Chereads / Mantanku Ingin Kembali / Chapter 4 - Bab 4 Menyebalkan

Chapter 4 - Bab 4 Menyebalkan

Satu jam berlalu dan semua orang telah makan malam dan kini suasana sudah santai. Irena dan Dwina tampak terlihat akrab dengan masing-masing partner didepan mereka. Saling menanggapi pertanyaan masing-masing, bercerita, dan tertawa luwes seakan telah kenal satu sama lainnya. Sementara, dua pasang yang berada dimasing-masing di ujung itu yang terlihat tak banyak berinteraksi.

Rosa lebih banyak diam didepan Pria bernama Luki itu. Wanita itu tampak kurang peduli. Kasihan juga pria itu. Apapun yang Dia lakukan sepertinya belum menarik simpati Rosa.

Memang, seperti yang Dia bilang tadi, Rosa hanya terarik pada Pria bos-bos dibanding hanya seorang Manajer. Dalam pandangan Giana, Rosa sebetulnya menyia-nyiakan waktu datang kesini. Tidak, bukan itu saja. Dia menyia-nyiakan Pria baik yang mungkin saja punya masadepan cerah untuknya dibanding bos-bos blackbird yang telah beristri. Dia pemilih yang luar biasa karena kecantikannya yang memukau. Memang, Menyenangkan sekali menjadi wanita cantik. Mungkin kalau dulu Dia secantik rosa Dia mungkin akan diperhitungkan Aditya, setidaknya tidak dikhianati.

Ah...sudahlah.

Giana mendengus dan semenggelengkan kepalanya atas ilusi pikirannya dan juga sikap wanita yang baru Dia ketemu yg pertama kali itu. Meskipun Dia tidak beda jauh dari Rosa untuk urusan cuek, tapi Giana tak mengerti dengan jalan pikiran Rosa. Memang, dulu Giana juga mengejar seorang atasan, namun itu karena cinta, bisa dibilang Giana tergila-gila padanya.

Wanita itu harus tahu, dunia pahit bernama cinta tak berbalas tulus itu ada dan siap membuatnya merasakan kepahitan. Rasa sakit itu masih Giana rasakan, bahkan hingga sekarang. Memang, seharusnya Dia melupakan lebih awal masalalunya dengan Pria itu. Namun semua tak semudah Dia bayangkan. Kadang rasa penasarannya tiba-tiba datang, untuk tahu keadaannya. Namun segera setelah itu, rasa tak percaya diri menghantuinya karena Dia sendiri bukan pacar yang diharapkan. Hanya Dialah yang tergila-gila pada Aditya. Jangan-jangan mutasinya juga karena permintaan Aditya.

Ya ampun! konsetrasilah Giana! bisa-bisanya Dia memikirkan Adit disaat seperti ini. Apakah mantan pacarnya itu sudah memiliki kekasih lagi atau bahkan sudah menikah.

Ya, sebaiknya memang Pria yang lebih dulu jatuh cinta dibanding Wanita. Merasa dicintai dan tak perlu berjuang untuk dicintai itu, melegakan. Tak perlu takut Mereka akan meninggalkan kita karena sudah tak cinta lain. Atau merelakan. "Cinta yang bertepuk sebelah tangan, akan selalu bertepuk sebelah tangan. Kepahitan itu adalah luka yang tak lagi ingin Dia ukir untuk kedua kalinya." Itu adalah kalimat-kalimat dalam hatinya yang selalu Dia tanamkan. Untuk kesekian kalinya Giana mendesah, dan akhirnya tatapannya kembali pada sisa makanannya yang tadi Dia pesan.

"Kenapa, dari tadi kamu mengamati Luki?" tanya Pria didepannya tiba-tiba. "...hah? aku?" Giana tak tahu pria itu memperhatikannya. "Iya.. kamu? masa gelas minum didepanku" ucap Adam terdengar dingin. "amu ngapain perhatiin aku?" tanya Giana tak nyaman. Dia lalu memberhentikan makannya dan menaruh sendok garpu yang Dia pakai barusan.

"enggak sih.. Habisnya kamu ada didepanku, ya mau nggak mau pasti terlihat olehku" umpatnya, yang memang ada benarnya. Giana mendengus, dia tidak mau berpanjang lebar dengan pria yang juga kaku seperti itu. "Kamu lebih tertarik dengan Pria diujung ya, dibanding Pria yang ada didepanmu" sambungnya.

" Dengar Pa kepala HRD.. Bila kamu hanya ingin mengumpat. Kusarankan diam saja.. Aku tahu kamu tidak suka sama aku. Jadi.. Mari kita berakting Sampai Akhir. Sampai 3 teman kita ini pergi dengan pas masing-masing pasangannya" tugas Diana. Ada sedikit rasa kesal yang terlintas dalam hatinya, dia pikir semua pria di dunia ini berpikiran sama. Tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain. Namun tidak dengan pria yang bernama Adam di depannya ini. Dia terlalu banyak mengomentari urusan Giana.

