Dokumen-dokumen sebagai syarat antara pemimpin baru Salim Corporation sudah di teken Arya dan di saksikan Wahyu selaku orang yang di percaya.
Argani terus saja berbicara seolah mereka sangat akrab, seolah mereka telah berteman. Tetapi, Wahyu menganggap orang itu gila. Juga ia sempat berpikir, mengapa harus orang tidak jelas seperti ini menjadi penerus Amar Salim.
"Sepertinya aku akan sering mengunjungimu, Mas" ujar Argani sebelum ia pergi dari sana.
Wahyu yang mendengarnya berdecih tidak suka. Melirik dengan kebencian. Hingga pria yang tidak disukainya tidak terlihat lagi.
"Mas? Enak saja. memangnya dia siapa?! Dasar tidak tahu malu" geram Wahyu sendiri.
"Kenapa kau yang sewot, Wahyu?" sela Arya dari balik meja kerjanya. Suami Riana pun terdiam. Enggan menjawab pertanyaan yang sedikit membuatnya merasa bersalah.
.
.