Pagi ini Emma baru saja selesai menyiram tanaman yang ada di halaman kedai kecil yang ia miliki. Ia memetik beberapa selada, berencana membuat sandwich untuk sarapannya bersama Gaia dan yang lain.
Tujuh tahun telah berlalu dan banyak yang telah berubah di dalam hidup Emma. Ia berhenti dari pekerjaannya di perkantoran tiga tahun lalu saat Ares menawarkan tempat kecil ini. Saat itu kedai ini hanyalah rumah kosong yang tidak terurus, jauh dari kota.
Emma sering kali memasak dan memberikan masakannya kepada panti. Semakin hari ia belajar banyak resep dan semakin mahir memasak. Ia mempelajari menanam sayuran sendiri dan membuat kedai kecil yang ia jalankan bersama dengan Gaia, Cyclop dan Satyr.
Rumah kecil itu dua lantai, lantai dasar untuk kedai, lantai dua menjadi tempat tinggal Emma. Walaupun rumah itu tampak kecil, namun memiliki halaman yang cukup luas untuk dijadikan kebun sayuran mereka.
Tanaman merambat tampak menghiasi dinding kedai dengan cantik dan alami. Seeekor kucing mendatangi Emma.
"Miaaaaw.." Suaranya terdengar manja dan ceria.
Emma: "Oh morning Mimiaaaw... Aku sudah menyiapkan sarapanmu di sana.." Ia meletakkan wadah selada yang ia petik dan menunduk mendekati kucing gemuk yang menghampirinya. Dari sudut matanya, ia melihat seseorang melangkah masuk ke halaman. Secara refleks ia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang.
Dan dia berdiri di dekat pagar, mengenakan kemeja kotak-kotak biru tua dan kaos hitam. Wolfy. Mata Emma perlahan membesar saat menyadari siapa yang berdiri di dekat pagar, ia perlahan menegakkan tubuhnya, namun tak ada satu kata pun yang bisa ia keluarkan dari bibirnya.
Wolfy tersenyum kecil dengan mata yang berbinar cerah walaupun wajahnya tampak lelah.
Wolfy: "Hai." Emma terkesiap perlahan menahan nafasnya dan menutup bibirnya dengan telapak tangan, tak kuasa menahan haru yang ia rasakan saat ini.
Emma: "Ini beneran kamu? Bukan khayalanku?" Ia membayangkan hari ini di dalam benaknya setiap hari dan tak percaya hari ini akhirnya datang.
Wolfy: "Kalau aku hanya khayalanmu, kau ingin aku berbuat apa sekarang?" Wolfy menahan senyumnya.
Wolfy: "Apa khayalan bisa berjalan mendekati dan menyentuhmu?" Ia berjalan perlahan mendekati Emma yang masih terdiam di tempatnya berdiri. Wolfy berhenti satu langkah di depan Emma. Rambut Wolfy sedikit lebih panjang dan bergelombang. Ia mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Emma, namun ia menghentikan tangannya dan membiarkan tangannya mengambang di udara.
Wolfy: "Ah.. Aku lupa menanyakan ini sebelum menyentuhmu. Apa kamu masih menungguku, atau sudah ada seseorang yang menggantikan posisiku?" Wolfy mengangkat salah satu alisnya dengan wajah usil.
Emma yang masih terkejut, tak bisa mengucapkan satu kata pun karna perasaan haru membanjirinya, dan memandang Wolfy yang berdiri begitu dekat membuat matanya berkaca-kaca.
Wolfy: "Akan kuanggap ini sebagai perasaan bahagiamu melihatku, berarti.. kamu masih menungguku. Semoga aku nggak salah mengartikannya." Wolfy menyentuh pipi Emma dan perlahan mengecup keningnya.
Emma mulai terisak saat Wolfy mengecup keningnya, tak mampu membendung perasannya. Wolfy tersenyum dan memeluk Emma.
Emma: "Wolfy.." Suara Emma terdengar lirih.
Wolfy: "Maaf kamu menunggu begitu lama." Ia berbisik sambil membelai punggung Emma.
Cyclop: "Emma! Kau sudah melupakan Wolfy?! Siapa lelaki ini-" Wolfy melepas pelukannya dan menoleh sambil tersenyum. Cyclop yang datang bersama Satyr dan Gaia tampak terkejut dan berteriak tak percaya dengan sosok yang mereka lihat.
"Wolfy!!!" Mereka berteriak bersamaan dan berlari mendekat, memeluk Wolfy erat, Wolfy tertawa ringan menyambut pelukan teman-temannya.
Wolfy: "Kukira kau membenciku. Apa rasa bencimu sudah hilang setelah beberapa tahun tak melihatku?"
Cyclop: "Aku kesepian tak ada yang bisa kuajak bertengkar sepertimu!" Mereka tertawa mendengar balasan Cyclop.
Satyr: "Sejak kapan kau kembali ke wujud manusiamu? Dan bagaimana kau bisa tau tempat ini?"
