Chereads / Mantanku Ingin Kembali / Chapter 5 - Bab 5 Pasangan ditengah Jalan

Chapter 5 - Bab 5 Pasangan ditengah Jalan

Giana takkan mau ikut lagi bila diajak ikut pertemuan temu akrab. Akhirnya Dia hanya jadi Kacung perjodohan, dan disinilah Dia berakhir. Berjalan keluar dari restaurant dengan perasaan kesal. Bukannya mengubah mood dan bertemu calon pasangan, Dia malah berhadapan dengan Pria aneh. Ikut acara seperti ini memang bukan seperti dirinya. Dan, Pria bernama Adam itu, kenapa sih Dia? Pria itu teramat sensitif atau memang tukang komentar? sungguh menyebalkan hingga membuat kaki Giana kembali menghentak.

"Hei tunggu!" tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dari belakang di belakang. Ternyata Adam mengikutinya setengah berlari. Diana memicingkan matanya sesaat, kemudian berjalan kembali, Dia tak peduli dan takkan terpancing dengan kata-kata pria itu lagi. Dia tidak cocok dengannya. Adam mengingatkan kembali kesalahannya di masa lalu mengejar seorang atasan, dan ternyata hal itu memberi dampak buruknya untuknya.

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi"

Giana terdiam, menghembus napas pelan mencoba mencerna maksud minta maafnya barusan. "Untuk...?" Dia pancing Giana yang pelan-pelan berbalik. Pria itu melepas tangannya. "...Aku udah keterlaluan" ucapnya lagi. Pria itu benar berbeda dengan sikapnya tadi.

"Begini... Aku... "

"Kamu nggak perlu jelasin. Omongan Aku memang tadi ada kasar kok" Dia mengaku dengan sikap yang baik, satu tangannya memegang satu punduknya, Dia sedikit malu-malu mengucapkannya. Giana tak mau menatap pria itu, Dia juga merasa canggung. "Aku tidak cocok dengan perjodohan itu" balas Giana akhirnya matanya menatap mata pria itu. "Karena kita sudah saling meminta maaf, sebaiknya kita akhiri percakapan ini di sini. Kita sama-sama hanya diikutkan. Jadi tak ada masalah bagi kita untuk bertemu dan pergi setelahnya" tutur Giana.

Raut wajah Adam berubah. Matanya memperlihatkan sebuah keinginan, namun bibirnya tertahan untuk mengucapkannya. "Jadi kamu mau pulang gitu aja?" tanyanya.

"Ya, apa lagi?... Lagian Aku juga capek. Ikut ikut acara seperti itu bukan Aku banget. Aku hanya nemenin Dwina dan Irena. " jawab Giana masih terdengar culas.

"Biarkan Aku mengantarmu pulang, sebagai permintaan maaf" Ucapan dan caranya meminta maaf berbeda sekali dengan dirinya yang tadi saat di meja makan. Mimik wajahnya bahkan lebih lembut. Giana terperangah sesaat namun Dia segera mengubah sikapnya dengan mengusap-ngusap lengannya. Dia rasa sebetulnya Pria itu tak perlu mengantarnya pulang. "Tidak perlu. Aku sudah biasa mandiri kok sejak pindah di sini" Giana tak mau merepotkan.Dia sendiri juga tak enak karena sebelumnya telah marah-marah, bila tahu sikap pria ini sebetulnya lembut.

"Sejak pindah di sini? Sebelumnya Kamu dari mana?" Pria itu sepertinya tidak mengindahkan Giana pergi.

"Mmmm... Jakarta" jawab Giana.

"Jadi kamu bukan asli orang sini ya?" Benar pria itu ingin terus melakukan pembicaraan.

"Ya, begitulah... Baru setahun"

"Baru setahun.." lagi di jawab manggut-manggut ringan. Dijawab Giana yang juga ikut manggut-manggut.

".. Kita sudah terlanjur di luar. Gimana kalau kita ngobrol sebentar. Untuk membayar rasa bersalahku.. Aku ingin mentraktirmu. "

"Sungguh, kurasa tak-"

" Ayolah.." pria itu terkesan memaksa, namun dengan bahasa yang sopan. Giana tak yakin bila harus mengiyakan. Pasalnya Dia benar-benar sudah ingin pulang. Rasanya aneh juga telah mengumpat tentang pria itu tadi, dan kemudian harus mengiyakan pergi bersama lalu tertawa dalam obrolan di sebuah tempat makan.

"... Sayangnya maaf. Aku sudah ingin pulang. Ya, sebaiknya Giana memotong sampai sini saja pembicaraan mereka. Dia juga tidak punya ingin hubungan apapun di masa depan bersama pria bernama Adam ini.

"Baiklah kalau begitu..."

Giana bisa mendengar nada kecewa dalam jawabannya barusan. " Kalau begitu... Ayo kalau begitu kuantar pulang saja...." lagi, pria itu menawarkan sesuatu yang tak bisa Giana tolak. Membuat frustasi saja. "Aku bisa kok pulang sendiri" , Giana tak tahu, harus bagaimana lagi caranya untuk menolak pria ini. "Kamu sepertinya tidak percaya padaku ya?" Dia kecewa. "Ya?" entah kenapa Giana merasa telah tersudut oleh Pria itu.

"Aku salah satu pria yang biasanya tak bisa tenang bila harus membiarkan seorang wanita pulang seorang diri. Apalagi bila wanita itu habis bermasalah dengan diriku." katanya. Giana jadi semakin tersudut.

Baiklah, bila hanya mengantar saja, rasanya tidak apa-apa. Setelah itu juga dia takkan mengontak lagi pria di depan ini. Seperti yang tadi Dia bilang, Dia hanya merasa bertanggung jawab dan merasa bersalah.

