Tanpa banyak ngomong Kafka bantuin dorong motor Vina. Sedangkan Vina dan Mona jalan di belakangnya.
Sesekali Vina ngelirik ke arah Mona pake ekor matanya. Memindai dari atas sampai bawah.
"Gila aja kalau dia pacarnya kak Kafka!" batin Vina.
"Kalau iya, berarti cuma gue yang gak laku dong," batinnya lagi ngedumel.
"GAK BISA!" seru Vina tiba-tiba bikin Mona kaget apalagi Kafka.
"Gak bisa apa Vin?" tanya Kafka bingung.
"Hah?" Vina menatap ke arah Kafka dan Mona bergantian. Dia bingung harus ngasih alasan apa.
"Gak apa-apa kok," jawab Vina pada akhirnya.
"Dih, aneh," sahut Kafka. Dia terus jalan lagi sambil dorong motor punya Vina. Untungnya sih gak lama mereka akhirnya nemuin tukang tambal ban yang buka.
"Nih Vin, buat bayar tambal bannya nanti. Sama ongkos lo buat jaga-jaga." Kafka ngasih duit puluhan ribu tiga lembar.
Berkali-kali Vina ngebolak-baliknya. Yang bener aja masa cuma segini? Pikir Vina.