Aku memasuki coffee shop itu dengan berbagai pertanyaan di benakku. Kenapa dia meminta bertemu berdua saja? Apa dia mau mengejekku karena Siena sekarang lebih memilihnya? Apa dia mau memamerkan keberhasilannya membuat Siena cinta mati padanya?
Begitu masuk, aku bisa dengan mudah menemukan Ares, karena dia memilih meja yang terletak tak jauh dari pintu masuk. Kami bersalaman seperti orang yang sebelumnya tak pernah saling mengenal. Entah sejak kapan persahabatan kami hancur.
Aku memesan secangkir kopi americano, sedangkan Ares lebih memilih espresso machiato. Tak perlu menunggu waktu lama, pesanan kami datang. Ares dengan santai menyesap kopinya. Sedangkan, aku hanya memelototinya, menanti-nanti dia mengatakan tujuannya mengundangku ke sini.
"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.