Aku sampai di rumah Dela tepat pada pukul tujuh lewat tiga puluh malam. Aku sudah meminta kak Genta yang mengantarkanku tadi pulang. Mungkin aku akan melihat situasi dan kondisi nanti, apakah aku akan pulang atau menginap di rumah Dela semalam. Tak butuh waktu lama untuk kami menuju ke tempat club malam itu. Sekarang aku dan Dela sudah berdiri tepat di depan club malam yang kian larut kian menghentak tersebut.
"Pokoknya kita jangan sampai terpisah, ingat kata-kataku. Tempat ini sangat berbahaya untuk orang-orang seperti kita!" Dela berjalan di depanku sambil terus mengomel sejak tadi, dia terlalu khawatir dengan semuanya. Aku mengiyakan perkataannya meski aku bingung dengan kalimatnya, apa maksudnya dengan istilah 'orang seperti kita?'
"Ya, aku mengerti!" Jawabku setengah berteriak, alunan musik yang memekakkan telinga membuatku harus menaikkan volume suaraku. Orangtuaku pasti akan shock jika tahu aku menginjakkan kaki ke tempat ini.
'maafkan aku ma, pa' ujarku dalam hati bagai jimat keberuntungan. Aku berjalan sambil melihat sekeliling, ini pertama kalinya aku masuk ke tempat semacam ini. Bau alkohol menguar membuatku sesak dan pusing. Pandanganku menyisir ruangan. sesekali sorot mataku menangkap pemandangan orang mabuk yang kacau. Tak jarang aku dan Dela dihampiri om-om hidung belang yang menanyakan berapa tarif kami semalam. Aku dan Dela bergantian memelototi mereka yang mencoba mengganggu kami. Aku jalan dengan terseok-seok karena tubuh mungilku selalu menubruk orang lain. aku memang tidak begitu tinggi dibandingkan teman sebayaku, tetapi juga tidak terlalu pendek untuk ukuran wanita, tidak seperti Dela yang tinggi semapai bak model iklan itu. Ku lihat keadaan Dela di depan, ternyata ia tak jauh berbeda denganku. meski dia memiliki postur tubuh yang tinggi, namun ternyata dia juga kesulitan melewati kerumunan manusia yang kehilangan akal sehatnya.
Aku tahu tempat ini adalah pelarian orang-orang berkantung tebal dari kenyataan hidup mereka yang menyedihkan. Mungkin saja mereka memang bergelimang harta, tapi apa artinya jika mereka masih kehausan akan kasih sayang orang terdekatnya? aku jadi kasihan melihat orang-orang ini.
Aku mulai berpikir, apa kak Alan pernah kesini? Apa kak Alan termasuk salah satu dari orang-orang itu? Ia pasti pernah atau bahkan sering kemari jika benar Chris adalah orang terdekatnya.
"Itu disana!" Pandanganku mengikuti arah telunjuk Dela. Aku dapat melihat seorang pria dengan kaos hitam sedang duduk di dekat bartender sambil mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti alunan musik. Ditangannya terdapat gelas kecil yang isinya berwarna keruh. Kami menghampirinya ketika ia hendak berdiri.
"Ah um.. hai.. om" aku berdiri kaku di depannya memaksakan diri untuk tersenyum yang malah membuatku tampak meringis.
"Halo nona muda, ada yang bisa saya bantu?" Ia tersenyum maklum.
"Apa benar om yang bernama Chris pemilik club ini?" Tanyaku takut-takut.
"Iya, kenapa kau mencariku?"
"Ughh, itu.. aku... Apa om ada waktu untuk bicara sebentar?" Aku menatapnya penuh harap. tunggu dulu, kemana Dela? ah dia sembunyi dibelakangku rupanya.
"Apa yang ingin nona bicarakan?" Tanyanya penasaran, sulit rasanya bicara di tempat berisik seperti ini.
"Aku ingin mencari tahu sesuatu"
"apa itu? dan siapa kau? Apa kau ada kaitannya dengan-" pria itu tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia memejamkan mata sejenak lalu melongokkan kepalanya kebelakang punggungku.
"Hai little cat, jangan malu-malu begitu. Keluarlah dan temui aku" pria itu menyeringai ke arah Dela yang menyembunyikan tubuh dan wajahnya di belakangku, kenapa dia sembunyi dibalik seseorang yg lebih pendek dari tubuhnya? dasar gila.
"cepat selesaikan urusanmu dengannya! Aku tidak mau berlama-lama didekat om gila itu" Dela berbisik di telingaku. Namun lagi-lagi suara riuh musik mengharuskannya membesarkan volume suara.
"Aku mendengarmu little cat" om Chris terkekeh. Ia menarik lengan Dela mendekat padanya. Dela melotot garang yang malah membuat senyum pria itu makin lebar. Dela menatapku memohon bantuan, aku tidak mengacuhkannya membuatnya mengerucutkan bibir kesal.
"Aku ingin bertanya tentang wanita bernama Cassie dan seorang pria bernama Alan. Om mengenal mereka kan?" dia tak boleh tahu aku adalah istri kak Alan. Itu sangat beresiko untukku.
"ya, aku mengenal mereka" ia mengeringai. Dela misuh-misuh mencoba melepaskan diri dari Chris.
