Hujan kembali membasahi kota Jakarta, di sertai guntur dan petir.
Aku terdiam begitu pun Alya,hanya rintihan hujan yang terdengar menyentuh genting dan dedauanan di luar sana.
Aku beranjak dari sofa dan menenteng gelasku menuju dapur. Saat aku kembali ku dengar tangisan Alya, setelah ku letakan gelasku di meja,ku raih tubuh Alya mendekapnya lembut, sesekali ku usap lembut rambut Alya.
Setelah tangisnya mereda ku angkat wajahnya, ku hapus air matanya dengan jemariku, ku kecup lembut bibirnya.
"apa yang kamu tangisi babe? "tanyaku lembut sambil menatap mata sembabnya. Alya hanya terdiam, dan kembali menelusupkan kepalanya ke dadaku. Aku paham dengan situasi ini, aku sadar resiko ini lambat laun akan datang.
Seharusnya aku yang menangis, karena sebentar lagi aku akan berada jauh dari orang yang paling ku sayang dan paling ku percaya setelah keluargaku,hufff....tanpa sadar aku menghela nafas, Alya bergerak menjauhkan kepalanya dari dekapanku, masih ada sisa air mata di wajah cantiknya.
"sayang... aku minta maaf, aku... aku tak mengira Braden akan mengambil keputusan secepat ini.. aku gak punya lagi alasan untuk menundanya...maafkan aku.. "Sesalnya, kembali air mata membasahi mata indahnya.
Aku hanya termangu,karena aku pun gak tahu harus bagaimana. Aku hanya mampu menahan sedih ini dalam-dalam.
Waktu terus bergulir, gak terasa sudah tengah malam, alam seperti mengerti kegundahan hati kami. Kami hanya terdiam dengan pikiran masing-masing.
Ku ingat lagi masa-masa kebersamaan kami yang baru seumur jagung ini, tanpa pernah bertengkar, kami benar-benar saling mengisi kekurangan kami, Alya benar-benar bisa merubah kebiasaanku yang terbiasa mencecap dunia malam, yaa terkadang meminum minuman beralkohol juga, setelah mengenalnya,hari-hariku full di habiskan bersama Alya,tanpa atau dengan kehadiran mami.
Perhatian Alya selayaknya perhatian seorang kekasih, tahu apa kebutuhanku, tanpa aku minta selalu tersedia di rumahnya, makanan kesukaanku,minuman kesukaanku,apapun yang aku suka Alya akan menyediakan dan melakukannya tanpa protes,bukan berarti Alya penurut, toh dia pun punya kehidupan lain, aku hanya memberikan kebebasan kepada Alya,dan perlu kalian tahu, aku bukan kekasih yang banyak nuntut ataupun posesif.
Alya menerima ketengilanku,menerima perhatianku yang gak seberapa, selalu jadi pengingatku kalau aku lupa, dan akan marah bila aku telat makan atau lupa waktu untuk beribadah.
Aku kira gak akan secepat ini aku akan kehilangan Alya, aku gak menyangka... dan aku gak mampu membayangkan kehilangan orang yang aku sayang.
Jam sudah menunjukan pukul 2 malam, aku gak bisa memejamkan mata sedikitpun, Alya terbaring gelisah di sampingku, sering ku dengar desah yang keluar dari bibirnya, matanya terpejam tapi aku tahu tidurnya gelisah.
Adzan subuh berkumandang dari kejauhan, ku langkah kan kaki ku menuju kamar mandi, ku ambil air wudhu,dan melaksanakan sholat subuh.
Alya terbangun saat mendengar lantunan ayat suci yang ku bacakan. Matanya merah dan sembab.
Setelah selesai menunaikan kewajibanku sebagai umat muslim, aku kembali membaringkan tubuhku, mencoba untuk terpejam walau hanya sebentar. Aku gak bisa gak masuk kerja, hari ini ada meeting penting di perusahaanku.
Aku terbangun kaget ketika seseorang mengusap lembut pipiku"mmmmmm....morning baby.. "sapaku setelah tahu siapa yang menyentuhku. Alya tersenyum diatas wajahku, hembusan nafasnya yang segar tercium hidungku,rupanya Alya sudah mandi. Ku kecup bibirnya seperti kebiasaanku bila bangun tidur.
