Chereads / Setelah Malam Itu / Chapter 3 - 3. Sebenarnya Aku Menyukaimu

Chapter 3 - 3. Sebenarnya Aku Menyukaimu

Hari terakhir Rafael di kota itu. Karen terlihat sudah terbaring dengan coat yang menyelimutinya. Matanya ia buka sedikit untuk mengintip apakah Rafael masih berada di sana atau tidak.

Ia terkejut ketika tak menemukan bayangan Rafael di dalam tempat tersebut. Karen pergi keluar dan kebingungan mencarinya. Walaupun tak lama kemudian Rafael datang membawa segelas kopi untuk mereka berdua.

"Kau terlihat sangat terlelap jadi aku tak bisa membangunkanmu." ucap Rafael ia melihat Karen begitu cemas.

"Kau tak apa-apa kan?" tanya Rafael.

Karen mengangguk, ia melihat segelas kopi di tangan kanan Rafael yang terlihat sangat menggoda aromanya.

"Kopi di pagi hari akan menenangkan pikiran kita," kata Rafael.

Karen menengguknya dan melihat sekilas wajah Rafael yang sepertinya kelelahan karema gadi malam.

Karen menatap Rafael dengan kagum. Layaknya tatapan penggemar pada idolanya.

"Kau—kenapa kau sangat sempurna?" gumam Karen.

"Bicara apa sih kau ini." Rafael terkekeh lalu mencoba mengambil daging di atas meja yang sudah disiapkan oleh pelayan hotel.

"Sarapan dulu setelah itu akan mandi dan bersiap siap pergi."

"Apa kita bisa bertemu lagi?"

"Tentu saja."

Karen terdiam. Ia masih menikmati kebersamaannya bersama Rafael hari itu. Karen mulai nyaman jika harus bertahan berdua dengan Rafael. Karena ia tak tau lagi kapan bisa menghabiskan waktu hanya ada dia dan Rafael.

**

Beberapa hari kemudian...

Karen membuka matanya, ia pandangi langit-langit kamar yang terlihat begitu asing. Ia lalu mengedarkan pandangannya dan begitu terkejut ketika menemukan dirinya sudah berada di atas brankar rumah sakit.

Terdengar riuh suara di depan kamarnya. Beberapa suara terdengar seperti seorang wartawan yang memaksa ingin masuk ke dalam kamarnya. Karen masih tak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.

Kemudian seorang wanita paruh baya masuk dengan terburu-buru. Ia adalah ibu Karen.

"Bagaimana keadaanmu?? Apa ada yang sakit?" ibunya memberondonginya pertanyaan, membuat Karen semakin bingung.

"Kau tak ingat apa-apa???"

Karen menatap ibunya bingung.

"Kau ini terjebak di hotel ketika gempa waktu itu terjadi?! Kau tak ingat?"

Karen mulai mengingat sedikit kejadian yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Saat dirinya ada di dalam kamar hotel. Kemudian buminya seakan berguncang kemudian....

'Tapi bagaimana keadaan Rafael saat ini?' tanyanya dalam hati.

Matanya menoleh ke arah pintu yang sedikit terbuka. Ia menemukan sesosok orang yang ia khawatirkan sedang di kursi roda dan di dorong oleh perawat yang diikuti beberapa wartawan di belakangnya.

"Teman-temanku??! Bagaimana keadaan mereka bu?" tanya Karen ia menatap ibunya dengan wajah ketakutan.

Ibu Karen memeluk anaknya dan menepuk-nepuk pundaknya pelan.

"Ken koma. Nana dan Galen sudah bisa pulang ke rumah kemarin."

Nana dan Galen tentu saja tidak apa apa. Mereka hanya terluka kecil karena reruntuhan bangunan di tempat kerja mereka.

Sementara Ken. Yang waktu itu hendak menyelamatkan Karen di dalam hotel. Malah ikut terjebak di sana.

Ibu Karen heran. Mengapa anaknya bisa ada di sana. Dan Karen hanya bisa mengatakan jika dia tidak ingat apa apa.

