Emma mengikuti mereka yang masuk ke dalam hutan elf sambil membawa beberapa elf dan werewolf yang terluka ke dalam. Sambil melayang, ia baru tersadar betapa indah hutan elf yang asri itu. Cahaya terang menyinari rumput hijau yang mengisi seluruh tanah, pepohonan dipenuhi lumut hijau sementara bunga-bunga bermekaran di padang rumput.
Emma yang melayang dapat melihat dengan jelas makhluk-makhluk yang bertengger di ranting dan di tanaman-tanaman yang ada di sana. Kura-kura dan belalang yang tubuhnya dipenuhi dengan lumut hijau, kupu-kupu dengan warna cerah, dan banyak hewan-hewan yang baru pertama kali ia lihat. Banyak elf kecil yang awalnya ia kira sebagai serangga beterbangan dengan sayap mungil mereka.
Sementara Erebus mempersiapkan untuk ritual, Chiron datang dan mengobati yang terluka. Diantaranya ada juga Luna yang terluka parah terbaring di tempat berbaring yang terbuat dari batu. Emma berkeliling melihat korban yang terluka saat melawan demon yang merasukinya.
Ia memandang ke sekitar, melihat mereka yang kesakitan dan terluka parah. Namun ia tak merasakan emosi kesedihan ataupun merasa bersalah. Saat ia masih melayang memperhatikan yang terluka, Erebus memanggilnya untuk memulai ritual.
Lilin-lilin api suci mengelilingi area ritual dan tubuh Emma diletakkan di tengah-tengahnya. Erebus mengangguk sambil menatap Emma untuk memberi tanda bahwa ia akan memulai ritualnya. Ia merapalkan sesuatu, tiba-tiba muncul prajurit yang mengelilingi lilin api suci, menjaga tempat itu dari demon dan jiwa-jiwa yang melayang tanpa arah di dunia.
Emma terkejut dengan kehadiran para prajurit yang begitu banyak mengelilingi area itu. Ia menatap sekitar, namun tampaknya yang bisa melihat itu hanya Emma dan Erebus.
Erebus: "Nah, sekarang perhatikan letak yang kutunjuk agar kau bisa masuk kembali ke dalam tubuhmu. Pusatkan dirimu ke area ini untuk masuk ke dalam."
Emma memandang letak yang ditunjuk Erebus dan segera mencobanya. Setelah percobaan ketiga, ia berhasil masuk ke dalam tubuhnya. Perlahan ia membuka matanya dan menoleh memandang Erebus sambil tersenyum tipis.
Wolfy: "Emma!"
Erebus: "Stop! Jangan masuk kesini sebelum ritual selesai." Erebus kembali merapalkan sesuatu untuk memulangkan para prajurit. Setelah para prajurit menghilang, ia pun mengangguk memberi isyarat kepada Wolfy.
Wolfy berlari mendekati Emma dan memeluk erat. Emma tersenyum sambil memeluk Wolfy yang begitu cemas. Gaia menyusul dan memeluk Emma.
Gaia: "Syukurlah kau kembali!"
Erebus: "Tugasku sudah selesai. Aku akan kembali ke tempatku. Harpy ayo kita pulang."
Beberapa elf dan salah satu werewolf tak bisa terselamatkan. Medina yang sedih dan marah mulai menyalahkan Emma atas terbunuhnya beberapa elf. Bram dan Ares mencoba untuk menenangkannya namun Medina semakin marah dan berteriak melampiaskan kemarahannya.
Emma: "Itu bukan kesalahanku. Demon itu yang membunuh mereka dengan meminjam tubuhku. Lagi pula kalian sendiri yang memutuskan untuk menyerangku, atas dasar apa kau menyalahkanku?" Wolfy memandang Emma dengan tatapan heran.
Ares: "Emma, biar kami yang mengurusnya." Ares mendekat dan berbisik kepada Emma. Medina yang mendengar pembelaan Emma semakin marah.