"kalau begitu Aku ik-"

Tiiiiiiiiiiin! tin tin!!!

Sebuah mobil sedan Mercedes hitam di depan Giana dan Adam baru saja membunyikan klakson. Giana lupa mereka masih berada di tengah jalan, sedari tadi.

"Karena Kamu sudah acc, Kalau begitu ayo naik mobilku kuparkir disana." ajak Adam segera, Dia terlihat senang saat giana mengiyakan ajakannya.

"Baiklah.. terima kasih sebelumnya ya" jawab Giana. Giana akhirnya mengikuti Adam yang telah berjalan duluan kearah mobilnya yang diparkir sepertinya daerah Timur.

****

" Siapa yang kamu klaksonin tadi gus?" tanya seorang pria yang duduk di belakang sopir pada mobil yang membunyikan klakson gadi. "Oh itu.. Sepasang pria dan wanita. Apa Ya.. bisa dibilang.... Mungkin si cowok lagi pdkt Pak atau nembak si cewek" ucap sopir yang bernama Bagus itu. Pria muda dibelakangnya menghela napas. "Kita baru datang kemari dan kamu sudah dapat santapan mata pasangan ditengah jalan?" umpat sang Pria yang menyindir sembari tersenyum itu.

"Ya.. mudah-mudahan itu juga pertanda baik buat Bapak" ucap sang supir.

"Pertanda baik? untukku?" tanya Pria dibelakang itu sembari masih melihat tabletnya. Sepertinya Dia tengah mengecek sebuah jurnal laporan online dengan seksama. "Semoga sesuai permintaan orangtua anda.. Kali ini anda bisa mendapat calon Istri yang dikehendaki bapak dan Ibu Sandiaga"

"Aku kesini bukan untuk menuruti keinginan mereka" jawab Pria itu dengan sopan.

"Saya berharap Bapak tidak hanya sukses dalam bisnis dan petinggi tapi juga segera mendapat kekasih" ucap Bagus.

" .... Kenapa kamu berpikir seperti itu? "tanya Pria muda itu lagi.

"Setiap orang berhak bahagia Pak. Meskipun cinta lama tak bisa kembali. Hidup bukan berarti berakhir hanya pada satu hati. Mungkin Bapak bisa dapat tambatan hati yang baru disini" entah kenapa Bagus terdengar sangat puitis sekali. Kembali Pria itu tersenyum mendengar penuturan Supirnya. "Ya.. kita lihat saja nanti... Apa reaksinya" jawab Sang Pria. "Maksudnya gimana pak? " tanya Bagus sambil mengatur setirnya untuk belok kekanan. "Tidak... tidak apa-apa. Aku datang kesini juga bukan tanpa tujuan"

"Ya?" Bagus semakin tak mengerti.

"Nanti juga kamu akan tahu.. " Jawab Majikannya itu, terdengar seperti teka-teki. Pria di belakang yang memakai swimsuit biru tua dan berbadan pepat itu membuat Supirnya melirik kaca spion diatasnya untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukannya.

"Bapak sepertinya akan dapat hal baik setelah ini" ucap Supirnya. Melihat Pria itu masih senyum-senyum sendiri, dia jadi berasumsi.

"Mmm.. Begitu?" suaranya yang begitu maskulin. "Bapak hari ini rencana bertemu seseorang?" tanya Bagus lagi. "Ya. Kita juga akan kesana setelah ini" jawab Pria itu.

"Kemana pak? " Bagus terdengar bersemangat, Dia berpikir majikannya akan menemui seorang Wanita.

"Kenapa kamu begitu penasaran?" Pria itu terdengar heran karena Bagus terlihat semangat. "Eumm enggak Pak. Saya pikir saya akan dapat berita baik" jawab Bagus malu-malu. "Bapak sebetulnya sudah punya kekasih ya... " Bagus ingin mendengar kata SUDAH dari pria dibelakang itu.

"Nanti.. bila sudah saatnya... "

"kita lihat saja nanti.. Berhasil menemukan jalan keluarnya atau tidak" jawab pria itu, wajahnya menandakan Dia sangat percaya diri. Bagus tersenyum, setidaknya. Setelah beberapa bulan terakhir, kerja keras dari majikan itu, terbayar dengan menjadi direktur produksi di perusahaan cabang bali ini. Mungkin dia datang ke sini untuk menemukan calon pasangan yang baik. "Baik deh Pak kalau begitu.. Sekarang kita jadi ke rumah Direktur Utama Pak?"

"Ya putarlah Ke Jalan Yang alamatnya kuberikan tadi..."

" Oke.. baik Pak Adit!! " Bagus begitu riang. Pria itu lalu mengemudi dengan semangat sambil bersiul. Sementara Majikannya di belakang sibuk membuka Smartphonenya dan tampaknya sedang mengamati sebuah Foto di dalam Smartphonenya itu. Wajahnya sendu dengan kepalan tangan yang menempel pada pipinya, ketika sikutnya bertopang pada lengan kursi samping. Dia kemudian mendengus. Ada hal yang menggugah relungnya saat memandang foto itu. Namun setelah itu Dia medengus kasar dan mematikan Smartphonenya setelahnya. Tablet yang tadi ditaruh di kursi sebelah memancingnya untuk Dia raih kembali. "Bagus... Sebelum ke rumah Direktur.. antar dulu kesebuah tempat toko bunga.. Aku perlu memberi bunga pada seseorang" ucap Pria bernama Ardan itu. "Baik pak.. kita akan cari dulu" jawab sang Supir.