Kamar seorang gadis yang dikenal banyak orang adalah kamar penuh dengan keceriaan, terasa nyaman akan baunya yang enak disentuh hidung. Rea, tengah malam ia sendiri melihat kembali foto-foto masa awal-awal mereka kuliah.
Kebersamaannya dengan Revan merupakan hal paling membahagiakan, bagaimana Revan selalu memprioritaskan dirinya. Ia sesekali tersenyum jika mengingat hal itu.
Wajahnya berubah muram seketika pikirannya ingat pernikahan pria yang disukainya.
"Kau tahu, Van. Aku belum bisa lupa. Bahkan aku ingat kau akan melepas Nadya secepatnya. Tapi kapan? Hampir setahun aku menunggu janjimu" gumamnya sendiri.
Rea melempar kertas-kertas foto dirinya dan Revan kedinding.
"Tidak. Aku akan membantumu berpisah dengan Nadya, Van. Tunggu saja. kau pikir aku diam selama ini untuk menjauh dan menghilang darimu? Salah. Kau salah besar" jelasnya tertawa sumbang.
Rea menyeringai ketika handphonnya berdering, ia melihat nama Nabila disana.
"Halo, Bil" sambutnya menormalkan suara.