Jujur Melihat Om Faisal seperti ini, aku pun menjadi semakin menjadi takut, gelagat Om Faisal dari awal aku menempati rumah ini untuk tinggal bersamanya sudah sangat mencurigakan, Namun jika aku teringat pesan dari Bu deti aku masih bisa sedikit mempercayai Om Faisal.
"Aurelia, makanlah dulu kamu pasti sudah lapar kan? ha ha ha ha itu terlihat dari betapa pulas nya kamu tertidur tadi hingga tidak bisa dibangunkan ha ha ha ha..!" ucap Om Faisal mentertawakan ku, namun aku tahu ada gelagat yang tidak baik dan tidak bisa aku biarkan begitu saja.
" Bodoh..! aku memang tidak dapat mendengar tetapi kamulah yang membuat aku terbangun!"
umpat ku dalam hati kepada Om Faisal karena aku tidak mungkin berkata kasar seperti itu kepada Om Faisal. Melihat dia berbicara aku hanya bisa tersenyum sambil menahan rasa kesal ku kepadanya.
Mataku mulai berjalan melihat lihat area sekitar tempat ini, Ternyata rumah Om Faisal ini benar benar berada jauh dari pemukiman, letak antara rumah ke satu rumah yang lainnya sangatlah jauh, seperti berada didalam suatu area perkampungan yang sangat jarang penduduknya.
Dalam hati Aku berniat bahwa aku harus bisa mengetahui semua yang ada di wilayah ini dan juga didalam rumah ini, bukan bermaksud apa apa namun aku harus bisa menjaga diriku sendiri mulai saat ini.
" Aurelia, mari kita cheers dulu untuk mengucapkan selamat datang di dalam istanaku ini!" Om Faisal berkata sambil mengangkat gelasnya , dia menginginkan aku pun mengikutinya.
Dengan memberikan senyum kepadanya aku pun mengangkat gelas yang berisi Wine ini, aku berharap tidak ada sesuatu apapun didalam gelas Wine yang akan aku minum ini, karena saat ini aku benar benar khawatir akan keberadaan diriku sendiri.
" Ayo sekarang kita makan, lihatlah semua makanan ini adalah makanan kesukaan mu kan ? aku sengaja menyuruh Bibi, untuk membuatkan ini semua spesial hanya untuk dirimu..."
" Bibi..? Bibi siapa?" Aku bertanya dalam hati ku, Mata ku melotot di saat aku mendengar kata Bibi dari mulut Om Faisal, Aku terdiam dan berfikir itu berarti aku tidak sendirian didalam penjara yang berbentuk rumah ini.
" Ha ha ha ha ha... Bibi itu Pembantu di rumah ini sayang, ada Bi Nur dan Mang Surya mereka adalah Ibu dan Anak yang selalu merawat rumah ini, mereka bersama dengan ku sedari aku kecil." Om Faisal menerangkan sambil dia tertawa-tawa, mungkin karena dia melihat wajah ku yang penuh tanda tanya.
Aku hanya bisa mengangguk anggukan kepala ku sambil membaca gerak bibir yang di ucapkan oleh Om Faisal.
Dalam hati kini aku berniat, aku akan mencoba bertanya tanya kepada si Bibi jika aku tidak mendapatkan jawaban yang puas dari Om Faisal. "Tapiii....." aku kembali tersadar akan niat ku yang tidak akan pernah bisa kesampaian ini, karena aku tidak akan bisa berbicara kepada mereka dan mereka juga tidak akan mengerti apa yang aku tanyakan karena mereka tidak mengerti bahasa isyarat Yang aku gunakan setiap kali aku berkomunikasi dengan orang lain.
Rasa sedih itu kini kembali hadir didalam diriku, karena aku merasa kembali menjadi orang yang kesepian dan hanya seorang diri. Tidak akan ada orang yang bisa ku ajak berbagi karena mereka tidak akan mengerti diriku.
