Hari yangseperti biasa dilalui Giana, yang menyaksikan matahari pagi yang terbit, terang benderang menyinari meja makan apartemen studionya yang telah menghidangkan segelas kopi esspreso, segelas air, dan dua potong Sandwich putih untuk sarapannya. Wanita berambut merah, berwajah manis dengan bentuk wajah oval itu melihat sebentar kekaca untuk penampilannya dan kemudian kembali melihat meja makan disampingnya yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya.
Menghirup nafas dalam-dalam sebelum memulai hari, pikiran Giana begitu damai menyongsong pagi yang tampaknya akan cerah hingga siang hari ini. Rasanya, melewati hari demi hari dan bekerja sebagai karyawan di perusahaan PT Blackbird mulai terasa menyenangkan.
Dengan kemeja biru pastel miliknya, dan rok hitam setinggi lutut. Wajahnya yang kecil terlihat seperti karyawan tulen yang sangat disiplin dan berdedikasi. Dia tampak telah siap menghadapi tumpukan tugas yang akan menyita harinya hingga pukul 16.00 sore nanti.
Sebagai karyawan yang setahun lalu dimutasikan dari kantor pusat, Giana termasuk karyawan yang mudah beradaptasi. Setidaknya secara profesional, dia tidak mempermasalahkan bobot pekerjaannya.
Meskipun, setahun lalu ada hal menyedihkan yang Dia tinggalkan di Jakarta, untuk saat ini Giana telah membaik karena kesibukannya. Putus cinta memang tak pernah nyaman. Apalagi dari pasangan yang sebelumnya ketahuan berselingkuh.
"Tidak tidak. Kenapa Aku harus mengingat hal itu lagi sih!" obatnya pada diri sendiri sembari meneguk cangkir kopinya. Srrrruup!
Tak boleh! Hal itu tak boleh mengganggunya lagi. "Semangat, semangat! brsemangatlah Giana!" serunya pada diri sendiri seraya mengepal tangan. Dia lalu mengambil sepotong roti sandwich dan dilahapnya dengan besar-besar. Ngomong-ngomong tentang mutasi, akan ada Direktur umum baru dari kantor pusat tempatnya dulu bekerja, Blackbird Corporation. Nama orang itu memang belum disebutkan. Namun, Giana jadi penasaran. Apakah dia mengenal orang itu atau tidak.
"Kira-kira siapa yang orang itu, katanya seorang pria.... Apa ada orang yang sangat kompeten melebihi para direktur direktur Pusat dan mau dikirim kesini?" Giana bertanya pada diri sendiri.
"Hmm.... yasudahlah, bodo amat." Giana berdiri dan memutuskan untuk berangkat lebih awal setelah huapan kedua masuk. Dia juga mengecek dulu smartphonenya, untuk kondisi kemacetan hari ini. " Bagus! Tak macet. Saatnya pergi...!" dia begitu semangat, sambil meraih blouse atasan berwarna hitam dan tas tangannya yang ada diatas tempat tidurnya. Dia siap memulai rutinitasnya kembali.
***
Karyawan yang paling heboh menerima kabar tersebut. Setelah membaca pengumuan yang ditetapkan di dinding pengumuman Utama Hall kantor, Dua wanita itu buru-buru masuk keruang kerja staf Produksi.
"Awas-awas minggir!" Seru Irena didepan pintu, suaranya gegap gempita mengangetkan semua orang.
"Yow! Ada sesuatuuuu!" sambut Dwina yang merentangkan tangannya lebar-lebar. Seperti yang sudah-sudah, hal itulah yang mereka lakukan ketika ada berita menggelegar dari luar sana, luar bagian staf produksi.
"Eh tau enggak, tau enggak. Bakal ada Direktur produksi kece baru loh." seru Dwina sangat bersemangat. Gadis berambut keriting yang dikepang itu memang terlihat culun, namun Dialah wanita yang paling bersemangat di kantor ( Dan termasuk kandidat ratu gosip di kantor).
Rangga dan Melvin yang duduk di sebelah kiri hanya tiga detik menyimak, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya di komputer. "Pemberitaan itu sudah didengar 2 hari yang lalu, kenapa baru kaget?" Sahut Melvin yang lanjut mengetik. "Buang-buang waktu aja" timpal Rangga juga yang meminum kopinya dan kembali melihat lembaran di depan komputernya.
