Pagi ini Arya memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, Saat sampai di depan pintu ruangan dia ragu untuk masuk sesaat hanya mondar mandir di depan ruangan.
"Arya...?? Ada yang bisa saya bantu..?" sosok dokter muncul dari balik pintu.
"Emmm Aku...emmm..."
"Masuklan dulu sepertinya kau sedang dalam masalah.." pria berjas putih khas dokter tersebut menggiring Arya masuk. "Mau kopi..??"
"Boleh gulanya Satu sendok saja.."
"Jadi apakah gerangan yang membuat seorang Aryansyah kusuma Atmaja datang mengunjungi kawan lamanya di ruang prakteknya..??" Doni adalah teman SMA Arya yang kini berprofesi sebagai psikiater.
"Emm..beberapa hari ini aku merasakan hal yang aneh pada diriku.akuu..emm..aku.."
"Bicaralah aku akan menjamin rahasiamu"
"Sebenarnga beberapa hari ini saat berada di dekat seseorang aku merasa aneh. Seperti jantung berdebar debar, malu dannn.. entahlah aku juga tidak bisa menjelaskannya."
"Sejak kapan kau merasakan hal tersebut? Apakah saat pertama kau mengenalnya??"
"Sebenarnya kami bertemu sekitar hampir empat bulan yang lalu. Tapi saat pertama bertemu aku tidak merasakan apa apa baru sekitar dua bulan terakhir dan puncaknya adalah tadi malam saat aku memberi napas buatan padanya saat dia hampir tenggelam. Dan semalaman aku tidak bisa tidur memikirkannya karna dari itu aku kesini Don."
"Jadi sebenarnya kasusmu ini cukup simpel Arya dari yang aku tangkap sepertinya kau sedang jatuh cinta. Kali ini gadis mana yang kau incar..?"
"Masalahnya gak sesimple itu Don. Aku merasa diriku ini mulai tidak normal."
"Jatuh cinta adalah hal yang normal dan manusiawi. Apalagi pada usia kita yang sudah hampir mencapai kepala tiga ini."
"Aku tahu..aku sendiri sudah beberapa kali merasakan jatuh cinta tapi kali ini lain.. aahh aku malu mau mengatakannya."
"Katakanlah..aku janji akan tutup mulut." Doni menggerakkan jarinya di depan mulutnya seolah memberi gerakan mengunci mulutnya.
Arya membuang napasnya dengan kasar. "Akan mudah kalau dia adalah wanita masalahnya aku merasakan hal ini pada seorang Lelaki.." ucap Arya dengan nada yang rendah takut ada orang lain yang mendengar.
"Oh Astaga.. Arya kauu..??" Doni menutup mulutnya tak percaya.
"Oh ayo lah Don.. aku kesini untuk minta bantuanmu.."
"Hahaha baik lah...baiklah.." Doni berusaha menahan tawanya. " Jadi ceritakanlan seperti apa dia.. Apakah dia kategori cowok macho dengan otot kekar dan sixpack, cowok yang berkharisma atau yang bagaimana?"
"Dia..dia...Lelaki yang memiliki wajah cantik." Seketika Doni menyerngitkan dahinya sekilas lalu tertawa lagi.
"Apakah dia seorang banci..?"
"Ahh gila lo Don.. kamu kira aku sudah segitu parahnya..mana mungkin lah aku suka sama jenis yang begituan.."
"Sory sory...lalu "Dia" yang kamu maksud ini seperti apa..?"
"Dia bertubuh kurus tapi cukup tinggi berkulit putih dan bersih berhidung mancung dan dia memiliki mata yang indah. Dan yaa dia mirip dengan artis korea.."
"Jadi kau suka dengan pinky boys??"
"DONIII..."
"Upss... sory...baaiklah kita fokus lagi.." ucapnya sambil menahan gejolak tawa. Doni mulai mengutak atik handphonenya mencari sesuatu dalam pencarian vidio.
"Lihatlah ini apakah kau juga memiliki ketertarikan pada salah satu dari mereka..?" Arya melihat vidio anggota boy band korea yang sedang menyanyi dan menari.
"Gak ada.. aku malah sedikit ilfeel melihatnya.. kalau kau mau lihat aku punya fotonya.." Arya menunjukkan foto Adam alias Amanda.
Dokter Doni mulai mengamati foto dari handphone Arya. "Dia memang sedikit berbeda.. apakah dia juga memiliki perilaku yang unik?" Arya mengingat ingat.
"Sebenarnya aku tidak terlalu dekat dengannya dia hanya sebatas rekan kerja bagiku. Tapi yang aku ingat.. dia tidak suka kopi, dia lebih suka hot coklat dan cheescake. Lalu dia selalu menggunakan kaos berlengan panjang atau jaket dan mengenakan celana panjang. Dan... saat dia berteriak suaranya mirip perempuan." Arya ingat pertemuan pertamanya saat Adam hampir menabraknya.