Wolfy: "Kemarin. Aku langsung ke apartemen, dan bertemu Ares. Aku meminta Ares untuk merahasiakannya."
Gaia: "Hah?! Beraninya dia merahasiakan ini dariku!!"
Wolfy: "Tak kusangka kau menjaga Emma sampai tak boleh ada lelaki yang mendekatinya." Wolfy meledek Cyclop.
Cyclop: "Tentu saja. Sudah berapa banyak lelaki yang mendekatinya. Kalau tak kuingatkan pasti Emma sudah goyah!" Emma mendelik mendegar ucapan Cyclop.
Satyr: "Ah ya aku yakin Emma pasti goyah saat Jason mendekatinya." Satyr mengangguk-angguk menggoda Emma.
Gaia: "Oh that guy! Of course!" Emma menutup matanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Wolfy: "Thanks sudah menjaga Emma. I really appreciate it." Wolfy tersenyum sambil memandang teman-temannya.
Gaia: "Ayo kita masuk. Emma kita sarapan apa pagi ini?"
Emma: "Sandwich, aku sudah memetik seladanya disitu."
Mereka berjalan masuk untuk bersiap memasak sarapan dan membuka kedai. Wolfy menarik pinggang Emma, menahannya agar tidak masuk ke dalam kedai.
Wolfy: "Jadi, apa perasaanmu goyah saat Jason mendekatimu?" Ia berbisik di telinga Emma. Emma mengatupkan bibirnya, menahan senyum usilnya.
Emma: "Well, he's a good guy, and charming." Emma gagal menahan senyum usilnya.
Wolfy: "Hmm.. Apa kamu menyesal telah melewatkan si lelaki charming itu?" Ia mengerutkan kedua alisnya. Emma memandang Wolfy dan tersenyum, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Wolfy.
Emma: "I'll let you know." Ia berbisik dan tertawa kecil meninggalkan Wolfy yang menyipitkan kedua matanya mendengar jawaban Emma.
Cyclop: "So, apa yang terjadi selama beberapa tahun ini? Kau masih terus berada di hutan itu?" Tanya Cyclop saat mereka sudah duduk di meja dan sarapan bersama.
Wolfy: " Yes, Di hutan itu dan hunting every demon dari ujung utara sampai ke ujung selatan. Kurasa kalian sudah tau bahwa Gabriel datang menyampaikan pesan?" semua mengangguk dengan mata berbinar.
Wolfy: "Gabriel datang, dan mengatakan syarat agar bisa membantuku kembali ke wujud manusia. Seriously, 7 years such a very long time. Kukira saat dia mengatakan untuk membunuh sebanyak mungkin demon, paling lama 1 tahun. Aku hampir gila dan putus asa setelah masuk tahun ke 3. Tapi tak ada yang bisa kulakukan dengan tubuh berbulu selain berburu dan tidur." Satyr dan Cyclop bergumam setuju.
Gaia: "Ya 7 tahun sangatlah panjang, jadi nggak heran kan kalau Emma bisa saja goyah karna menunggu tanpa kepastian." Ia menggoda Emma sambil menyeringai.
Emma: "Hei! Siapa yang selalu mengingatkan tahun-tahun tanpa kepastian itu akan berakhir?!" tawa Gaia tergelak mendengar protes dari Emma.
Satyr: "Jadi apakah kau sekarang masih bisa berubah wujud, atau menjadi manusia seutuhnya?" Semua mata tertuju pada Wolfy, penasaran dengan jawabannya. Wolfy memandang teman-temannya satu per satu sebelum menjawab.
Wolfy: "I'm human, with no power." Semua tercengang dengan jawabannya.
Cyclop: "Really?! Mreka mencabut title human keeper mu?" Wolfy mengangguk. Mereka semua terdiam sambil menatap Wolfy.
Emma: "Apakah itu kabar buruk?" Emma bertanya dengan ragu.
Satyr: "Oh, kami bahkan tidak bisa menentukan apakah ini kabar baik atau buruk. this is the first time human keeper diturunkan menjadi human."
Gaia: "But its good for you two! Kau nggak akan menjadi lebih tua duluan Emma. Hahaha" Emma melirik Wolfy yang duduk di sampingnya sambil menahan senyumnya yang mulai merekah.
Wolfy: "Kamu menyukai ini?" Emma mengangguk pelan.
Emma: "Setidaknya nggak akan ada gangguan mengerikan lagi dari human keeper tentang hubungan terlarang dengan manusia." Wolfy tersenyum miring mendengarnya.
Wolfy: "Kudengar, Ares yang memberikan lahan ini?" Emma mengangguk.
Gaia: "Awalnya ini hanya lahan yang tak terurus, tapi setelah dirapikan dan dibersihkan lumayan juga kan? Dan sekarang human keeper punya tempat nongkrong mereka sendiri tanpa harus berpura-pura jadi manusia." Mata Wolfy membelalak.