"kalau begitu om bisa membantuku memberi informasi tentang mereka?"
"hmmm, bagaimana ya. Kau tahu tidak ada yang gratis di dunia ini" om Chris tersenyum mencurigakan. Aku terkesiap. Aku teringat mama dan papa meninggalkan harta mereka untukku. Kurasa itu cukup untuk membayarnya dan mengorek informasi dari om Chris.
"berapa yang om minta?" tanyaku mantap. Ia tertawa mendengarku.
"apa kau tahu nona, tempat ini tidak menjual informasi semacam itu" aku dan Dela terdiam saling pandang.
"jadi apa yang om inginkan?"
Om Chris menarik sudut bibirnya ke atas. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap Dela lekat. Dela melayangkan tatapan horror padanya sambil mencoba menjauhkan diri dari om Chris yang sedari tadi mengurungnya dalam rangkulan.
"aku ingin kencan dengan gadis ini"
sontak Dela menatapnya berang sambil misuh-misuh mencoba melepaskan diri.
"go to hell, you old man!!" Dela meneriaki om Chris tepat di wajahnya.
"itu mudah, kenapa om tidak meminta sesuatu yang lain saja?" ujarku. Dela mendelik tajam tidak terima. Aku hanya nyengir membalasnya.
"itu akan kupikirkan nanti. Bagaimana?"
aku menimbang cukup lama sambil melihat ke arah Dela yang menatapku melas.
"Deal" jawabku membuat Dela melotot entah untuk yang keberapa kali. Om Chris tersenyum sumringah.
"Tunggu duluuu! apa yang kalian bicarakan? aku tidak pernah bilang aku menyetujuinya!" sanggah Dela nyaring.
Aku dan Chris tidak menggubrisnya dan melanjutkan perbincangan kami. Dela mendengus kesal.
"Tapi harus ku katakan aku tidak bisa memberi apapun pada kalian sekarang. Aku harus pergi menemui seseorang" om Chris melirik ke arah jam tangannya.
"jadi bagaimana dengan perjanjiannya?" tanyaku cepat.
"Begini saja, Besok malam akan ada pesta disini. Kau bisa kembali dan aku akan memberi apapun yang kau butuhkan" aku terdiam dan berpikir, apa besok aku bisa kemari? Dia tidak tahu aku butuh perjuangan keras untuk bisa kemari menemuinya.
"ba.. baiklah" jawabku lirih penuh kecewa. Akan kupikirkan caranya nanti. Sekarang yang terpenting adalah fokus pada tujuanku.
Om Chris meminta kontakku dan Dela. Akupun terpaksa memberinya nama samaranku. Sementara Dela mencak-mencak melihatku memberikan kontaknya pada om Chris. Maafkan aku Del, aku akan bertanggung jawab nanti. Toh, om Chris bukan pria yang jelek dan tua seperti yang dia katakan. Ia malah terlihat tampan dengan caranya sendiri.
"hubungi aku kalau kalian sudah sampai. jangan masuk sendiri, aku yang akan menjemput kalian ke dalam. Tempat ini tidak aman tanpa seseorang menjaga kalian" tuturnya setelah mengantarkan kami ke pintu depan. Aku bersyukur setidaknya om Chris mau repot-repot menjaga kami.
"terimakasih om" aku menuntun Dela menjauh dari tempat ini. Ia terlihat lemas dengan hasil perjanjian kami. Setidaknya om Chris bukan orang jahat. Maksudku, ia bahkan lebih baik daripada kak Alan, dan sepertinya dia mudah untuk diajak kerja sama. Setidaknya itulah yang kupikirkan sekarang.
"Panggil aku Chris" ia tersenyum ke arah kami. aku mengangguk dan bergegas pergi meninggalkan tempat ini.
Lama ia masih menatap punggung kami lekat sebelum akhirnya ia melangkahkan kaki lebarnya menyusul kami. Aku mengernyit heran ketika dengan gerakan cepat ia menarik Dela kepelukannya. Sontak aku terkejut dengan apa yang terjadi selanjutnya. Chris mendaratkan bibirnya tepat di bibir Dela. Aku speechless sambil menutup mulutku kaget. Dela tertegun sejenak, ia tampak berusaha bangun dari keterkejutannya sambil mendorong tubuh Chris ketika ia melumat bibir Dela.
"astaga, cukup Chris!" aku mencoba menghentikannya namun ia sama sekali tidak mendengarkanku, kutarik ucapanku tadi yang sempat berpikir ia adalah pria yang baik. Dela benar, dia adalah pria gila!
"sampai jumpa besok" ujarnya mengerling nakal dan berlalu meninggalkan kami setelah melepas kecupannya di bibir Dela. Aku menghampiri Dela yang terduduk lemas.
"ma.. maafkan aku Del" aku memapahnya berdiri. Sekarang aku tahu kenapa dia begitu cerewet dan bersikeras menjauhi Chris.
"..ua ka.. linya.." gumamnya lirih. Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
"apa? Aku tidak mendengarmu"
"ini kedua kalinya dia melakukan itu padaku! Kau harus bertanggung jawab!! huaa" matanya berair. Oh astaga!
***