Medina: "Dia bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun! Dasar keturunan demon!" Emosi Emma tiba-tiba memuncak mendengar perkataan Medina.
Emma: "Kau pikir kau hebat karna kau pelindung hutan dan bisa merendahkanku seperti ini?!" Emma berjalan mendekati Medina namun segera dihalangi beberapa pengawal Medina.
Emma mendorong mereka dan berusaha mendekati Medina. Wolfy dan Ares segera melerai dan menarik Emma mundur.
Wolfy: "Emma, Emma, stop."
Ares: "Ya ok. Bawa dia pergi dari sini atau akan ada pertarungan kedua. Gaia tolong tenangkan pikiran Emma." Gaia mengangguk dan mencoba menenangkan pikiran Emma.
Sementara Bram dan Ares berusaha berbicara baik-baik dengan Medina, Gaia dan Wolfy mengantarkan Emma pulang.
Wolfy: "Ada apa denganmu. Kamu nggak seperti kamu yang biasanya Emma."
Emma: "Aku hanya mengatakan faktanya. Memang bukan aku yang membunuh mereka kan."
Gaia: "Well ya, tapi tampak seperti pembelaan diri yang buruk jika kau yang mengatakannya sendiri."
Emma: "Apa salahnya? Memang kenyataannya seperti itu bukan?"
Wolfy: "Emma, ini bukan seperti dirimu. Dulu kamu bahkan menangis karna merasa bersalah saat demon masuk ke tubuhmu dan melukai elf."
Emma: "Oh please.. Jadi kalian lebih senang kalau aku menyalahkan diri sendiri karna mereka mati saat berusaha membunuhku? Aku yang membunuh demon yang kalian bahkan tak bisa mengurusnya. Kalian menyebut diri kalian human keeper?"
Wolfy dan Gaia terdiam mendengar ucapan Emma yang seolah-olah menuduh mereka tak bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Mereka saling bertatapan dan Gaia menghela nafas.
Gaia: "Aku lelah. Kau juga istriahatlah Emma. Aku akan pulang sekarang."
Wolfy mengambilkan handuk bersih dan baju ganti untuk Emma, memberikannya kepada Emma, menuntun Emma masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Wolfy: "Mandi air hangat ya, biar tubuhmu lebih relax."
Sementara Emma mandi, Wolfy memasak air panas dan membuat teh chamomile hangat yang ia siapkan untuk Emma. Ia menyodorkan teh hangat itu saat Emma sudah selesai mandi.
Wolfy: "Aku lega kamu bisa selamat dan demon itu sudah tak akan mengganggu lagi. Terima kasih, kamu mengorbankan dirimu untuk membantu membasmi demon. Istirahatlah, aku akan meninggalkanmu agar kamu bisa tidur nyenyak." Wolfy tersenyum dan mengecup kening Emma sebelum ia meninggalkan apartemen Emma. Ia mengecek message group dan pesan dari Gaia muncul.
Gaia: "What's wrong with her?!" Wolfy mengetik pesan balasan dengan cepat.
Wolfy: "Ada sesuatu yang terjadi padanya. Ini tak seperti dirinya sendiri. Besok kita bahas ini."
Ares: "Ya. Tampaknya seperti yang Erebus katakan dulu? Apa karakter sang demon sudah menurun kepadanya?"
Bram: "Mungkin saja. Ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu juga Wolfy. Besok kita bertemu."
-------------------------------------------------------------------------------------
Gaia: "Dia menuduh kita tidak menjalankan tugas kita dengan baik karna tak bisa mengurus demon itu. Bisa kau bayangkan Emma merendahkan kita seperti itu?"
Ares: "Tenangkan dirimu Gaia. Aku tau sikapnya sangat mengesalkan kemarin, kami bersusah payah untuk bernegosiasi dengan Medina. Belum lagi Luna yang menyulut emosi dan keadaan menjadi semakin panas kemarin." Ares menggelengkan kepalanya mengingat kejadian kemarin.
