"Apa kau tidak kasihan denganku?" Adit menggerutu ketika sampai di ruangan kebesaran suami Nadya. lalu ia meletakkan dokumen yang di bawa sedikit melempar keatas meja.
"Untuk?" tanya Revan memasang wajah tidak bersalah.
"Kau tahu. Aku dari kantor cabang kesini butuh waktu berapa jam. Kau kira dekat?! Dasar tidak tahu di untung. Tubuhku rasanya remuk redam" gerutu Adit.
"Kalau begitu kau libur saja beberapa hari, tidak masalah" Revan dengan mudahnya mengucapkan itu.
"Lagian, kenapa kau membawa bocah SMA itu?" pria yang berdiri bersandar pada mejanya, sembari membuka dokumen tadi, menunjuk dengan matanya pada remaja tersebut.
"Dia yang menyelamatkanku dari celotehanmu" balas putra Pramana. Revan menautkan alisnya.
'Apa yang di katakannya?' pikir Revan.
Sementara itu, pemilik ruangan beranjak. Ia lebih memilih duduk. Adit pun menghampirinya.
"Bagaimana dengan bocah itu?" Revan bertanya.