Chereads / Genius Wife & Superstar Husband / Chapter 23 - Aku Pulang!

Chapter 23 - Aku Pulang!

"Aku duluan, ya!" ucap Carolina ketika telah selesai menghabiskan makanannya. Dia bahkan tidak menunggu respon teman-temannya dan langsung berjalan menuju kembali ke kamar.

Setelah mengetahui bahwa Andrew yang melakukan hal itu padanya, Carolina merasa muak untuk berlama-lama duduk bersama pria itu, apalagi dia harus tetap tersenyum untuk menjaga image yang selama ini dia buat selama masa perkuliahan.

Wanita yang selalu tersenyum, baik, dan tidak pernah marah.

Carolina sebenarnya merasa lelah, tapi dia takut kejadian yang sama terulang lagi.

Sementara itu, Ethan yang sejak tadi memperhatikan wanita itu hanya bisa tersenyum.

"Sepertinya dia sudah tidak tahan untuk berlama-lama di situ," pikir Ethan.

20 menit! Wanita itu menahannya selama 20 menit!

"Tuan Ethan," panggil Agung tiba-tiba. Ethan yang larut dalam pikirannya menoleh.

"Habis ini tuan mau jalan-jalan atau kembali ke kamar?" tanya Agung. Kalau bosnya ingin jalan-jalan, dia sudah menyiapkan perjalanan yang mungkin akan cocok dengan selera anak itu.

"Kita gak langsung ke bandara, ya?" tanya Ethan.

"Ehem, kan waktu itu aku udah bilang kalau penerbangan kita ke jakarta nanti jam 7 malam," ucap Agung yang sengaja mengatur penerbangannya seperti itu karena berpikir bosnya ingin jalan-jalan dulu di Bali sebelum akhirnya kembali ke rumah.

"Aku gak butuh untuk jalan-jalan. Majukan saja penerbangannya, cari yang sebelum jam 12 siang biar kita gak kena biaya saat kita check out dari hotel,"

"Ba-Baik tuan, akan segera aku lakukan," ucap Agung.

"Apa gue bakal dinilai gak becus, ya? Mudah-mudahan aja nggak deh!" batin Agung dan langsung segera mencari penerbangan tercepat.

"Tuan Ethan, penerbangannya sudah aku majukan ke jam 11:30," ucap Agung.

"Oke, kalau begitu aku tunggu kamu 30 menit lagi di lobby, ya!" ucap Ethan setelah melihat jam di layar handphonenya.

***

"Hei! Udah pada balik?" sapa Dion ketika Carolina memasuki kamar hotel.

"Ah nggak kok! Cuma aku aja, yang lainnya masih makan," ucap Carolina dan langsung menjatuhkan dirinya di tempat tidur.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Dion.

"Hah? Iya, aku baik-baik aja kok! Kenapa emang?" tanya Carolina sambil tersenyum.

Dion hanya menggeleng dan melanjutkan memakai jam tangannya.

"Oh iya Di, maaf ya, tapi kayaknya aku mager nih buat jalan-jalan, hehe,"

"Oke, istirahat aja dulu kalau gitu," ucap Dion sambil tersenyum sebelum akhirnya keluar dari kamar. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada wanita itu tadi malam, tapi semoga wanita itu hanya butuh istirahat karena tidak tidur di tempat tidur.

"Makasih," ucap Carolina dan mulai memejamkan matanya.

***

"Hmm… dokumen-dokumennya udah, pakaian kotornya udah, kayaknya udah semua deh. Oh iya, kalung wanita itu gimana ya?" pikir Ethan yang sedang merapikan barang-barangnya.

"Aku bawa aja kali ya? Lagipula aku masih penasaran dia itu siapa. Sudah jelas dia bukan wanita bayaran, dia juga sepertinya bukan fans aku. Apa memang dia cuma kebetulan masuk ke kamarku, ya?"

"Bawa aja deh. Kalau memang kami ditakdirkan untuk ketemu, pasti akan bertemu lagi!" ucap Ethan akhirnya sebelum memutuskan untuk memasukkan kalung itu di tas yang dia bawa.

***.

Carolina berusaha untuk mencari posisi tidur yang enak, tapi bagaimana pun dia berusaha untuk tertidur, dia tetap tidak bisa tidur.

Dia tidak menyangka Andrew akan memberikan obat di minumannya. Kalau dia tidak masuk ke kamar lain, mungkin saja Andrew yang akan merampas pengalaman pertamanya.

"Huft… Gak tau lagi deh, apa gue harus bersyukur atau tidak karena melakukannya dengan si apel merah itu, tapi kayaknya dia mainnya cukup kasar, ini leher gue sampe ada jejak gini," batin Carolina yang kemudian meraba-raba tanda yang ditinggalkan oleh Ethan di lehernya. Ada beberapa tanda lain yang juga ditinggalkan Ethan di tubuhnya, tapi Carolina bisa menutupinya, yang jadi masalah saat ini adalah tanda yang berada di lehernya!

"Ka-Kalung! Kalung gue mana!" Carolina tiba-tiba menjadi panik ketika dia tidak dapat meraba kalung yang dia pakai. Dia masih mengingat dia memakai kalungnya ketika sedang mandi tadi pagi.

"Anjirt! Gue meninggalkannya di wastafel kamar si apel merah itu! Mudah-mudahan dia masih ada di kamarnya!" Carolina langsung segera berdiri dan keluar dari kamar.