Wolfy: "Maksudmu, mereka nggak perlu menyamarkan bentuk asli mereka?" Cyclop dan Satyr menggangguk dengan semangat.
Gaia: "Karna tempat ini jauh dari pusat kota dan cukup terpencil, hanya kami para human keeper yang tahu tempat ini. Awalnya kami cuma cerita tentang ada rumah kecil terpencil dan berencana untuk membuka kedai kecil. Dan ternyata mereka super excited. Well kita memang nggak punya tempat hiburan kan. Apalagi dengan para human keeper berkumpul, mereka jadi bisa saling menceritakan pengalaman mereka sehari-hari."
Satyr: "Super menyenangkan! kau bisa lihat keramaiannya nanti malam! Asik juga karna kita jadi bisa saling cerita pengalaman ketemu dengan demon level tinggi."
Wolfy: "Wow! That's... Kenapa tak pernah terpikir untuk membuat kedai khusus human keeper sejak dulu ya. Kita memang terlalu sibuk dengan urusan demon, sampai tak pernah terpikir untuk cari hiburan. Haha" Cyclop, Satyr dan Gaia bergumam setuju.
Emma: "Aku harus ke kebun sekarang. Bantu aku merapikan meja yah." Emma beranjak dari kursi dan berjalan keluar.
Cyclop: "Sip. Ayo kita siap-siap buka kedai."
Emma menyalakan penyiram otomatis di kebun dan mulai memetik beberapa sayur yang akan di gunakan untuk beberapa menu di cafe. Wolfy menghampirinya, perlahan memeluk Emma dari belakang.
Wolfy: "Rambutmu sudah panjang sekali sekarang." Emma tersenyum merasakan kehangatan tubuh Wolfy. Ia menyentuh tangan Wolfy yang melingkari pinggangnya.
Emma: "Kamu nggak akan pergi lagi tinggalin aku kan? Kamu akan selalu disini?"
Wolfy: "Wow, hari pertama kita bertemu lagi dan kamu sudah mengajakku tinggal bersama?" Wolfy melontarkan candaannya. Emma tertawa ringan mendegar candaan Wolfy.
Emma: "Hmm.. Kalau kamu menolak tawaranku, apa aku harus memberikan penawaran ini ke Jason. Mungkinkah dia masih berminat.." Wolfy membalikkan tubuh Emma menghadapnya.
Wolfy: "Ku trima tawaranmu. Jason out." Tawa Emma meledak mendegarnya. Ia memeluk Wolfy, menikmati matahari pagi yang menyinari mereka, merasakan kehangatan tubuh Wolfy yang memeluknya dan mengecup bahunya.
Wolfy: "Maaf membuatmu menunggu begitu lama. Ada satu hal yang membuatku menyesal karna nggak pernah mengatakannya kepadamu selama ini. I love you Emma. I know you feel the same, but i will ask you to make sure. Will you be my lady?" Emma menatap mata Hitam Wolfy dan senyumnya merekah.
Emma: "Forever i'm yours. Forever i do." Wolfy tersenyum kecil dan mencium bibir Emma perlahan.
Emma merindukan hangatnya bibir Wolfy, ia membalas kecupan demi kecupan. Ia berjinjit, sementara Wolfy memeluk pinggangnya erat dengan tangan kirinya, tangan kanannya membelai pipi Emma. Wolfy perlahan melepaskan bibirnya, berusaha menenangkan nafasnya.
Wolfy: "Aku akan melanjutkannya nanti, saat mereka nggak menonton kita lewat jendela." bisiknya sambil tersenyum. Emma melirik ke jendela dan tertawa melihat ketiga temannya menonton dari sana dengan mata berbinar.
Satyr: "Oh ayolah! Anggap kalian nggak melihat kita! Lanjutkan!" Mereka bersorak bersamaan membuat Wolfy dan Emma tersipu.
Wolfy: "Ayo kembali ke dalam. " Ia merangkul Emma dan berjalan bersama masuk ke dalam kedai kecil yang penuh dengan canda tawa.
Wolfy: "Oh, hai Ares. Kau datang juga."
Ares: "Hai. Aku hanya mampir sebentar. nanti malam Bram dan yang lain akan datang kesini juga."
Emma: "Wah nanti malam akan ada pesta penyambutan Wolfy?"
Ares: "Kurasa begitu, mereka nggak sabar mendengar cerita si bulu empat kaki ini berubah menjadi manusia." mereka tertawa sambil berjalan masuk ke dalam kedai.
Dari kejauhan terdengar samar-samar canda tawa dan celotehan mereka di dalam kedai kecil tersebut. Sesosok berbaju putih dan berambut ikal bersandar di dinding luar kedai itu sambil memandang ke dalam kedai. Ia tersenyum melihat kehangatan yang ada di dalam kedai itu, lalu ia berjalan menjauhi kedai dan menghilang.