Chereads / Mantanku Ingin Kembali / Chapter 2 - Bab 2 Temu cari pasangan

Chapter 2 - Bab 2 Temu cari pasangan

Waktu telah menunjukkan pukul 19.30 ketika Giana sampai bersama dua temannya di Restaurant tempat mereka janjian dengan Para pria yang katanya tampan-tampan itu. Dwina dan Irina memakai setelan pakaian baru dan tercium sangat wangi. Berbeda sekali dengan wanita di samping kanan mereka, Giana. Hanya Dia lah yang datang dengan pakaian kantor dan riasan seadanya.

Melihat dirinya kembali dan Haah.. astaga... lihatlah mereka... Mereka benar-benar all out" umpat Giana pada dirinya sembari mendengus ringan.

Melihat Dwina dan Irina begitu semangat Dia jadi teringat dirinya yang dulu yang berusaha mendapatkan Pria. Andai semangatnya masih sama seperti mereka, Dia juga pasti melakukan hal yang sama.

Memandang kekanan dan ke kiri sambil menunggu, para pengunjung yang datang adalah dominan pasangan. Termasuk pada meja panjang sebelah mereka yang sepertinya tengah melakukan acara yang sama. Kebanyakan dari mereka terlihat seperti pengejar karir yang sedang mencari cinta. Ya. mungkin saja.

Tawa riuh rendah bersahut-sahutan dari di samping kanan Giana, membuatnya berpikir itulah yang terjadi. Melihat mereka yang terlihat begitu akrab satu sama lain, Giana jadi iri akan momen itu. Seharusnya dulu Dia memilih bergaul dengan orang lain, teman-teman kerjanya. Mengejar cinta sesama karyawan saja, karena hal itu adalah yang paling cocok untuknya bukan atasan. Dan Disitulah masalah yang akhirnya dihadapi Giana. Giana tidak bisa melupakan satu Pria masa lalunya yang Dia putuskan satu tahun yang lalu. Padahal cintanya tidak begitu terbalas, namun kenapa dia masih sangat mencintainya?

"..... Na.. Giana? Giana?" seseorang memanggilnya.

"Euhh ya?" Giana segera berbalik pada panggilan itu. " Kamu tertegun... barusan kamu mikir apa?" tanya Irena yang duduk persis disamping Giana. "Cuma.. lihat-lihat sekitar..." jawab Giana mencoba tak canggung

"Oh, begitu..." sahut Irena.

Pintu masuk restaurant. Ada seorang Wanita berpakaian kantor yang menarik perhatian banyak orang ketika Giana melihat sekelilingnya. Tubuh wanita itu begitu ramping tinggi, seperti model. Sosoknya persis seperti wanita-wanita korea ada di film-film. Dan lagi Giana sepertinya kenal dengan wanita itu. "Rossa! kemari!" sahut irena Melambaikan tangan pada wanita itu.

"Oh.." imbuh wanita tinggi itu seraya tersenyum. Tidak diragukan lagi bahwa wanita itu benar-benar memancing suasana, banyak pria bahkan wanita menatapnya dengan kagum. Ternyata dia memang karyawan dari kantor Blackbird construction.

"Dia..." tanya Rossa sambil menatap Dwina. "Ya sekretaris tercantik Direktur Utama... Wanita yang sedang digosipkan itu loh..." umpat Irena.

"Maksud kalian...?" Giana tidak mengerti

Wanita itu sudah sampai di meja mereka ketika Diana mengernyitkan kening pada Irena meminta jawaban. "maaf Loh ya... ngerepotin.."

"Nonono... Aku lagi bosan..."

"sungguh ini cewek pengen dijewer ya.. Itu banyak cowok yang ngantri buat kamu Kamu bilang gitu sama kita... "

"hahaha... Ayolah makanya semangat dong!"

"Mmm.. dasar Dia.. Benar-benar calon Ratu Sejagad.. " Gombal Irena

"Tapi belum ada yang menguasai Jagat hatiku tuh..."Balas Rosa. Ternyata Dia adalah wanita yang ramah.

Giana tak mengerti arah pembicaraan mereka, dia hanya menyimak, lalu minum air putih di depannya. Sepertinya hanya Dialah yang membosankan.

