"Aku tidak akan melakukan yang lebih, hanya menyecapnya saja. sudah lama tidak merasakan kedua benda berharga itu." Revan masih merayu.
"Tidak. Awalnya sedikit, lama-lama berubah menjadi banyak." Kekeh Nadya sembari melepaskan gaunnya. Lalu mengganti dengan celana panjang.
"Kenapa bajuku semuanya kebesaran?" rungut menantu Kusuma.
"Biar kamu nyaman di pesawat, bisa tidur terlebih dahulu."
Raungan lapar dari perut Nadya terdengar jelas, memang suara khas itu bisa di dengar semua orang yang berada di dekatmu. Meskipun kecil tetapi semua orang itu tersadar, telinga mereka begitu tajam.
Kemudian si gadis bermata coklat mengambil beberapa cemilan dan irisan buah-buahan disana.
"Kuenya enak?" laki laki di sebelahnya seperti tertarik melihat lahapnya Nadya makan. Dengan mulut penuh, gadis itu mengangguk.
Revan menyambar kue yang ada pada tangan Nadya, memasukkannya kedalam mulut. Merasakan kue pilihan istrinya.
"Tidak buruk. Ada semangka?" tanyanya melirik kearah tempat makanan.