Revan masih belum mengerti apa yang dimaksud istrinya.
"Sayang, aku merasa kamu marah padaku. Apa aku melakukan kesalahan? Aku menjemputmu telat ya? Kalau begitu maafkan aku." Kembali menatap kedepan, kemudian membelokkan mobilnya dipersimpangan kearah rumah.
Nadya masih diam dengan seulas senyum yang dipaksa. Namun, hatinya begitu sakit. ingin sekali ia menangis saat itu juga. Mengingat apa yang ia pikirkan, menemukan bukti sebenarnya sebelum menuduh pria itu.
Kendaraan mereka pun tiba dirumah, Nadya lebih dulu turun dan tetap mengabaikan putra Kusuma. Pria itu menatap punggung istrinya dalam diam, Mengacak rambutnya kasar.
'Nad. Kalau kamu diam seperti ini, bagaimana aku bisa tahu letak kesalahanku. Aku tak bisa dicuekin begini'
Tak lama pria itu menyusul istrinya, ketika didalam rumah ia tak melihat Nadya lagi. Perempuan bermata coklat juga telah bersiap untuk istirahat, tanpa saling berucap mereka sibuk masing-masing.