"Bu-bukan....! Ada yang lebih penting dari ituuu!!! " Sahut Dwina mengibas satu kali rambungnya ketika tatapannya terarah pada Giana dan Edwin. Dua rekan kerja lainnya itu berada di seberang Melvin dan rangga. "Apalagi yang harus diperheboh?" Edwin menggoyangkan kaca matanya, dan kembali melihat komputer.
Giana disebelahnya juga menggangguk tanpa melihat. "Ada hal yang lebih penting dari itu, laporan kita semuanya harus selesai" Tukas satu-satunya Wanita yang tidak mau terlibat urusan kantor itu (setidaknya hanya Dia satu-satunya wanita yang memiliki naluri bekerj Seratus persen dibanding dua temannya itu. Dwina kemudian melihat Giana. "Gia.. !" Dia menghampiri Giana dengan berlari.
Giana kaget, Dia tidak tahu Dwina akan menghampirinya, sehingga spontan memegang jantungnya. "Duh apa sih? Kamu ngagetin tahu!" seru Giana yang biasa dipanggil Gia.
"Kamu respon dong jangan acuh tak acuh!" Sahut Dwina. Dimata Giana, Dwina seperti anak kucing yang memelas. "Astaga.. lihat wajahmu seperti anak kucing yang ketemu induk" umpat Giana.
"Berhenti bersikap sok sibuk"
"Hei.. ngomong-ngomong nanti malam kita mau main sama beberapa teman. Kamu ikut yuk!"Ajak Dwina.
"Buat apa?" Dua detik kemudian Irena menyusul jalan menuju meja Giana, seakan Giana baru saja melewatkan kesempatan paling langka. " Gia,7 Kamu ini cewek atau Ibu-ibu sih?
"Astaga kalian ini... Ini itu jamnya kerja bukan buat gosip. Ayo buat laporan kalian" Giana tak mau memikirkan dalam-dalam perkataan dua teman yang hobi mejeng ini.
Namun lagi-lagi, kedua wanita itu saling berpandangan, "Stop. Sepertinya ini saatnya kamu untuk berubah. Setahun kamu disini sejak dimutasi tapi kamu tidak mau bergaul untuk dapetin cowok" sahut Dwina disampingnya.
"Kalian-kalian Kenapa sih.. Bukan masalah kan kalau Aku mau jomblo. Kan bukan Aku aja yang jomblo disini?"
"Betul!!" jawab dua laki-laki didepan Giana itu.
"Mereka kan laki-laki!! " timpal Dwina.
"Pokoknya kamu harus ikut pulang kerja nanti ada pria-pria dari perusahaan Asuransi Suryamaster Loh. Banyak yang tajir" tukas Irena.
"Akan kupastiin cewek ini ikut!" Ucap Dwina.
"Ikut ? Sejak kapan Aku bilang mau ikut?" Giana acuh tak acuh.
"Pokoknya harus ikut!! " Jawab kedua wanita itu bersamaan.
Giana terkaget kembali, bersamaan dengan Para Pria diruangan itu. "Gia.. iyain aja gih! aku pusing dengar ocehan mereka" sahut Edwin. "Suara kalian benar-benar keras... Ya ampun.. telingaku sampai sakit. " Melvin meniup genggaman tangannya dan menempelkannya pada telinga kanannya.
" Tuhkan mereka aja setuju kamu ikut! Gimana?" Mata irena melotot. Mau tak mau Giana harus mengiyakan.
" Mereka kan bukan Aku." tukas Giana, Dia benar-benar malas.
"Pokoknya ikut! " sahut dua wanita itu kembali. " Ya ampun... kalian ini.. I-ya dehh..oke.. " jawab Giana tergagap.
"Yuhuuu... kita punya satu teman buat ikut. Yuk kita ajak juga Rosa!! " Dwina langsung berteriak kegirangan. Irena langsung membuka Smartphonenya. Sepertinya mereka akan menghubungi Wanita yang bernama Rosa.
Astaga....
"Sabar Ya Gii" sahut Edwin
disampingnya. "Duh! ckck" imbuh Gia.
" Sayangnya Kamu gak bisa lari..." tambah Edwin lagi.
"Haaah.. astaga...beneran harus datang nih.. "umpat Gia. Bila sudah seperti ini Gia memang tak bisa apa-apa.