"sudah jam 6 lewat sayang... Ayok bangun"pinta Alya sambil tersenyum.
Dengan lemas ku seret tubuhku, aku berlama-lama di bawah shower yang mengeluarkan air hangat untuk mengembalikan kesegaran di tubuhku.
Alya sedang sibuk di dapur saat aku keluar kamar dengan perasaan campur aduk. Sebelum aku duduk Alya sudah menarik kursi untuk ku duduki, di depanku sudah tersedia sarapan kesukaanku, roti bakar isi smoke beef, mozarela dan telur setengah matang,segelas susu segar dan air putih hangat. Ku tatap hidangan itu dengan nanar, tiba-tiba rasa sedih menarik-narik hatiku.
Ku ambil satu tangkup roti, dan mulai memakannya, gak seperti biasa selera makanku hilang, aku menggigitnya pelan-pelan, seret rasanya melewati kerongkonganku yang tiba-tiba kering, ku ambil gelas susu dan meminumnya.
Tanpa aku sadari Alya memperhatikanku yang sedang berusaha menelan makananku. Alya tiba-tiba berdiri dan menghampiriku, tangannya memelukku dari belakang"jangan di paksa kalau gak selera makan, aku gak akan marah sayang"bisiknya di telingaku.
Aku terdiam dengan masih memegang roti,seolah-olah suara Alya datang dari jauh, Alya menyentuh tanganku, dan menuntunnya agar meletakan roti ke piring, ku peluk kedua tangan Alya,dan.....setitik bening jatuh di pergelangan tangan Alya. Akhirnya pertahananku runtuh, aku menangis di bahu Alya yang sekarang duduk di pangkuanku.
Sungguh aku gak bisa membayangkan apa pun saat ini, gak bisa berpikir apa-apa. Hanya rasa sesak yang gak juga mau berkurang dari dadaku.
Alya merengkuh tubuhku erat, seolah-olah tak kan pernah terlepas. Jam dinding berdentang 7 kali, cepat-cepat ku hapus air mataku dan aku pamit pergi.
Saat ini aku gak tahan untuk berdekatan dengan Alya,ada perasaan yang hilang walau pun orangnya belum pergi, masih ada waktu sebenarnya, tapi entahlah, aku malah lebih memilih menjauh sebelum waktunya datang, beberapa kali Alya sengaja datang ke kantor, untuk mengajaku makan siang tapi beberapa kali juga ku tolak, atau aku sengaja menghindar saat resepsionis memberitahuku kedatangan Alya.
Begitupun dengan chat atau teleponnya, jarang ku respon, mami pun sempat bertanya, karena mami tahu aku jarang cepat pulang ke rumah setelah jam kerja selesai, aku cuma jawab aku lelah atau lagi pusing dengan kerjaan karena sedang menghadapi proyek baru, mungkin cuma itu alasan yang paling masuk akal saat ini.
Sudah satu minggu aku gak bertemu Alya, rasa sedihku mengalahkan kerinduanku padanya, yang bisa ku lakukan hanya membuka galery video atau foto di hpku.
"yoannnnnnnn..... "teriakan mami terdengar di minggu pagi Ini, aku yang memang sudah bangun sedari tadi langsung menjawab"yessss...ma'am"gak kalah nyaring.
"Ada apa mamiku sayanggggg.... pagi-pagi udah kayak tukang sate"semburku,sambil mencomot tahu isi bi asih kesukaanku.
"Ihhh kamu yah, belum mandi udah main comot-comot aja"gerutu mami
"yang penting udah sikat gigi mam, bebas jigong... Lagian ini kan hari males sedunia yoan"
"Pinter aja ngeles... Eh btw, anter mami yuk"ujung-ujungnya kan, Hmmm...
"kemana mih? yoan rasanya lagi males pergi deh, tulang-tulang yoan rasanya sakit-sakit ini"ku tampilkan puppy eyes, biar mami percaya.
"Tumben.... padahal mami mau ngajakin kamu spa bareng Alya lho"
what?? aku tersedak tahu isi yang setengah jalan di tenggorokanku, cepat-cepat ku sambar teh manis di gelas mami.