Kalau bukan karena kalung itu yang merupakan pemberian papanya, Carolina mungkin tidak akan repot-repot untuk bertemu.

"Knock... knock... knock..." tak peduli berapa kali Carolina mengetuk pintunya, tidak ada balasan dari orang yang berada di dalamnya.

"Apa dia masih tidur, ya?" pikir Carolina dan mencoba membuka pintunya, namun pintu itu malah terkunci.

"Carol!" tiba-tiba seseorang memanggilnya. Carolina segera menoleh dan melihat Clara dan Riko yang datang mendekat.

"Ngapain lo di muka kamar?" tanya Riko.

"Ah, enggak kok, yang lain mana?" tanya Carolina berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Andrew dan Vera kayaknya lagi jalan-jalan. Dion masih makan. Ngomong-ngomong, kami mau renang di kolam hotel, mau ikut gak?" ajak Clara.

Mendengar hal itu, tiba-tiba Riko menatap Carolina dan mulai menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti memberikan kode untuk tidak menerima ajakan Clara.

Carolina hanya tersenyum dan hampir tertawa ketika melihat itu, "Aku pass dulu deh, selamat bersenang-senang, ya! Aku mau turun ke bawah aja dulu, baru ingat gak baik kalau habis makan langsung tidur, sekalian bantu proses pencernaan," ucap Carolina.

Clara dan Riko hanya mengangguk sebelum masuk ke kamar.

"Pokoknya kali ini gak ada alasan lagi, ya! Lo harus pake bikininya!" ucap Riko yang masih terdengar oleh Carolina. Carolina hanya tertawa kecil mendengarnya. Tapi dia tiba-tiba kembali terdiam.

"Pintu kamarnya terkunci berarti dia udah bangun. Apa jangan-jangan udah check out, ya?" pikir Carolina. Dia akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada resepsionis sebelum akhirnya mengambil pakaian Clara yang dia titipkan di toko pakaian.

***

��Tamu yang menginap di kamar itu sudah check out," jawab resepsionis itu sambil tersenyum.

"Apakah kamarnya sudah dibersihkan? Apakah ada kalung yang ketinggalan?" tanya Carolina.

Resepsionis itu kembali melihat layar komputer di depannya sebelum mengatakan,

"Kamarnya sudah dibersihkan dan tidak ada barang yang ketinggalan,"

"Oh oke, makasih," jawab Carolina.

"Kalau jam segini dia sudah check out, berarti dia harus pergi ke suatu tempat. Ah sial! Kalau saja gue udah beli handphone baru, gue bisa ngasih perintah ke Yui buat mengecek siapa yang menginap di kamar itu!" pikir Carolina. Bagaimana pun caranya, dia harus menemukan kembali kalung pemberian papanya!

***

"Ethan… Tuan Ethan…" panggil Agung ketika mereka telah sampai di tempat tujuan.

"Eng… apa kita udah sampai?" tanya Ethan ketika terbangun. Saat ini dia sedang berada di dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Agung begitu mereka mendarat di bandara.

Ethan yang tidak tahu berapa jauh jarak rumah orangtuanya dengan bandara, memutuskan untuk tetap terjaga selama dalam perjalanan, tapi ketika satu jam telah berlalu. Dia akhirnya tertidur.

"Eh? Ah iya, kita sudah sampai," jawab Agung yang sedikit terkejut karena Ethan tiba-tiba berbicara menggunakan bahasa Indonesia tapi Agung memutuskan untuk tetap berbicara menggunakan bahasa Inggris.

"Tidak apa-apa, aku bisa menggunakan bahasa Indonesia, kok! Oh iya, besok aku harus datang jam berapa ya di kantor?" tanya Ethan yang masih duduk di dalam mobil.

"Ehem, di NamTech jam 8.01 sudah termasuk terlambat,"

"Pasti itu aturan dari mama," pikir Ethan.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa di kantor. Oh iya," Ethan baru saja akan turun ketika dia tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Makasih ya, udah menghabiskan akhir minggu kamu untuk menemaniku. Kerja kamu bagus! Tetap pertahankan, ya! Nanti ditambahkan ke upah lembur, ya! Hati-hati di jalan!" ucap Ethan sambil tersenyum.

Agung terdiam ketika mendengar itu. Dia memang sudah tahu bahwa dia akan mendapatkan upah lembur ketika menjemput bos barunya. Tapi dia tidak menyangka anak itu akan berterima kasih padanya.

"Baik! Terima kasih! Sampai jumpa besok!" ucap Agung sambil tersenyum.

Ethan memandang rumah mewah 2 lantai bercat putih di depannya.

Tiba-tiba perasaan nostalgia menyelimuti Ethan. Interior depan rumahnya masih sama, padahal 8 tahun telah berlalu sejak Ethan meninggalkan rumahnya demi mimpinya.

Ini adalah pertama kalinya Ethan kembali setelah 8 tahun.

Biasanya ketika natal dan tahun baru mereka selalu menghabiskan waktunya di Tiongkok, bersama keluarga mamanya, atau sesekali kadang mereka menghabiskannya di Korea Selatan bersama keluarga papanya.

Ethan menarik nafas lalu membuangnya, jantungnya berdebar-debar karena perasaan gembira mulai menyelimutinya.

"Aku pulang!" ucap Ethan sebelum akhirnya memencet bel pagar rumahnya.