"Oh iya... Giana, kita lupa ngenalin kamu sama teman disamping Dwina ini.. kenalin ini Rossa. Pasti kalian tidak saling mengenal... Rosa dari bagian kesekretariatan. Dia salah satu dari 2 sekretaris utama direktur. "Ucap Dwina memperkenalkan Rossa.

"Hai Rossa.." sapa Giana mencoba luwes pada gadis disamping Dwina itu.

"Hai juga Kak Giana" sapanya.

"Kakak? memangnya kamu tahu Aku lebih tua darimu?" celetuk Giana spontanJujur.

"Oh.... bukannya Kak Giana lebig tua dariku??"

Dua orang temannya itu saling melambaikan tangan berkata tidak.

" Apa Aku setua itu?" Tadinya Giana tidak ingin terbawa suasana, tapi Dia jadi kepikiran ada yang menyebutkan kakak padahal umurnya baru 25 tahun.

sejak bertemu tadi Giana mengagumi Rosa. Wajah Rosa begitu mungil, cantik. Persis seperti wanita Korea. Begitu berjalan tadi, Dia juga tidak tinggi semampai. Penampilannya adalah standar Wanita idaman pria-pria Indonesia yang tidak menginginkan wanita yang tinggi namun juga tidak pendek. Dan, ukuran badan Rosa juga adalah idaman bagi semua wanita termasuk Giana. Giana jadi spontan melihat dirinya sendiri, membandingkan dirinya yang biasa-biasa saja membuatnya sedikit minder. Giana jauh darinya. Dia termasuk pada golongan wanita pendek yang tidak menarik pandangan laki-laki (Dengan caranya berpakaian seperti ini).

"Dia ikut ajang pergaulan ini karena bosan" sahut Dwina pada Giana. "Yaa.. begitulah.. Aku bosan dengan Pria pria yang mendekat tanpa tahu status mereka." ungkap Rosa dengan ekspresi malas. Lentikan jari menghentaknya juga menandakan Dia bukan gadis yang mudah ditaklukkan.

"Sudahlaah.. kamu tidak bisa mengejar para manajer atau bos bos itu... lupakan merekaaa" sahut Dwina disampingnya.

Rosa mendengus dan mempermaian bibir atasnya. "Makanya Aku mau cari pria tajir dari asuransi. Aku gak bisa pacaran sama Pria miskin"

Hah..?

Giana menelan ludah. Dia terkejut melihat Rossa yang tadi terlihat baik dan lugu menjadi sangat berbeda dengan ucapannya barusan. Dia ternyata seorang gadis yang punya selera cukup tinggi. Tapi tentu saja Giana tak memperlihatkannya rasa kagetnya itu. Mungkin bukan Dialah yang kaya, namun mantan-mantan pacarnya yang rela menghabiskan uang mereka untuk Gadis cantik ini. Semua barang yang Dia kenakan hingga anting kecil adalah merek Brand (sempat Gia perhatikan saat berjalan berempat tadi) . Alas bedaknya pun sangat halus. Dia seperti datang bukan dari kalangan biasa seperti dirinya dan dua temannya ini.

"Tapi terima kasih ya, karena kalian.. Aku jadi bisa menghindar dari Pak Jarot brengsek itu" umpat Rosa.

"Pak Jarot?? "tanya Giana. "Pak Jarot Kepala divisi humas? " ulangnya.

Ketiga Gadis itu mengangguk bersamaan. "Ke... kenapa dengan Dia? "Mata Giana tak berkedip. Pak Jarot yang Dia tahu adalah orang yang keras dan disiplin. "Masa kamu tidak tahu? " tanya Irena

"Berita yang beredar akhir-akhir ini?" tambah Dwina

Giana menggeleng, sungguh dia tidak tahu apa yang terjadi. Ketiga gadis itu saling bertatapan satu sama lainnya. "Pak Jarot itu menyukai sekretaris 3 Direktur Utama" tugas Irena.

"Waktu malam hiburan karyawan dengan karyawan divisi humas, Dia dibuat mabuk oleh para karyawannya. Ketika mabuk dia mengaku sedang mengadu ke dukun, untuk bisa mengawini rossa naira. Dan Rosa Naira itu adalah rasa yang ini" jawab Dwina.

