Suasana kafe di dekat kantor hari ini gak seramai biasanya, aku dan Dinda memilih untuk duduk di meja favorit kami.
Setelah memesan makanan dan minuman, kami ngobrol-ngobrol ringan seputar pekerjaan, Dinda sesekali memainkan hpnya, dan menimpali setiap perkataanku.
"aelahhhh... sibuk lo sama hp, sampe gak fokus sama obrolan gue, siapa sih?"gerutuku gak senang.
Dinda memonyong-monyongkan mulutnya mengikuti gerakan kalimat yang keluar dari mulutku, ingin rasanya ku jitak keras-keras.
"yo.. lo tahu gak, Dimas anak bagian marketing? "aku seketika membelalakan mata.
"Maksud lo Dimas yang kinyis-kinyis itu? apa hubungannya sama sikap lo yang gak fokus? jangan-jangan..... "aku gak meneruskan kalimatku, ku lihat muka Dinda bersemu merah, astagaaaaaaa....
"lo sama Dimas.... "aku menyatukan kedua jariku dan menggoyang-goyangkannya, muka Dinda semakin memerah, dengan malu-malu Dinda mengangguk mengiyakan. Ku tepuk jidatku pelan-pelan, sungguh aku bukan teman yang baik, hanya memikirkan diriku sendiri, sahabat sendiri yang sekarang dekat dengan orang pun aku sampai gak tahu, huffff..
"serius lo Din? sejak kapan? "tanyaku penasaran"ko gue gak pernah tahu"tuntutku kemudian.
Dinda menghela nafas, untuk meredakan kebahagiaan yang memenuhi hatinya yang tak bisa dia tahan"sebulan yang lalu... "jawab Dinda,dan kembali wajahnya bersemu merah.
Aku tersenyum lebar"gila lo... ko baru ngasih tahu gue? "
Dinda menatapku"lo sibuk sama proyek lo sama pacar lo, mana sempat lo merhatiin gue... "sungut Dinda
Ku peluk sahabatku itu gemas"maapkeun...maapkeunnn.... gue seneng akhirnya sahabat gue punya gacoan, selamat yeeee.... semoga langgeng, semoga ini adalah pangeran yang lo impikan"terdengar derai tawa kecil dari mulut Dinda.
Ku urai pelukanku, dan mengacak rambut Dinda dengan sayang, ya aku merasa semakin bersalah, tapi aku ikut senang sahabatku akhirnya punya pendamping.
"tapi yo... "tetiba suara Dinda berubah sedih. Aku meraih jemarinya, dan menggoyangkannya pelan.
"hey... kenapa? "tanyaku, rasa khawatir menyelinap di dalam hatiku.
"Gue sama Dimas, harus backstreet... "ujar Dinda pelan, ada nada kecewa di kalimat Dinda,gurat kesedihan merubah kebahagiaannya yang tadi aku lihat.
Aku hanya menghela nafas, ikut merasakan kesedihan Dinda, aku tahu masalahnya apa. Mantan tunangan Dimas adalah anak dari kepala marketing di perusahaan kami, dan acara pertunangan mereka batal belum lama ini, aku mengerti.
"udah lo gak usah sedih Din, yang penting Dimas beneran sayang sama lo, lo cuma harus sedikit bersabar aja sekarang, okay? "ujarku menenangkan, Dinda menatapku, dan mengangguk.
"ma kasih yo... maaf gue baru cerita sama lo, lain kali perhatiin gue juga ya"kembali wajahnya memberengut sebal, aku tertawa geli melihatnya.
Makanan dan minuman yang kami pesan akhirnya tiba, kami pun makan dengan lahap, seperti orang yang belum nemu nasi dari orok, hahahhaa....
Tak terasa jam kerja sudah berakhir hari ini, aku masih sibuk membereskan pekerjaanku,sedangkan si bawel Dinda sedang asyik memainkan hpnya,sesekali ku lihat senyumnya mengembang,atau pipinya merona,atau kadang ku lihat dia menggigit-gigiti kuku jarinya yang sepertinya sudah habis setengah,iseng ku lempar gulungan tissue untuk mengingatkannya,dia melirik sebal ke arahku,yang ku balas dengan pelototan. Akhirnya selesai juga,aku dan Dinda keluar bersama-sama dari kantor yang telah memberikan kami makan dan kejayaan-kejayaan lainnya...hee.....