Wolfy: "Aku kembali. Bagaimana keadaannya? Dia masih tertidur sejak tadi?" Wolfy kembali setelah pulang dari kantor.
Gaia: "Tadi dia sempat terbangun." Wajahnya tampak cemas dan panik.
Wolfy: "Ada apa? Kenapa kau tampak cemas?"
Gaia: "Dia.. nggak menanyakan apa yang terjadi padanya. Bukankah itu aneh?!" Ia meneriakkan kecemasannya dengan suara tertahan. Wolfy melirik Emma yang masih tertidur di kasur.
Gaia: "Bram dan Erebus tadi datang bersama Clio."
Wolfy: "Clio? Human keeper di district kantor Emma?" Gaia mengangguk dengan tak sabar.
Wolfy: "Apa yang mereka lakukan?"
Gaia: "Dia jelas melakukan sesuatu! Tapi aku tak tau pastinya. Clio memegang tangan Emma cukup lama sebelum akhirnya mereka pergi tanpa memberi penjelasan apapun. Mereka juga meminta Ares untuk ikut dengan mereka." Wolfy teringat Clio memiliki kekuatan untuk melihat history seseorang.
Wolfy: "It's ok Gaia. Kurasa mereka memeriksa masa lalu Emma, Bram dan Erebus memang mencurigai Emma karena liontinnya. Istirahatlah, aku akan disini menemani Emma." Gaia tampak masih cemas namun ia mengangguk.
Gaia: "Aku pergi dulu. Aku harus melakukan patroli sebelum pulang." Wolfy memeluk Gaia.
Wolfy: "Thanks Gaia. Jangan cemaskan Emma, aku akan menjaganya." Gaia mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Wolfy duduk di samping kasur, menatap Emma yang tertidur pulas. Ia menggenggam tangan Emma, mengecup punggung tangan Emma perlahan. Saat ia kembali mengalihkan pandangannya ke wajah Emma, Emma sudah membuka mata dan menatap Wolfy. Wolfy buru-buru melepas tangannya.
Emma: "Kenapa kau ada disini?" Emma berusaha bangun dan duduk di kasurnya.
Wolfy: "Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?" Emma menggeleng sambil memijat pelan dahinya.
Emma: "Aku melakukan perjalanan panjang di dalam mimpiku."
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Wolfy berjalan mendekati pintu, berpikir mungkin Gaia kembali lagi karena meninggalkan sesuatu. Namun ia mencium wangi parfum maskulin dari balik pintu. Ia membuka pintu, dan tuan kartunlah yang berada di depan. Ia tampak terkejut karena seorang lelaki yang membuka pintu apartemen Emma.
Emma: "Pak Jo?"
Pak Jonathan: "Hai Emma, aku menyelinap kesini. Apa kamu baik-baik saja?" Wolfy bergerak ke samping agar tidak menghalangi pandangan antara pak Jonathan dan Emma.
Emma: "Ah..aku.. tertabrak motor dan perutku terhantam stang motor." Wolfy memandang Emma terkejut dengan jawaban itu. 'Apakah Clio mengubah ingatannya? Atau Gaia yang membuat cerita itu?'
Pak Jonathan: "Ya Tuhan! Aku yakin kamu nggak baik-baik saja sekarang. Apa aku boleh masuk?" Ia menatap Emma dan Wolfy bergantian.
Emma: "Ya, masuk saja pak. Ini temanku Wolfy." Wolfy tersenyum datar. Pak Jonathan membalas senyumannya, dari ekspresi wajahnya ia tampak familiar dengan Wolfy namun tak berhasil mengingatnya.
Wolfy duduk di kursi meja makan sambil mendengarkan luapan kekhawatiran pak Jonathan kepada Emma selama tiga puluh menit. Wolfy mengirim message ke Gaia.
Wolfy: "Tuan kartun ada disini. Emma bilang dia tertabrak motor. Apa kau yang mengarang cerita itu?"
Gaia: "No. Aku tak mengarang cerita apapun karna dia nggak menanyakan apa yang terjadi padanya. Kendalikan cemburumu di depan si tuan kartun :)"
Pak Jonathan: "Saya pulang dulu. Kau nggak pulang?" Pak Jonathan mendekati Wolfy saat akan berjalan keluar.
Wolfy: "Saya akan pulang nanti. Kami tetangga." Pak Jonathan tampak ragu untuk meninggalkan mereka berdua.
Pak Jonathan berpamitan sekali lagi dengan Emma dan Wolfy menutup pintu setelah mereka berpamitan.
Emma: "Aku melihatmu di mimpiku. Apa kita saling mengenal sebelumnya? Kenapa aku tak mengingat pernah dekat denganmu sampai kau bisa ada di dalam apartemenku seperti ini?" Wolfy terdiam mendengar tembakan pertanyaan-pertanyaan dari Emma.
Wolfy: "Apa yang kau lihat di dalam mimpimu?" Emma berdiri perlahan di samping kasurnya.
Emma: "Aku menciummu." Beberapa ingatan berkelebat di dalam pikiran Wolfy sambil memandang lekat-lekat ke arah Emma.
Emma: "Di depan apartemenku, sambil menangis." Wolfy segera mengingat saat Emma menciumnya sebagai ucapan perpisahan.
Wolfy: "Kurasa kau hanya bermimpi. Aku disini karna Gaby meminta tolong padaku untuk menjagamu."
Emma: "Aku melihat monster dengan tubuh dipenuhi mata, seseorang dengan kaki hewan, dan serigala raksasa. Apa itu juga hanya mimpi?" Wolfy berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
Wolfy: "Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan."