"Tapi apa itu benar, dukun?" Giana sungguh tak percaya apa yang didengar.

"Itu....sebulan terakhir ini Dia memang sering berhenti di depan ruang sekretaris Pak Bima. Pak Bima yang mereka maksud adalah Direktur umum. " Ya Dia gangguin aku terus minta nomor telepon lah... Tiba-tiba jam makan siang ada di depan aku... Dan dia nggak malu..." jelas Rossa dalam posisi kedua tangan mengatakan terserah. Gayanya itu membuatnya terlihat sombong di depan Giana. Tapi bukan itu inti masalahnya. "Kalian yakin itu Pak Djarot?"

"Jadi kamu meremehkan perkataanku?" rossa terlihat ketus. tak suka. Keningnya mengerut kecil karena kerung. "Bukan gitu.. Kaget aja.. Pak Jarot itu terkenal disiplin"jelas Giana.

" Ya ampun.. anak ini benar tidak pernah keluar dari kandangnya sejak bekerja di divisi produksi" sindir Irena. "Ya ya ya dia memang salah satu manusia disiplin sih divisi produksi"umpat Dwina juga.

"Maksud kalian?" tanya giana.

"kamu salah satu wanita yang jarang sekali bergaul... Padahal kamu pindahan Jakarta. Notabenenya kan kamu pasti senang bergaul dengan banyak orang dari kalangan yang berbeda-beda juga, kantor kan pusat gitu..." sindir Dwina sembari tersenyum. "Iya... Aku sih curiga Giana sebetulnya sudah pernah pacaran belum. Jangan-jangan Kamu belum pernah pacaran ya? " Senggol

Tidak, tidak ada gosip seperti itu. Kenapa hanya Diana yang tidak tahu? Dia mencoba menarik nafas. "tunggu jadi apa yang kalian sebutkan tadi itu sudah berlangsung sejak kapan?"

"sejak 2 minggu yang lalu.." jawab Rossa.

"pak Jarot itu kan habis cerai dengan istrinya setengah tahun yang lalu" timpal Dwina. "ya sudah sekarang kan kamu jadi tahu" jelas Irena. Dia melihat pelayan yang datang karena mereka yang membawakan minuman pesanan mereka. Orange juice untuk Giana minuman Cocktail untuk Dwina dan Irena. Sedangkan Rosa memesan Espresso. Irena mengamati Espresso yang terakhir diletakkan didepan Rosa. "loh Bukannya kamu tidak suka kopi?" tanya Irena. "... Yah gitu deh... Aku begadang semalaman" jawab Rosa.

"tugas sekretaris?" tanya Dwina juga.

".. Ada deeh .." ucap Rossa. Sepertinya dia enggan berbicara.

"Padahal bilang aja kalau kamu ngantuk.. Aku nggak akan maksa kamu kok" Irena jadi merasa bersalah. "Ah enggak kok, tenang aja. Asal Kalian tau aja Aku ini biasa begadang" ungkap Rosa sembari memberi senyum cantiknya. Memang, bila dilihat, ada berkas lingkaran mata hitam di bawah matanya. Namun dengan apik dia sembunyikan lewat make up tebal mahalnya . Mungkin dia benar-benar ingin mendapatkan pacar. Ya tentu saja siapa yang mau digodain lelaki tua dan seorang duda?

" Mereka sudah datang" sahut Dwina yang melihat ke arah pintu masuk restaurant. "Siap-siap, siap-siap! " perintah Dwina spontan, Dia segera merapikan rambutnya. Irena juga yang merapikan bajunya. "Wow wow wow wow. ganteng-ganteng Mbak...!" pekik irena dengan suara berbisik pada Giana. "jangan kelihatan cukup dong gugup dong..!" balas Dwina disampingnya. "Nah baiklah.. Mari kita sambut. . Para calon pasangan kita hari ini.." sahut Rosa tiba-tiba terlihat percaya diri. "Yakin pasangan?" ejek Rosa. " Yaa.. siapa tahu kan" jawabnya percaya diri. Dan akhirnya Para Pria itu sampai dimeja mereka.

***

Bersambung