Chereads / Mantanku Ingin Kembali / Chapter 3 - Bab 3 Keputusan orang yang belum datang

Chapter 3 - Bab 3 Keputusan orang yang belum datang

Akhirnya Giana dan ketiga temannya berhadapan dengan keempat pria yang mereka tunggu itu. Canggung dan gugup, Mereka pelan-pelan menatap calon pasangan kencan buta Mereka dan mulai menilik satu sama lainnya.

Dan, untuk Giana yang pertama kalinya ikut acara seperti ini, Dia hanya bisa berpasrah, dan berharap ending acara ini membuatnya cepat pulang saja kerumah.

Memang, keempat pria itu terlihat maskulin, lumayan tampan dan lebih tinggi dari mereka. Pria-pria itu seperti sengaja dipilih untuk datang pada acara perjodohan ini. Oh tidak, bukan. Ini bukan perjodohan, namun ajang mencari pasangan, pencocokan karakter. Dan Para pria itu sudah duduk berhadapan seperti ini, rasanya pilihan Mereka telah ditentukan, ketika mereka duduk tadi.

Didepan Rosa, Pria yang lebih dulu duduk itu, terlihat lebih menguasai situasi, dari pakaiannya yang lebih mahal juga. Ya, Dia pasti telah memastikan seleranya, dengan duduk didepan Rosa. Dengan penuh semangat, Dia langsung menyapa Rosa. "Hai... " sapanya pada Rosa dan kemudian memandang teman-teman rosa termasuk Giana.

"Hai.. " Jawab Irina dan Dwina. hanya Rosa dan Giana (yang masih membaca situasi) yang belum menjawab. Namun terakhir Giana tersadar dan melayangkan senyuman sapa.

Mungkin, sebetulnya P"ria yang lain juga ingin mendekati Rossa, namun entah kenapa pria itu terlihat lebih memiliki kuasa, untuk memilih lebih dulu calon pasangan kencan buta mereka. Pria itu berambut Ikal kecoklatan, berwajah segilima dan memakai kacamata. Dia memakai setelan jas biru tua lengkap dan menggunakan dasi. Seperti seorang atasan, mungkin seperti Manager. Sedangkan pria di depan Dwina, terlihat seperti Pria metrosexual yang memiliki kulit wajah yang halus. saking halusnya, bekas cukup janggutnya tampak tak terlihat, tinggi badannya rata-rata setinggi Pria indonesia. Badannya tidak besar.

Beralih pada Pria di depan Irena. Pria itu adalah pria paling tinggi diantara yang lainnya. Senyumnya memukau. Dan lagi sedari tadi dia tersenyum terus pada Irena. Lucunya, Irena membalasnya dengan malu-malu sambil menyingkap satu bagian rambutnya. Pria itu memiliki wajah yang lumayan enak dilihat.

Terakhir, pria di depan Giana. Dia adalah Pria yang dari tadi tidak berambisi. Buktinya Dia mengacuhkan Giana, karena Giana juga malu. Melihat Pria berstyle baik di depannya itu, Giana jadi merasa semakin pesimis mengikuti acara ini. Giana mendengus, dan hal itu terlihat oleh Pria itu. Kening Pria itu terangkat sebelah. Dia jadi ingin bertanya sesuatu. "Ka-"

"Baik... siapa diantara kita yang akan memulai perkenalan" Pertanyaannya Pria didepan Giana tertahan oleh ucapan pertama yang datang dari Pria didepan Irena itu. Semua saling melihat satu sama lain, dan disamping mereka. Rossa diujung tampak diam, sementara Pria didepannya terlihat menelan ludah. Entah apa yang dipikirkannya.

Beberapa detik berlalu akhirnya Dia membenarkan dasinya dan memperbaiki lagatnya.

"kita Hanya berdiam saja nih?" tiba-tiba pria di depan irena bersuara. Semoga senang berteman dengan tersenyum yang terakhir menempatkan tangan mereka di atas meja. Suasana sudah mulai terlihat santai. Meskipun tadinya dua wanita yang sangat eksis di samping adalah yang paling bersemangat. Kini, Mereka bahkan tak berani menatap lama-lama para pria-pria di depannya. Rossa mendengus. " Oke.. kita mulai saja. Sebelumnya perkenalkan... Namaku adalah Luki. Ini adalah Rusdi, di sebelahnya Gandhi, dan yang paling ujung adalah Adam. Kami semua dari bagian yang berbeda-beda. Aku adalah manajer pemasaran di asuransi smapta. Rudi dan Gandhi bekerja di bagian kesekretariatan. Sementara Adam dia kepala HRD dari asuransi smapta. Masih muda bukan? Meskipun dia galak, dia sebetulnya baik hati" jelas pria bernama Luki itu.

Kalian sudah pesan makan?" tanya pria di depan rossa. Bentuk dialog yang terlihat lebih memiliki kuasa dan tentunya uang. Semua wanita yang sejajar dengan Gianna menggangguk. " Kalau begitu ayo kita pesan makan" ya, itu yang pasti akan membayar semua makanan ini. Diana spontan mendengus. Dan hal itu menarik perhatian pria didepannya yang tiba-tiba memandangnya. Diana juga spontan menengok pada pria itu. Matanya mengerjap dua kali, dengan bahasa tubuh dia ingin bertanya apa. ".. Ada apa ya?" tanya Giana. Ketika pasangan Disamping itu juga sudah mulai saling bertanya satu sama lain, ada yang menghiraukan apa yang Diana tanyakan pada pria didepannya itu. "kamu...., siapa namamu?" tanyanya. Suara pria itu cukup lembut. Meskipun nada bass menggema di akhir. "... Aku Giana. Diana Martha" jelas Giana.