Mami kaget melihat aku terbatuk-batuk karena tersedak tahu isi,yang rasanya pedas, mami langsung menepuk-nepuk punggungku.
Setelah reda mami masih saja ngomel
"hati-hati kalau makan,pelan-pelan... Lupa baca doa kali kamu makanya tersedak"idihhhhhh aku kan tersedak karena mendengar nama Alya,ishhh..
Akhirnya mami pergi di antar Pak Gino, aku kembali leyeh-leyeh di kamarku, ku putuskan buat nonton film streaming di notebook ku, film-film terbaru ku libas semua, sampai akhirnya aku ketiduran.
Saat aku terbangun, suasana kamarku sudah gelap, jendela kamar pun lupa ku tutup, dengan malas aku beranjak dari tempat tidur. Kruyuk...perutku bersonata, ku nyalakan lampu kamar dan melihat ke arah jam, ya ampun sudah jam 7.
Di ruang makan ku lihat bi asih sedang membereskan sisa makanan, sambil garuk-garuk kepala yang gak gatal aku menghampiri bi asih.
"yoan lapar bi... Ada makanan apa? "tanyaku sambil melihat-lihat makanan diatas meja. Bi Asih melihat kearahku.
"Eh neng yoan teh belum makan... euleuh ini cuma sisa semur jengkol sama ikan asin aja"
"Yahhhhh... yoan kan gak suka jengkol bi"ujarku sambil manyun.
Tiba-tiba hpku bergetar di dalam saku ku, bidadari syurga,nama penelepon itu tergantung dengan cantik di layar hpku.
"yes ma'am.. "jawabku "belummmm... yoan laper, masa tinggal sisa jengkol sama ikan asin.... Okay, terserah mami aja... Iya yoan suka..... Okay mam...hati-hati di jalan..emhhh.."
Satu jam berlalu, akhirnya mami sampai rumah juga, aku yang sedang menonton berita dengan papi terkaget-kaget mendengar teriakan mami.
"Assalamu'alaikum Pak Bastian,assalamu'alaikum anak perawan... "
Dengan pembawaannya yang ceria mami selalu meramaikan rumah ini"Wa'alaikum salammmm... "berbarengan aku dan papi menjawab salam mami sambil geleng-geleng kepala.
"lihatttt apa yang mami bawa..? "Tanya mami mulai main tebak-tebakan sambil mengangkat keresek berisi beberapa dus putih.
"paling nasi goreng depan komplek.. "kata papi.
"kesukaan yoan palingan pi.. "ujarku acuh tak acuh sambil memainkan hpku.
"Selamat malam Ka Bas,selamat malam yoan... "seseorang menyapa kami.
Eh rasa-rasanya aku mengenal suara itu, otomatis mataku berpindah arah, aku jelas kaget, diambang pintu berdiri wanita yang satu minggu ini aku hindari.
"Hei Alya...apa kabar? sini masuk... Malah berdiri di situ... sini... sini"papi mempersilahkan wanita itu masuk.
Aku masih tetap bengong sampai mami meneriakan namaku.
"yoannnnn.... Ini lho ada tamu kesayangan, Malah bengong kayak kesambet bencong"
Astagfirullah... aku cepat-cepat bangun, dan menerima pelukan serta capcipcup dari Alya. Alya hanya tersenyum melihat aku yang seperti orang bingung.
Mami menyentil hidungku"makananmu yoan katanya laper.. "
"Ohh Eh...iya mih yoan laper... yoan mau makan dulu"tanpa bak bik buk, aku langsung ngacir sambil menenteng kantong berisi makanan.
Selesai makan aku langsung buru-buru naik ke kamarku, dan gak keluar-keluar lagi walau pun mami teriak-teriak memintaku turun.
Aku gak peduli apa yang di pikirkan mami, Alya, atau pun papi dengan sikapku ini, aku hanya sedang belajar untuk menerima kondisi hubungan kami, mungkin terkesan childish tapi masa bodo saja lah buat saat ini. Karena saat ini aku pun gak tahu apa yang harus aku lakukan, Huffff...