Laki-laki yang datang bersama istrinya terus menatap bocah terbaring dan kaki yang diangkat sebelah.
"Seorang Kaindra bisa jatuh juga?" Revan mengejek. "Kau darimana, pakai setelan rapih segala?"
"Bukan urusanmu" ketus pasien yang terbaring itu.
Pasien itu celingak-celinguk mencari sesuatu.
"Kau tidak membawa buah tangan atau apa gitu?" protes Kaindra terdengar memaksa.
"Kami tidak sempat, tadi kami buru-buru" Nadya yang menyahut, perempuan yang tengah berdiri disamping suaminya.
Semenjak pertemuannya dengan Revan, sekalipun belum pernah Kaindra melihat langsung istrinya. Lelaki itu mengulur tangan, sebuah salam perkenalan. Disambut baik gadis berwajah manis didepannya.
'Benar juga kata Adit, istri Revan membuat hati teduh' terangnya dalam diam.
Kaindra menggeleng cepat 'Tidak, tidak Kaindra. Kenapa kau selalu suka dengan milik orang' ia merutuki nasib percintaannya.
***