Chereads / Ketika Senyummu Memeluk Erat Hatiku / Chapter 4 - Menghitung Hari

Chapter 4 - Menghitung Hari

"Para reader tercinta... aku tunggu komen dan lemparan bintangnya iya, biar aku makin semangat nulisnya....

Salam kasih penuh cinta for all of you

*thank you*

~💋💕~

Hari senin yang basah....

Kemacetan kota Jakarta sudah bukan cerita lagi, pagi itu aku terjebak di tengah-tengah kemacetan yang Naudzubillah bikin kram otak.

Sambil menelungkupkan badan diatas stir, suara sexy Sabrina Claudio memenuhi mobilku, tatapanku kuyu gak berdaya, melihat kemacetan di depan sana.

Suara klakson bergantian terdengar, orang-orang yang terjebak macet bersamaku, sama tidak sabarannya denganku, tapi aku lebih memilih pasrah menunggu, menikmati lagu-lagunya Sabrina Claudio.

Hampir setengah jam terjebak macet, akhirnya kendaraan mulai bergerak. Pengendara motor berlomba-lomba menyalip kendaraan lain.

"Yoannnn... "suara cempreng Dinda menyambut ke datanganku, Dinda menghampiriku dan meletakan beberapa dokumen di tanganku.

"lo ke ruangan Pak Azka sekarang....di tunggu"sebelum pergi Dinda memberitahuku.

Setelah meletakan barang-barangku, aku langsung menuju ruangan si kutu kupret.

Ku ketuk pintu ruangan Pak Azka"masuk..."Dari dalam ruangan suara Pak Azka bergema.

"Pagi Pak ..."salamku, Pak Azka hanya melirikku sebentar, lalu dengan kode Pak Azka menyuruhku mendekat, aku gak berani duduk sebelum si kutu kupret itu mempersilahkan.

Sebenarnya general managerku ini ganteng, usianya baru 35 tahun, usia yang cukup muda untuk menjabat general manager di perusahaan se elit perusahaanku.

Hidungnya mancung, kulitnya putih untuk ukuran laki-laki Indonesia, bibirnya tipis dan merah, tanda kalau beliau jauh dari nikotin, dan matanya itu lho, tajam setajam silet, coba kalau gak senyebelin itu sikapnya, pasti bakalan jadi bahan pertimbanganku. what's?!! Ughhh pikiran macam apa ini. Ku geleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir pikiran yang gak-gak. Asyemmmmm....

Brakk!!!

Aku hampir loncat mendengar suara keras itu, lalu takut-takut aku melihat ke arah si kutu kupret, etdahhhh... Dia melotot ke arahku, mulutnya terkunci rapat membentuk garis tipis.

"Masih pagi... apa yang kamu pikirkan, sampai senyum-senyum menjijikan seperti itu"bentaknya

Aku hanya melongo mendengar omelannya pagi ini"ehh...anu Pak lagi perhatiin bapak ko bapak ganteng ya tapi nyebelin..."Astagfirullah,cepat-cepat ku bekap mulutku erat-erat.

Muka Pak Azka semakin gak enak di lihat, dan aku pun semakin gak karuan, berasa berdiri di aspal panas.

"Eh ampun Pak... maaf saya tidak berma... "belum selesai aku bicara Pak Azka sudah memotongnya.

"nyebelin katamu?"Pak Azka bangkit dari kursinya, dan duduk di ujung meja, iihhhh macam oppa di drama-drama Korea penampilannya hari ini, atau mungkin aku jarang memperhatikannya selama ini, ahhh whatever.

Kebiasaanku kalau dalam situasi yang kacau saat di tanya apa yang aku pendam-pendam pasti langsung keluar dari mulutku,aishhhhh...

"Bu....bukan begitu Pak...bukan maksud saya... Eh saya lupa mau bertanya.. "dengan gugup,aku mencoba mengalihkan pertanyaan Pak Azka"Bapak ada apa memanggil saya? "tanyaku to the point

"jawab dulu pertanyaan saya"Pak Azka tetap ngotot, senyuman evil menghiasi wajah temboknya.

Aku hanya mampu garuk-garuk kepala yang gak gatal.

"O iya Pak... ini ada beberapa dokumen yang perlu bapak tanda tangani"aku masih berusaha berkelit.

Pak Azka melengos gak senang, lalu mulai memeriksa dokumen-dokumen yang aku bawa, setelah selesai di periksa dan di tanda tangani, menyerahkannya kembali kepadaku.

"Terima kasih Pak.. "aku buru-buru pergi, sebelum mencapai pintu, suara Pak Azka kembali terdengar.

