi Sun heran.
"Hmm... begini... sebenarnya saat ini aku sedang ada di Korea Selatan, dan aku sudah mendapatkan agensi untuk kembali ke dunia hiburan, tapi mama tidak menyetujui aku untuk kembali ke dunia hiburan," ucap Ethan.
Mi Sun kembali teringat ketika mama Ethan memaksa Ethan untuk pulang di rumah mereka, tantenya yang itu memang benar-benar menakutkan.
"Tapi akhirnya papa berhasil membujuk mama, dan jika aku benar-benar ingin kembali ke dunia hiburan, ada dua syarat yang diminta oleh papa dan mama. Yang pertama, mereka tidak akan membantuku secara finansial, dan yang kedua, tidak boleh mengganggu privasi keluarga. Maka dari itu, hmm…"
Mi Sun bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh Ethan, tapi dia tetap diam dan mendengarkannya.
"Bisakah noona hmm.. membantu mengatur keuanganku dan hmm… mungkin menjadi manajerku? Kupikir papa dan mama akan tenang jika noona yang membantu menjadi manajerku," tanya Ethan hati-hati.
"Bukankah kalau kamu kontrak dengan agensi itu akan ada manajer yang diberikan oleh agensi itu?" tanya Mi Sun.
"Ah! Aku mengenal hyung* yang bekerja di agensi itu, dia juga yang menawariku untuk masuk ke agensi mereka. Ku rasa hal itu bisa diatur."
(*panggilan untuk pria yang lebih tua dari pria yang lebih muda)
"Biarkan noona memikirkannya dulu, ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita minum bersama? Sudah lama kita tidak bertemu!"
"Baik! Hubungi aku kapan saja, noona!"
Mi Sun benar-benar memikirkannya, dia saat ini memang sudah mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan, tapi dia tidak terlalu menyukai rekan kerjanya yang kebanyakan penjilat dan pencari perhatian. Dia akhirnya berkonsultasi dengan mamanya.
"Mi Sun, pergi dan bantulah Ethan. Kamu sendiri lihat bagaimana sepupumu itu bekerja keras. Mama bahkan masih ingat ketika dia mengatakan bahwa dia berhasil untuk debut. Dunia hiburan benar-benar sangat kacau. Dengan kamu di sisinya, mengawasinya, mama bisa tenang,"
Akhirnya, dengan masukan dari mamanya. Mi Sun setuju untuk menjadi manajer Ethan.
***
"Jam berapa sekarang?" batin Ethan yang sedikit tertidur ketika berbicara dengan Mi Sun. Dia kemudian mengambil handphonenya untuk mengecek jam berapa saat ini.
"Udah jam 8 ternyata," gumam Ethan. Lalu pandangannya tertuju pada pesan masuk yang dikirim oleh Agung 10 menit yang lalu.
[Selamat malam, tuan Ethan. Malam ini tuan mau makan malam di mana?]
Ethan berpikir sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menelepon Agung.
"Ya?" tanya Agung ketika mengangkat teleponnya.
"Aku makan di kamar aja, bisa pesan antar ayam goreng, gak?"
Agung berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab, "ya bisa, tuan mau pesan apa?"
"Pesankan 5 dada ayam eh 6 aja, 6 dada ayam yang original ya, jangan yang pedes, terus kalau bisa kamu cari white wine, dan bawa dokumen yang aku minta ke kamar,"
"Nasinya berapa banyak, tuan?" tanya Agung memastikan. Sepertinya tuan muda barunya ini makannya banyak melihat dari pesanannya.
"Gak usah, oh ya, kalau kamu sudah datang, masuk aja. Aku mau mandi dulu jadi pintunya gak akan aku kunci, masuk aja dan gak usah mengetuk lalu taruh aja semuanya di meja,"
"Baik," ucap Agung sebelum akhirnya terdengar nada sambungan telah diputus.
Agung menghela nafas sekali lagi, sepertinya tuan mudanya ini masih "normal" dibandingkan dengan tuan muda yang diceritakan oleh teman-teman seprofesinya, tapi dia tetap harus waspada.
Setelah membuka kunci pintu kamarnya, Ethan langsung menuju ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, dia berpikir sebentar.
"Pakai shower dulu deh, abis itu baru pakai bathtub," batinnya setelah selesai memutuskan.
***
Setelah menghabiskan hampir satu jam di dalam kamar mandi, Ethan akhirnya keluar dengan jubah mandi yang disediakan hotel.
