Dua laki-laki bersahabat sejak SMA memilih pulang dengan kendaraan masing-masing. Seorang lelaki dipusingkan masalah wanita, menatap kosong jalanan malam. Dengan kaca pintu mobil terbuka sewajahnya membiarkan angin malam meniup-niup helai rambut.
'Mungkin benar yang diucapkan Randi tadi' pikirnya.
'Adit, kenapa kau sepusing ini? Nadya sudah terganti dihatimu? Tapi mengapa harus Nabila, tak bosan-bosannya berurusan dengan Revan. Yaa… sudah takdir aku selalu berdampingan dengannya' ungkap pikirannya.
Mobil itu menyusuri kota berkecepatan sedang, dan sang pemilik enggan untuk menyudahinya.
***
"Adit!" tegur ibunya baru saja menurun dari tangga.
"Kamu pulang telat, baju semrawut. Papa dari tadi mencarimu, ditunggu tapi enggak pulang-pulang" seru ibunya Adit mengomel-ngomel memarahi anaknya yang baru tiba diambang pintu.
"Adit capek, Ma. Bisa ditunda tidak Papa ngomongnya?" sahut Adit melewati ibunya yang berdiri.