"Bu, aku ingin keluar sebentar."

"Mau apa? Diluar sedang ramai wartawan. Penyanyi kesukaanmu itu sedang di wawancara."

"Ada apa memangnya?"

"Penyanyi terkenal itu ternyata ada di dalam hotel yang sama denganmu."

Waktu itu... Rafael pamit pada Karen untuk pergi ke kamar Liam. Ia ingat itu. Dan artinya, dia dan Rafael tidak dalam satu kamar saat ditemukan. Untung lah. Jadi ibunya hanya tahu jika dia ada di dalam hotel itu saja.

Karen turun dari ranjang lalu pergi keluar menuju tempat konferensi pers yang sedang dilakukan di lobi rumah sakit.

Karen melihat Rafael dan Liam dari kejauhan. Mereka menjawab pertanyaan dari wartawan satu persatu. Lalu mata Karen dan Rafael tak sengaja bertemu. Rafael menatap Karen lama hingga membuat semua wartawan yang berada di sana menoleh ke arah Karen. Saat Rafael menyadarinya ia mencoba mengalihkan perhatian para wartawan tersebut. Ia tak ingin jika Karen juga ikut terekspos karena dirinya.

Karen masih mengingat tatapan Rafael tadi. Seperti ada sesuatu yang harus ia sampaikan pada Karen namun ia tak bisa mengatakannya saat itu. Kemudian perempuan itu berjalan menuju ruangan Ken yang tengah di rawat.

Ia sangat menyesal.

"Ken, maafkan aku. Aku sangat menyesal." Karen mengenggam tangan laki laki yang sedang berbaring tak berdaya tersebut.

Tubuhnya terlihat sangat kurus. Lalu ada beberapa luka yang ia lihat dulu masih ada hingga sekarang.

"Ken aku mohon sadarlah. Aku berjanji akan menjadi teman yang baik untukmu. Aku tidak akan egois lagi."

Kenangannya kembali muncul saat dulu sebelum dirinya bertemu dengan Rafael. Karen sering kali meminta Ken untuk menemaninya untuk pergi ke bandara hanya untuk menyambut Rafael. Begitupun saat konser. Meskipun Ken tidak menyukai Rafael namun ia tetap menemani Karen yang sangat ingin menonton konser Rafael dan Liam.

"Ini aku sudah dapatkan tiketnya." Ken menyodorkan sebuah tiket pada Karen. Karen yang menerimanya tak bisa menahan kebahagiaannya hingga tak sadar memeluk Ken waktu itu.

"Kau selalu seperti ini jika keinginanmu terpenuhi." keluh Ken, ia melepaskan pelukan Karen meskipun ia sangat menyukai pelukan itu.

"Coba saja kau bisa mendapatkan tiket fanmeet atau fansign." bibir Karen mencebik ia menatap Ken memohon.

"Sudahlah itu aku juga susah payah untuk mendapatkannya. Kalau tak mau kemarikan tiketnya. Akan ku jual lagi." Ken mencoba merebut tiket yang sudah di genggam oleh Karen.

"Ah, tidak tidak. Terima kasih. Tapi kau akan ikut kan?"

Ken mengangguk. " Jika aku tak ikut siapa yang akan menjagamu."

"Wah, kau memang yang terbaik!!!" Karen mengacungkan dua jempol pada Ken dan dibalas senyuman oleh laki-laki yang hanya dianggap teman biasa oleh Karen tersebut.

***

Setelah beberapa hari Karen sudah diijinkan pulang ke rumah oleh dokter yang menanganinya. Hanya tinggal Ken yang belum sadar dari koma-nya.

Ia memeriksa ponsel barunya. Lalu melihat instagram hanya untuk mengecek akun milik Rafael. Karen ingat jika dulu Rafael pernah mengatakan jika dia bisa mengirimkan pesan padanya melalui instagram dan pasti akan dibalasnya.

"Bagaimana jika aku merindukanmu?" tanya Karen, ia menyandarkan kepalanya di pundak Rafael saat itu.