Emma: "Mengapa kau mencium tanganku jika kita tak saling kenal dekat?" Ia berjalan mendekati Wolfy yang tampak kebingungan tak bisa menjawab pertanyaannya. Emma berhenti dan berdiri di depan Wolfy.
Emma: "Aku tau aku bukan tertabrak motor. Aku ingat yang terjadi kemarin. Kalian menyembunyikan sesuatu dariku. Pergilah kalau kau bukan seseorang yang dekat denganku. Aku nggak nyaman di dalam sini berdua denganmu." Emma menatap tajam dengan pandangan tak peduli, kemudian ia berjalan mendekati pintu dan membukanya.
Wolfy menundukkan kepalanya, menyembunyikan kesedihannya karena Emma sungguh-sungguh menganggapnya orang asing dan mengusirnya. Namun ia berjalan keluar dari sana, berbalik dan memandang Emma sambil tersenyum tipis.
Wolfy: "Get well soon."
Emma menutup pintu, memegang dadanya yang terasa sakit. 'Kenapa setiap bertemu dengannya, perasaanku jadi seperti ini? Suaranya.. telingaku mengingat suaranya, namun otakku tak bisa mengingat apapun tentangnya..'
Wolfy mendapat pesan untuk segera datang ke tempat Erebus, dan ia pun bergegas. Ia menemukan Bram, Ares dan Clio berada di ruang pertemuan milik Erebus.
Bram: "Tampaknya, kami sudah mengetahui siapa Emma sebenarnya."
Clio: "Gadis itu.. keturunan dari fallen angel purson. Apa kau tau kisah malaikat yang jatuh cinta dengan seorang manusia?" Wolfy menggeleng.
Clio: "Puluhan tahun lalu, Purson masih seorang malaikat saat itu. Ia jatuh cinta dengan seorang manusia yang ia jaga. Namun sudah menjadi peraturan bahwa malaikat tidak boleh memiliki perasaan terhadap manusia, dan tidak boleh menjalin hubungan layaknya suami istri. Purson membangkang peraturan tersebut, hingga akhirnya ia membelot, di usir dan menjadi demon." Wolfy duduk diam di depan Clio, mencoba mencerna semua kisah itu.
Clio: "Purson memiliki visuality power, ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Itulah sebabnya Emma juga terkadang memiliki visuality power."
Wolfy: "Maaf aku belum cukup mengerti. Siapa yang dinikahi oleh Purson? Nenek Emma?"
Clio: "Bukan. Buyut. Ibu dari nenek Emma. Untuk menjaga keturunannya, ia memberikan salah satu taringnya yang terus diberikan turun temurun dalam bentuk kalung. Kalung itu akan mengeluarkan powernya saat ada seseorang yang melukai pemiliknya seperti kemarin." Wolfy mengangguk menyerap penjelasan dari Clio.
Ares: "Intinya adalah, Emma adalah keturunan dari seorang demon. Itulah mengapa tubuhnya sangat kuat dan bisa menerima power yang dimiliki demon yang masuk ke dalam tubuhnya. Dia bisa menjadi sasaran demon untuk dijadikan inang yang sempurna bagi mereka."
Bram: "Kita harus segera menangkap demon itu, atau demon itu akan semakin sering masuk kedalam tubuh Emma, dan menurunkan karakter demon yang memasukinya. Emma bisa menjadi manusia iblis jika kita membiarkan ini terlalu lama." Wolfy menghela nafas dan terdiam sejenak.
Wolfy: "Apakah kita perlu memberitahu ini kepada Emma? Dia.. tampaknya dia bisa melihat demon. Dia baru saja memberitahuku, ia melihat monster dengan tubuh dipenuhi mata, dan dia mengingat wujud serigalaku dan wujud Satyr. Kurasa ingatannya perlahan kembali. Apa mungkin karna ia memiliki visuality power?"
Erebus: "Seseorang yang sudah pernah dirasuki oleh demon akan bisa melihat wujud demon apapun."
Ares: "Kurasa, mungkin karna dia bukan manusia biasa, ramuan penghilang ingatan tidak bisa memberi efeknya secara maksimal. Apakah mungkin perlahan ingatannya akan kembali seperti semula?"
Clio: "Aku belum pernah menemukan kasus seperti ini. Mungkin saja bisa seperti itu. Karna visuality powernya, ia bisa melihat masa lalu. Bisa saja ingatannya perlahan kembali, namun ingatannya akan kembali secara acak."
Wolfy: "Tidak apa-apa. Itu bukan masalah besar, yang terpenting sekarang kita harus segera bertindak untuk menangkap demon itu."
Bram: "Kami berpikir, membuat Emma sebagai bait untuk menangkap demon itu." Mata Wolfy berubah merah dan melebar, ia tampak marah dengan ide itu. Ia menutup matanya dan mencoba menarik nafas dan menghembuskan nafas perlahan.
Wolfy: "Kurasa kalian sudah merancang rencana untuk menangkap demon. Aku akan menunggu kabar dari kalian kapan rencana itu akan dijalankan. Aku harus pergi sekarang." Wolfy beranjak pergi meninggalkan mereka semua. Ia tau harus memprioritaskan penangkapan demon, ia berusaha untuk tidak bersikap subjektif terhadap rencana menjadikan Emma sebagai umpan.
Ia pergi ke minimarket membeli beberapa makanan dan susu kemudian kembali ke apartemen Emma. Ia menggantungkan plastik belanjaan itu di gagang pintu. Ia mengetuk pintu tiga kali kemudian ia pergi meninggalkan apartemen Emma. Emma membuka pintu dan mengambil plastik itu. Ia melihat ke kanan kiri, dan melihat sosok Wolfy yang sudah berjalan menjauh.