" Aurelia, makanlah jangan kamu kecewakan Bibi Nur yang telah memasak ini semua untuk mu, dia membuat ini semua hanyalah untukmu." ujar Om Faisal membuyarkan kesedihan ku.
Aku kembali menganggukkan kepala ku untuk menuruti perintah Om Faisal, mata ku langsung tertuju kepada semua hidangan yang ada di meja ini, mata ku seakan tidak ingin berkedip dan tidak masih tidak percaya karena semua yang ada saat ini memang semua makanan kesukaan ku. Tetapi yang jadi pertanyaan ku saat ini adalah, dari mana Om Faisal itu tahu semua tentang makanan ini ? yang tahu tentang makanan kesukaan ku ini hanyalah Suster Margareth atau.... Om Faisal telah membaca buku harian ku ! aku terpaku sesaat karena aku terus berpikir untuk mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan ku sendiri .
Jujur saja Aku tidak bisa menolak, jika aku disuruh menghabiskan semua makanan ini, karena masakan ini benar benar terlihat enak, sekali, ada Cumi saos tiramnya, sayur kangkung tauco dan juga ayam bakar kalasan ini semua adalah hidangan pertama yang akan masuk ke dalam perut ku dan aku masih harus menyentuh sambal Pete nya, dan juga udang telur asin, ini semua benar benar makanan yang terenak bagi ku, aku akui walaupun banyaknya makanan lain di dunia ini yang lebih enak, namun bagiku makanan ini benar benar sangat enak di lidah ku.
Sambil menyantap makanan ini, Sesekali mataku menatap ke arah Om Faisal, karena aku harus membaca gerak bibirnya, kalau kalau dia mau berbicara kepadaku, dan juga sebagai kewaspadaan ku terhadapnya, karena sejujurnya mulai saat ini aku sudah merasakan takut akan semua masakan ini, namun aku masih mencoba untuk percaya bahwa Om Faisal tak akan melakukan hal hal yang buruk kepadaku.
" Hmmm.. kayaknya kamu benar benar menyukainya, berarti Suster Margareth itu sangat sayang sekali dengan dirimu Aurelia, karena dia lah yang memberitahukan tentang makanan ini semua kepadaku." ucap Om Faisal dengan santainya.
" Aaacckh..!" aku terkejut dan aku merasakan sakit di bibirku ini, karena aku menggigit bibir ku sendiri saat aku membaca gerak bibir Om Faisal disaat menyebut nama Suster Margareth.
" Heii.. kenapa kamu! haaaiiizz... kamu ini! makanan begitu banyak masih saja kamu makan bibir mu... !" ucap Om Faisal gusar,
Om Faisal langsung menghampiriku, dengan cepat dia mengusap ngusap bibirku dengan tangannya membuat diriku menjadi risih dengan perlakuannya.
" Hmmmm.... Ayo cepat minum air dingin ini biar bibir mu tidak membengkak! nanti tidak terlihat natural jika bengkak!" ujar Om Faisal mengalihkan keadaan ini, dia mengambil kan aku segelas air putih yang dingin dan menyuruhku untuk meminum nya.
Aku pun langsung meminum air yang disodorkannya kepadaku karena memang bibir ku ini bisa bengkak karena gigitan ku sendiri.
" Biii..! Bii Nur..! SURYAA..!"
Tiba tiba Om Faisal pun berdiri sambil berkacak pinggang, Aku melihat dari gaya gerak bibirnya Om Faisal seperti sedang memanggil manggil nama seseorang.
Dan tidak begitu lama datanglah seorang wanita paruh baya dan seorang pemuda tampan yang usianya mungkin hampir sama dengan diriku . Sesaat matanya tertuju kepadaku namun dengan cepat dia melihat ke arah Om Faisal dan berbicara kepadanya.
" Iya Tuan....ada apa? ma.. maaf kami sedang membereskan dapur."
Anak muda itu berbicara kepada Om faisal dengan raut wajah seperti orang yang sedang ketakutan.
========== >>>>>