Ethan tersenyum ketika melihat ayam goreng dan wine yang dia pesan telah berada di meja. Agung bahkan menyediakan gelas wine yang lupa dia sampaikan.
"Seperti yang diharapkan dari sekretaris perusahaan," Ethan tersenyum puas.
Ethan kemudian membuka winenya dan menumpahkannya di gelas, memutar-mutar wine di gelas itu sebentar sebelum akhirnya menyesapnya.
Setelah itu dia berjalan ke arah balkon kamar hotel sambil membawa gelasnya. Dia menatap jauh ke depan.
"Apakah mimpiku benar-benar sepadan dengan ini?" tiba-tiba pikiran itu terlintas di benaknya. Jika dia mengikuti kemauan orang tuanya, dia bisa mendapatkan fasilitas mewah, bisa memakan daging kapan saja. Dia tidak perlu tinggal di rumah sederhana dan harus memakan makanan yang sering dipanaskan.
"Apa yang baru saja kamu pikirkan! Tentu saja jika kamu sudah menjadi seorang superstar, kamu bisa melakukan hal ini dengan uangmu sendiri!" tiba-tiba suara lain muncul di pikirannya.
Ethan tersenyum, "ya benar! Semuanya akan jauh lebih berharga jika aku melakukannya dengan uangku sendiri! Semangat! Kamu pasti bisa!"
***
Setelah memakan habis ayam dan membaca beberapa dokumen yang dibawa oleh Agung, Ethan melihat jam yang ada di handphonenya sekali lagi.
"Udah mau jam 10, ini dokumennya banyak banget sih!" gumam Ethan yang melihat dokumen-dokumen itu, mulai dari Business plan*, Memorandum of Understanding* dari perusahaan yang saat ini sedang bekerja sama, catatan keuangan dan dokumen-dokumen lainnya.
"Lanjut besok aja deh, aku juga kayaknya ini mulai mabuk," gumam Ethan sebelum akhirnya kembali memisahkan dokumen-dokumen yang sudah dia baca dan yang belum dibaca, dan merapikannya.
"Uhh… ini white wine yang dia beli merek apa sih? Kok kayaknya banyak banget kadar alkoholnya! Mana aku masih pake jubah mandi, ah terserah deh, tidur telanjang aja," pikir Ethan akhirnya yang langsung melemparkan jubah mandinya di kursi, mematikan lampu kamar dan menuju tempat tidur.
"Hmm.. Empuk" ucap Ethan yang puas dengan bantal yang disediakan oleh hotel. Dia kemudian menarik selimutnya agar dia tidak kedinginan keesokan harinya.
Baru beberapa menit tertidur, Ethan tiba-tiba terbangun karena ada sebuah tangan yang memeluknya dari belakang.
"Siapa?" batin Ethan yang sedikit terkejut, tapi setelah yakin bahwa itu adalah tangan manusia, dia kembali tenang.
"Eh.. kenapa dia mulai mengelus mengelus perutku?" pikir Ethan yang tetap dalam posisinya. Dia bisa merasakan tangan lembut itu mulai mengelus-ngelus perutnya.
"Apa ini?" tiba-tiba dia bisa merasakan ada sesuatu yang menyentuh punggungnya.
Ethan tetap diam dan tidak panik, malahan perlahan-lahan dia mulai menyukai sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh orang yang berada di belakangnya.
"Apa Agung mengirimkan wanita bayaran untuk aku, ya?" pikir Ethan yang mulai menikmatinya.
"Ah! Padahal kalau dalam keadaan biasa aku pasti akan menolaknya! Ini gara-gara alkohol…" pikir Ethan yang berusaha meredam nafsunya, tapi tangan itu mulai naik ke atas dan menyentuh dadanya.
"Baiklah! Kamu yang memintanya, ya!" pikir Ethan akhirnya dan kemudian membalikkan badannya, dan menindih tubuh orang yang menyentuhnya.
Sekilas Ethan bisa melihat orang yang dia tindih lewat remang-remang cahaya dari kamar mandi, wanita itu sudah tidak memakai apa-apa lagi di tubuhnya dan wajahnya terlihat cantik.
Ethan yang sudah tidak bisa berpikir rasional lagi akibat alkohol langsung menerima godaan dari wanita itu.
Malam itu, Ethan akhirnya kembali melakukannya setelah 3 tahun tidak melakukannya lagi.
Mereka menghabiskan malam itu dengan panas, berhasrat, dan suara menggoda yang dihasilkan dari nafsu mereka.