"apa itu entah perasaanku saja ya... Kamu sepertinya bosan dengan acara ini" ucap pria itu. Dia sebetulnya tidak sinis, namun dibanding dugaan-dugaan nya pada Diana, dialah yang lebih terlihat tak menyenangi pertemuan ini. "..... Oh ya?" yana tak memandang matanya dan hanya menggosok-gosok satu lengannya. " bahkan aku tahu gerakan mu itu.. Tanda tak mau ditanya" jelasnya lagi. Kata-katanya semakin memojokkan Gianna, dan Diana jadi kesal karenanya. " lalu bagaimana dengan dirimu?" tantang Giana, sembari memberi senyum meledek. Karena tidak mau terlihat jengkel, diana lalu meminum jus pesanannya hingga dua kali teguk.

"kita Pas sekali ya." tukasnya, membuat Diana kembali melirik pria di depannya itu. Berpikir 2 hingga 3 detik di akhirnya memutuskan bertanya. " maksudmu?" tanyanya. "kamu tidak lihat... Sepasang orang yang mungkin dibawa paksa oleh 3 orang di samping kita ini" sahutnya sambil menggeleng ke kanan, . Diana juga spontan menetapkan 3 temannya yang sudah terbawa suasana atas percakapan personal mereka di latar perjodohan atas nama temu akrab ini. ".... Iya sih. Kalau boleh jujur aku dipaksa."

Pria di depan Giant itu tersenyum. " baru kali ini aku ketemu.. Dengan wanita yang malas ikut temu akrab" . Namun senyumnya setelah itu. Bodoh, rasanya gimana menjadi bodoh sesaat. Kenapa dia harus bertebar oleh pria yang tidak dia kenal. ".... Lalu bagaimana denganmu?" tanya balik Diana. "... Ya aku sih cuma kacang yang dibawa sama Teja temanku ini tidak aku dipaksa sama pria di ujung. Dia Romi.. Manajer pemasaran, dan aku kepala bagian HRD"

Mata diana membulat. Kepala HRD samuda ini? Hal itu ingin Giana tanyakan langsung namun mulutnya tertutup rapat rapat. "..... Kamu kepala HRD?" bagaimanapun juga Gianna tak percaya. ".. Percaya atau tidak percaya kamu datang sendiri aja ke kantor kami" sepertinya dia tidak berbohong. "orang-orang di perusahaan kami banyak yang masih muda. Kamu pasti mengira aku masih muda" tuturnya sambil melipat kedua tangannya di bawah dadanya. Bagian yang terlihat malas ini adalah salah satu orang berpengaruh, di perusahaan asuransi mereka. Meskipun Diana juga bosan dan malas mengakui bahwa pria didepannya ini adalah orang berpengaruh, dia tetap harus memperlihatkan sikap yang baik. "baik aku tidak akan bertanya. Kalau kita sama-sama bosan, bagaimana kalau kita tetap ikuti alur, atau apapun yang dibuat oleh teman kita nanti.. Intinya kita hanya ingin membuat teman kita senang" ujar GianĪ±. "... Kamu orang yang menarik."

" anggap saja begitu" diana tak mau ngobrol dengan pria . Di depannya itu. "hei.. Hei Bulan depan kami akan mengadakan kerjasama loh dengan perusahaan Blackbird. asuransi kami nanti kami akan masuk pada perusahaan kalian" tiba-tiba suara Manager di depan Rossa terdengar jelas.

" jadi kami kami akan sering bertemu dengan kalian?"ucap pria di samping Manager itu. "Waah...?" irena cukup takjub mendengar berita itu. Dia sampai meminum Cocktail miliknya. Setelah itu dia saling berpandangan dengan Wina. Tentu saja mereka sebetulnya ingin tersenyum. Rossa Menanggapinya biasa-biasa saja, padahal terlihat sekali Manager di depannya itu menginginkan reaksi yang wah , dari Rossa. "... Kapan kalian akan mulai?" tanya Dwina. Kami sudah bicara dengan direktur yang sekarang namun katanya keputusannya tetap pada direktur produksi yang akan datang ya?" tanya pria di tengah tepat didepan Dwina. "... Kenapa harus direktur produksi yang baru?" dwina dan Irena saling bertatap tanya lagi dan kembali menatap pria itu. "beliau yang lebih berkompeten untuk menilai...." jawab pria di depan Dwina itu. "kalian tahu tipe pria seperti apa yang direktur produksi baru kalian?" sepertinya keadaan ini yang disebut dengan Sambil menyelam minum air. Diana pikir, ini adalah ajang untuk mencari tahu seluk-beluk perusahaan termasuk dengan orang yang paling mereka cari tahu. ".. Untuk apa Cari tahu di sini? kami saja tidak pernah tahu orangnya seperti apa orangnya" timpa Rossa tiba-tiba. Seketika pria didepannya itu jadi salah tingkah. "oh iya ngomong-ngomong rasa ini adalah satu dari 3 sekretaris Direktur Utama" jelas Irena, agar suasana tidak menjadi aneh. Dina pun menyikut lengan Irena yang bertumpu pada meja di sampingnya. "aw sakit" pekik ringan Rossa. "Euh... ayo.. daripada membicarakan pekerjaan mending kita pesen makan.. " ajak Irena, mencoba mengalihkan suasana. "Oke. Sebaiknya kita pesan makan" sahut Irena.

***