"Kamu jangan lupa,minggu depan kamu presentasi proyek di PT. Candi Paramuda...jamnya kamu bisa tanyakan sama Dinda"

Tanpa menoleh aku menjawab"baik Pak... Selamat pagi"buru-buru ku buka pintu ruangan Pak Azka, setelah pintu tertutup di belakangku, aku langsung kabur.

Ku atur nafasku yang terdengar ngos-ngosan, sebelum memasuki ruanganku.

"yoannnnn.. "Dinda melongokan kepalanya di celah pintu,gak berapa lama setelah aku duduk di belakang meja kerjaku.

"masuklah din, ngapain nongol-nongol gitu depan pintu"Dinda hanya nyengir kuda sambil masuk ke dalam ruanganku.

Sembari menghempaskan badannya ke kursi di depanku, Dinda mencomot coklat yang tinggal setengahnya, dengan cueknya dia memakan coklat itu tanpa permisi, aku hanya geleng-gelengkan kepala, melihat kelakuannya.

Aku dan Dinda sama-sama bekerja pada tahun yang sama di perusahaan ini, dan hanya Dinda yang tahu orientasi sex ku. Dinda teman terbaikku, teman yang benar-benar bisa nerima keadaanku.

"yo... gimana kabar pacar lo? "tetiba Dinda menanyakan kabar Alya, aku yang sudah hampir 2 minggu ini menghindari Alya,sedikit tersentak.

"mmmmmm... baik... dia baik... "jawabku ragu, Dinda mencondongkan badannya ke arahku, menatap tepat di kedua mataku, aku gelagapan menerima pandangan menyelidik Dinda.

"yakin.. "bisiknya, aku sedikit termenung, dan segera mengangguk mengiyakan, Dinda hanya menyipitkan mata "ko gue gak yakin.. "bisiknya kembali

"minggu kemarin lo mati-matian ngehindari dia, jadi mana mungkin baik-baik aja... gue kan punya cctv di belakang kepala gue yo.. "imbuh Dinda"dan lo tumben gak mau cerita sama gue"rengut Dinda,bibirnya seketika manyun.

"berisik lo.. "ku getok kepalanya dengan ujung penggaris.

"aduhhhhh atit yoooo..... "teriaknya lebay sambil mengusap-ngusap kepalanya.

"eh serius,gue nanya sama lo yo"lanjutnya sambil menggigit sisa coklat yang sekarang tinggal bungkusnya saja.

Ya memang, biasanya Dinda adalah tempat aku mencurahkan semua keluh kesahku, gak menutup kemungkinan Dinda mengetahui apa yang terjadi dalam hubunganku dengan Alya,tapi saat ini rasa-rasanya aku malas menceritakan apapun pada Dinda,entah kenapa.

Setelah beberapa saat terdiam, aku akhirnya memutuskan untuk bercerita, untungnya hari ini bukan hari yang sibuk, pekerjaan sudah aku selesaikan dari kemarin, hanya tinggal menunggu presentasi. ehhhhh busyattttt hampir saja aku lupa.

"Din...btw, jadwal presentasi gue kapan dan jam berapa? tadi pak Azka nyuruh gue nanya sama lo, lo kan yang ngatur meeting itu? "sebelum aku bener-bener lupa karena gagal fokus sama masalahku sendiri, sekalian menghindari dari pertanyaan-pertanyaan mendesak Dinda,hehe...

Dinda mendelik sewot ke arahku, karena gak berhasil membuatku curhat, padahal kan aku ada niat mau ngomong, syukur deh ada alasan untuk gak cerita hari ini.

"deuhhhh.... susah ya ngomong sama lo... ada aja acara buat ngehindar"semprot Dinda kesal, aku hanya memiringkan wajahku sambil menjerengkan mataku,rasain.

"hari kamis depan, jam 9 lo udah harus ada di perusahaan itu, yang bakalan dampingi lo Pak Abdi dan Bu Iren dari bagian project official"jawab Dinda"lo udah nyiapin semuanya kan buat presentasi minggu depan?

Aku mengacungkan jempolku"udah siap di meja kerja Pak Azka dari kemarin, setelah revisi sana-sini, gue rasa gue udah siap, tinggal nunggu perang aja"

"baguslah kalau gitu, jadi gue bisa me time weekend ini... "balas Dinda sambil nyengir.

"makan siang di kafe depan nyok yo.. "ajak Dinda sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Aku pun ikut-ikutan melihat ke arah jam di meja kerjaku, sudah hampir jam makan siang"anyokkkk....gue siap-siap dulu"

"ya udah gue ambil dompet sama hp dulu, ketemu depan lift ya"ujar Dinda sambil beranjak pergi dari ruanganku.

"okay... "aku pun mengecek kembali pekerjaan yang sempat tertunda tadi, setelah aku save, aku pun pergi untuk makan siang dengan Dinda.