Nabila tersenyum canggung, disaat seluruh pemilik mata menatapnya. Satu pemuda disana bahkan menatap hingga si gadis tiba di kursi, tempat mereka berkumpul.
Adit dan Nabila berada dalam posisi berhadapan, hanya sebuah meja sebagai pembatas. Pria itu tersenyum setiap kali gadis cantik di seberang mencuri pandangan.
"Saya terima" kata yang terlontar dari perempuan muda di tengah, Nabila.
***
[Satu jam sebelum keluarga Pramana menyambangi keluarga Kusuma]
Erwin, laki-laki yang di hormati semua orang dirumahnya memanggil Adit. Sebuah ruangan khusus dimana jika sang kepala ingin berbicara dengan siapapun itu. yang paling sering diajaknya berkunjung adalah anaknya sendiri, Adit.
Adit sudah menebak ayahnya akan mengajak ke ruangan itu. tanpa getir ia memenuhi panggilan sang ayah.
Seorang pria paruh baya telah menunggunya tengah berdiri melihat lukisan abstrak yang tertempel di dinding.
Mendengar derap langkah, Erwin berbalik.