IYAKAN, DAN IKUTI SAJA.
***
Sudah lama rasanya Giana mengabaikan kehidupan seperti ini. Kencan. Bukan, kencan buta. Giana memang satu-satunya wanita yang tidak mau ambil pusing dengan gosip yang ada di kantor. Giana pindah kekantor Blackbird dengan wajah yang cantik rupawan, namun setengah tahun terakhir, Dia merubah penampilan menjadi biasa-biasa saja. badannya cukup langsing, setidaknya Dia memang masih merawat tubuhnya yang menjadi daya tariknya. Namun, adatnya sangat kolot. Dan itu membuat kedua teman yang memaksanya tadi merasa aneh, karena perubahan setengah tahun lalu itu benar-benar membuat giana terlihat tua dari usianya.
Sudah satu tahun sejak Giana meninggalkan Jakarta. Banyak hal yang terjadi termasuk keinginan yang tidak ingin memiliki pacar untuk sementara. Dia masih belum bisa melupakan Aditya, mantan Pacarnya. Seharusnya Gia memang mencari pacar lagi. Tapi entah kenapa hatinya tetap masih milik Aditya. Hanya Aditya yang paling Dia cintai. Pacar yang sangat Dia perjuangkan dari awal.
Giana mendengus, di depan kaca toilet , dia melihat kembali dirinya yang tak banyak berubah. Rambut coklatnya tak lagi panjang sepinggang, Dia sudah memotong pendek rambutnya setinggi bahu.
Giana tak berubah secara fisik. Tapi untuk hatinya mungkin inilah saatnya untuk berubah, membuka hati pada pria baru yang mungkin saja adalah jodohnya.
"Aditya apa kabar ya?" tanya pada diri sendiri. Namun setelahnya Giana mendengus ringan, tangannya kemudian menyapu poni panjangnya untuk diselipkan pada telinga kanannya. Dia heran pada dirinya yang masih menanyakan keadaan Aditya, yang bahkan tak ingin tahu tentang dirinya.
Satu tahun yang lalu ketika meminta putus dengan Aditya pria itu tidak mengatakan banyak hal selain kata ya. Ya untuk putus.
Skandal yang dibuatnya seorang manajer, tak membuatnya merasa bersalah. Tidak dia lebih terlihat diam. Dan di situlah letak kesalahannya. Padahal dia bisa saja membela diri, namun hal itu tak Dia lakukan. Mungkin karena dia tidak mencintai Giana, dia merelakan begitu saja, seperti apa yang terlihat.
" Ahhh... sudahlah aku tidak mau lagi memikirkan pria itu... Benar aku harus melanjutkan hidup. Mungkin dari pertemuan Malam ini aku bisa menemukan seorang pria yang ditakdirkan untukku"
Telepon Giana tiba-tiba berbunyi. Dia segera mengambil teleponnya simpan di saku rok pendeknya. Seperti yang diduga salah satu dari dua orang teman wanitanya tadi menelponnya. Irena pasti mau mengingatkan bahwa pulang ini mereka harus pulang bersama. Ya benar pertemuan dengan orang-orang dari asuransi Yang katanya tajir itu. Mungkin ini salah satu kencan buta ramai-ramai yang diadakan oleh dwina dan Irena. Giana lantas memencet tombol Ya untuk menjawab.
" Ya ya Oke aku akan segera kesana" jawab Giana dia tahu Irena akan memintanya segera datang ke ruang kantor.
"Oke Mbak aku tunggu ya" sahut Irena terdengar sekali Dia kegirangan. Giana juga bisa mendengar suara Dwina yang menyuruhnya cepat-cepat menyuruh Giana dari ujung telpon sana. Irena menutup sambungan teleponnya. Giana pun bergegas setelah melihat dirinya sudah cantik, dan merapikan sebagian rambutnya agar tidak miring, serta memeriksa lipatan baju yang masuk kedalam roknya agar tidak acak-acakan.
Ya, sudah saatnya Giana Mira menemukan cinta baru. Dia lalu meraih tas kecilnya untuk beranjak keluar dari toilet. "....kencan, dan menemukan pria baru" Sahutnya sebelum melangkah. Dan, dua detik kemudian Dia meninggalkan toilet kantor dan pergi.
Cklekk!
***
Bersambung