"kenapa kamu jadi marah?" tanyanya dengan suara melembut. diana mempermainkan bibirnya karena sebal. Dia menghela nafas setelahnya, melihat ke arah lain, dan kembali ke depan menghadap minuman yang dipesannya. Dia meminum jus itu dengan satu kali teguk. Teman-teman yang lain sedang sibuk dengan teman obrolan mereka, dia rasa kata-katanya takkan terdengar.

"Apapun yang aku lakukan itu urusanku..." sambil mengatur nafas dan rasa sebalnya, Giana mencoba untuk mengutarakan pendapatnya. "Tapi cara melihatmu berbeda.., sepertinya kamu lebih tertarik dengan Pria yang lebih berkelas" pria itu tidak berhenti mengintimidasinya. Astaga, bila ini akting, ini sudah melewati batasnya. Bila seperti ini Diana jadi naik pitam. Lagunya pun mengerucut. "dengar Tuan HRD yang maha mengomentari.. Kamu tidak berhak mengkritik apapun sikapku karena kita baru bertemu. Kamu tahu apa yang dibenci wanita? pria yang terlalu berkomentar, atau mereka yang terlalu diam untuk mengomentari" jelas Giana. Dia mulai tak nyaman mengikuti acaranya ini, terlebih lagi oleh Adam yanh daritadi hanya mengomentarinya. Dia tidak cocok dengan Pria didepannya ini sekalipun harus

Tangan Giana segera membuka tasnya untuk membuka dompetnya. Dia mengeluarkan beberapa uang besar dan dia taruh di samping. Semua orang kaget dan tak menyangka Giana terlihat marah. Sementara itu, Adam mulai terlihat tak enak. Dia menyadari kata-katanya mungkin diluar batas. "Hei-"

"Maaf semuanya. Sepertinya Aku tidak bisa melanjut lebih lama! Ada yang harus kukerjakan "potong Giana yang segera berdiri. Dia sudah tak peduli lagi dengan apa yang akan Adam katakan. "Aku pamit!" setelah mengatakan itu, Giana melangkah menghentak meninggalkan mimbar perjamuan. "Loh, apa yang terjadi?" tanya Gandhi. "Dam, Kamu berbuat sesuatu?" tanya Luki pada Adam dari ujung. Adam terdiam sebentar, sepertinya menyadari kesalahannya. "Sepertinya Aku juga harus pamit" tukasnya yang segera itu mengambil tas dan jasnya untuk berdiri. Adam ingin menyusul Giana. "Kamu juga mau pergi?!" Irena tercengang bersama teman lainnya. "Ya!" Ucap Adam pada Irena. Pria itu akhirnya bergegas pergi. Irena memandang Dwina, dan Dwina membalasnya. Mereka saling berpandangan, hingga akhirnya sama-sama saling menghembus nafas ketir. "Hah.. Kurasa setelah ini, Kami akan dimarahi Giana" umpat Irena, menggigit bibirnya. Mereka berdua tak bisa menyusul Giana karena dua Pria didepannya.

"Kita akan minta maaf bersama-sama" jawab Dwina, sebetulnya Dia ingin menyusul Giana, namun acara ini juga belum selesai. Bila Giana berkata ingin pergi, maka Dia tak bisa dihentikan. "Tenang. Adam pergi karena menyusulnya" jawab Luki, terlihat tenang sembari meminum kopinya. "Bagaimana Kau bisa tahu?" tanya Rosa, tiba-tiba ingin tahu. "Adam itu orang bertanggung jawab. Tak heran Dia jadi kepala HRD padahal baru berusia tiga puluh tahun" jawab Luki.

"Kepala HRD?" Tanya Rosa, tercengang.

"Ya" jawab Luki dan dijawab mengangguk, namun tak menatap mata Rosa.

"Semuda itu?" pertanyaan Rosa membuat alis kanan Luki menukik. "Kenapa Kamu begitu tertarik?"

"Oh, tidak. Hanya tanya saja." Rosa tiba-tiba berkelit, dan membuang muka.

Luki pun akhirnya hanya mendengus. Sepertinya memang percuma daritadi dia pendekatan dengan Gadis cantik sombong didepannya itu, semuanya sia-sia, padahal saat datang tadi sebetulnya yang Dia lihat duluan adalah Pasangan duduk Adam. Namun, karena terpancing oleh kecantikan wanita paling ujung, Dia jadi serakah dan menginginkan lebih. Ya, Dia hanya bisa menghela napas. Sepertinya, sebentar lagi juga Dia akan mengikuti jejak Adam dan Giana yang dikejarnya untuk pergi dari sini. Hanya dua pasang ditengah mereka ini yang berhasil menjalin kekerabatan, bahkan mungkin menjadi calon pasangan.

***

***