Bram: "Tampaknya, demon yang merasukinya adalah demon berkarakter apasmara. Karakteristiknya menunjukkan ketidakpedulian dan egois. Mungkin karakter itu sudah menurun ke Emma karena demon itu sudah berkali-kali merasuki tubuhnya."
Wolfy: "Apa ada cara agar dia bisa kembali seperti semula?" Bram menggeleng.
Bram: "Hanya Emma sendiri yang bisa menghilangkan karakter itu, dengan usaha dari diri sendiri untuk melawan sifat itu. Namun ada hal yang lebih mendesak sekarang Wolfy. Tentang hubunganmu dengan Emma, dan tentang Emma yang keturunan dari seorang demon, semua sudah terdengar oleh petinggi di Roma. Mereka memberi peringatan tentang berhubungan dengan demon ataupun keturunannya, adalah hal terlarang bagi human keeper." Gaia terkesiap mendengar berita yang baru disampaikan Bram.
Bram: "Mereka memperingatkan agar kau bisa segera menghentikan hubungan terlarang ini sebelum terlambat. Jika kau menolak untuk memutuskan hubungan ini dan meneruskannya, ada semacam hukum alam yang akan membuatmu menjadi serigala seumur hidupmu."
Suasana menjadi hening mendengar kabar yang mengejutkan dari Bram. Mereka tak bisa berkata-kata setelah mendengar hukuman yang akan terjadi.
Wolfy: "Kurasa aku tak bisa mengelak dari hukuman itu." Wolfy beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan mereka yang masih terdiam canggung.
Wolfy mendatangi apartemen Emma dengan perasaannya yang campur aduk. Ia berpikir, akankah ini menjadi hari terakhirnya bersama dengan Emma, apakah hukuman itu akan secepat itu mendatanginya?
Emma: "Hei, kamu datang. Bagaimana kalau kita pergi makan di cafe yang baru buka di dekat sini?" Wolfy tersenyum dan mengangguk.
Mereka menikmati waktu bersama, menikmati makan malam mereka hanya berdua saja sambil bercerita tentang banyak hal. Wolfy mengantar Emma sampai depan apartemen, kemudian Emma menariknya masuk ke dalam, menciumnya sambil berjalan mendekati sofa. Emma mendorongnya perlahan duduk di sofa dan Emma duduk di atasnya.
Wolfy mengecup Emma dan tersenyum sambil menyibakkan rambut Emma, membelai pipi Emma dengan lembut.
Emma: "Aku mengingat perasaanku padamu saat masa-masa kuliah dulu, aku menjadi stalker dan so creepy mengikutimu dan tak bisa berhenti memandangmu, bagaimana bisa kamu berakhir menyukaiku instead of kabur ketakutan?" Mereka berdua tertawa geli dengan pertanyaan itu.
Wolfy: "Hmm... Let's say.. aku menjadi terbiasa denganmu yang tergila-gila padaku, dan merasa kehilangan saat kamu tampak nggak peduli padaku lagi." Kedua alis Emma bertautan dan ia tertawa.
Emma menangkup wajah Wolfy dengan kedua tangannya dan kembali mengecup bibir Wolfy. Wolfy menarik pinggang Emma dan membalas kecupan Emma. Perlahan ciumannya semakin dalam, membuat mereka semakin tenggelam dalam perasaan cinta mereka.
----------------------------------------------------------------------------------------
Wolfy menyadari perubahan tubuhnya tanpa bisa ia kontrol sama sekali. Matanya berwarna kuning, dan jari-jari kaki dan tangannya yang menjadi cakar tajam. Ia menutup matanya sambil menundukkan kepala menghela nafas. 'Perubahan ini sungguh tak terelakkan..' pikirnya.
Ia mengenakan jaket hoodienya dan mengambil tas ransel yang tergeletak di kursi. Ia sadar tubuhnya akan berubah dan ia tak bisa mengontrolnya. Sebelum semua menjadi tak terkendali, Wolfy segera pergi menjauhi kota dan berlari menuju hutan yang terpikir olehnya.