"Sayang. kamu janji tidak akan khawatir, ya." Revan tampak ragu, bagaimana ia memberitahu Nadya. melihat wajah lemah itupun ia sudah lemah.
Nadya seolah tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya, perlahan ia menangguk. Juga ia berpikir apa ini masalah kehamilan? Dia baru teringat telah dua minggu telat datang bulan.
Kalau pun benar, semoga ini kabar menggembirakan. Ia lupa kejadian apa yang menyebabkan dirinya terbaring di ruangan putih bergaris hijau ini.
"Sayang. kita… kita ke-kehilangan bayi kita" pelan Revan mengatakannya, tetapi masih terdengar jelas oleh perempuan itu.
"Ap-apa? Kalau begitu aku tidak bisa hamil lagi? Bagaimana kalau aku tidak bisa hamil lagi? Kak, aku mohon jangan tinggalin aku. Aku tidak bisa hamil lagi" mata coklat terasa memanas, sedikit demi sedikit air matanya tak terbendung. Nadya terisak, tubuhnya seolah lemas.