"Apakah dia juga pernah bersikap aneh atau tak wajar saat di dekatmu??"
"Saat aku di dekatnya aku pernah melihat wajahnya yang tiba tiba memerah dan salah tingkah.." Doni hanya mengangguk angguk.
"Jadi bisa aku simpulkan kau hanya tertarik padanya dan tidak pada pria lain yang hampir mirip dengannya. Ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama kau memang jatuh cinta pada Lelaki berwajah cantik tersebut. Dan kemungkinan ke dua Lelaki tersebut sebenarnya adalah seorang perempuan. Karna kalau aku perhatikan dia memang terlihat cantik untuk kategori seorang Lelaki."
"Apa...mana mungkin dia Perempuan..?"
"Jadi kau lebih memilih kemungkinan yang pertama..?"
"Entah lah aku kesini meminta solusi buat malah kau buat menjadi makin pusing.."
"Lebih baik kau cari tahu dulu latar belakang Lelaki itu. Dan aku akan memberikan resep untuk masalah insomniamu."
* * *
Arya berjalan gontai menuju kembali kemobilnya. Didalam mobil ucapam Dokter Doni teman sekolahnya. " Ada dua kemungkinan. Yang pertama kau memang jatuh cinta pada Lelaki berwajah cantik itu Atau kemungkinan ke dua dia adalah seorang perempuan". Sesi konseling yang diakhiri oleh Arya yang hanya makin di buat pusing oleh pernyataan teman sekolahnya tersebut.
"Sepertinya aku memang harus menggali informasi lebih, mungkin Dirga tau latar belakang Adam dia yang lebih dulu mengenalnya." Arya memacu mobilnya untuk pergi ke rumah dirga.
Diperjalanan menuju kerumah Dirga saat melintasi kawasan perkebunan teh mata Arya tertuju pada seseorang yang dia kenal sedang bermain layang layang dengan anak anak kecil. Arya menghentikan mobilnya dan mengamati mereka dari dalam mobil.
Ya seseorang yang sedang bermain layang layang tersebut adalah Adam dia tampak sangat bahagia menarik layang layang berwarna biru yang terbang tinggi. Senyuman begitu mengembang dari bibirnya yang merah. Sekali lagi Arya merasa terpesona oleh sosok Adam, Akhirnya Arya memutuskan untuk turun dan ikut bermain dengan anak anak tersebut.
"Wah wah wah...ada yang masa kecilnya kurang bahagia nih."
"Owh pak Arya.. apakah sedang ada perlu dengan saya??"
"Aku hanya ingin membicarakan sesuatu hal dengan Dirga mengenai pembangunan pabrik baru. Tanpa sengaja aku melihatmu bermaim layang layang disini sepertinya seru."
"Iya pak Arya ternyata ini tuh seru banget.. Saya juga baru pertama kali main yang beginian. Anak anak ini yang malah ngajarin saya..Bapak juga mau nyoba..?"
"Jangan panggil saya Bapak kalau diluar konteks pekerjaan. Saya kan belum menikah dan belum terlalu tua panggil saja Arya.."
"Ya ya baiklah.. kamu mau nyoba menerbangkan layang layang? mumpung Anginnya sedang bagus.." Amanda memberikan layang layang lain yang berwarna merah.
Akhirnya mereka bermain layang layang bersama dengan sorak sorai anak anak yang bertepuk tangan. Amanda tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya senyumnya terus berkembang di wajahnya. Arya yang sedari tadi melihat ekspresi kegembiraan Adam sejenak lupa tujuan sebenarnya datang kemari.
"Yah layangan aku putus..."
"Yee aku menang kamu kalah Arya.. lihatlah layang layangku terbang sangat tinggi. Aku gak pernah menduga bahwa menarik ulur benang akan sangat semenyenangkan ini.."
"Ya.. asal jangan narik ulur perasaanku aja.."
"Apa...? kau tadi bilang apa?? anginnya kenceng banget."
-Syukurlah dia tadi gak dengar ucapanku-
Arya dan Adam yang mulai lelah kini hanya duduk memandangi anak anak yang gantian menerbangkan layang layangnya.
"Dam apa kamu dulu gak pernah main Layang layang?"
"Jangankan layang layang aku aja dulu gak punya temen"
"Kenapa begitu??"
"Karna Ayahku begitu over protektif.Aku hanya boleh bermain di rumah. meskipun aku punya banyak mainan tapi aku kesepian." Mengingat masa lalu Amanda menjadi sedikit sedih.
"Arya bagaimana kalau kita kerumah Dirga sekarang. Tapi aku mau pulang sebentar mandi dulu."
Arya yang menyadari raut kesedihan di wajah Adam hanya mengiyakan ajakan Adam. Dengan perasaan yang makin penasaran dengan sosok Lelaki di hadapannya.