Chereads / WOLFY (Humankeeper) / Chapter 25 - Part 25 - Keep coming back to you

Chapter 25 - Part 25 - Keep coming back to you

Emma mendekatinya dan mengecup bibir Wolfy. Emma hanya ingin mengecupnya sekali saja, namun ia mengecupnya lagi dan lagi seperti candu saat ia merasakan bibir Wolfy. Wolfy membalas kecupan Emma, tak kuasa untuk menolak bibir yang ia rindukan. Ia menarik Emma ke dalam dan menutup pintu.

Tiba-tiba kenangan-kenangan bersama dengan Wolfy muncul kembali di dalam pikiran Emma. Mata Emma melebar saat setiap kenangan kembali ke dalam pikirannya, ia menutup matanya dan sebutir air mata mengalir mengingat setiap rasa yang ia miliki untuk Wolfy.

Emma menyandarkan tubuhnya pada pintu dan melingkarkan kedua tangannya di leher Wolfy. Wolfy mengecup leher Emma kemudian kembali ke bibir Emma dengan terburu-buru. Emma menyusupkan tangannya ke dalam kaos Wolfy, menyusuri perut hingga dada bidang Wolfy. Ia merasakan otot Wolfy yang berkedut di setiap sentuhannya.

Mereka berjalan perlahan ke dalam kamar Wolfy tanpa bisa melepaskan bibir mereka. Wolfy melepas kaos yang ia kenakan dan menjatuhkannya ke lantai, membawa Emma ke dalam kamarnya. Emma mendorongnya ke dinding dan mencium setiap inci tubuhnya.

Wolfy menarik Emma ke dalam dekapannya dan mencium bibir Emma dengan perasaan yang membara, menyelipkan tangannya ke dalam baju Emma. Ia berhenti di pinggang Emma, merasakan kehangatan tubuh Emma. Ia meremas pinggang Emma, berusaha menahan diri.

Wolfy: "I can't hold it, please stop this Emma.." Wolfy berbicara dengan suara lirih saat Emma mencium belakang telinganya, warna matanya berubah menjadi kuning.

Emma: "Apa kamu mempermainkanku lagi sekarang? Menjauhiku lagi setelah ini?" Wolfy menatap Emma lekat-lekat, matanya kembali menjadi hitam.

Wolfy: "Kamu.. mengingatnya?" Emma mengangguk.

Emma: "Aku tak tau apa semua kenangan kita sudah kembali, namun aku mengingatnya. Kamu, yang selalu berusaha mendorongku jauh-jauh setelah kita kehilangan kontrol seperti ini."

Wolfy: "Itu demi-"

Emma: "Demi kebaikanku. Ya, alasan favoritmu." Wolfy terdiam tampak berpikir sambil menatap mata Emma.

Wolfy: "Aku bisa mengubah keputusanku, since kamu bukan manusia biasa seperti yang kukira sebelumnya." Wolfy tersenyum miring.

Emma: "What? Apa maksudmu?" Wolfy mencium Emma lagi, membungkam pertanyaan Emma.

Wolfy memeluk Emma erat, tak ingin melepasnya walau sebentar saja. Ia menggendong Emma dan menidurkannya di kasur, mencium kening Emma dengan penuh kelembutan.

Emma: "Kamu nggak akan menjauhiku lagi setelah ini?" Wolfy tersenyum dan menggeleng.

Wolfy: "Selama kamu nggak membagi perasaanmu ke dua pria." Wolfy menggodanya. Emma mengerutkan dahi berpikir siapa yang Wolfy maksud.

Emma: "Pak Jonathan?" Wolfy menaikkan sebelah alisnya.

Emma: "Owh.. Aku hampir menyerahkan hatiku sepenuhnya pada pria tampan itu. Mengingat kamu menolakku terus menerus." Wolfy mendelik pura-pura marah, membuat Emma tertawa geli.

Wolfy tersenyum dan mengecup bibir Emma perlahan. Namun Emma mendorong Wolfy ke dinding, mengangkat tubuh Wolfy dan mencekiknya dengan satu tangan. Mata Emma berubah menjadi hijau dan ia menyeringai memandang Wolfy yang kesakitan dan kehabisan nafas.

Demon: "Well, well, lovebirds. Apa yang akan gadis ini rasakan jika aku membuat dirinya sendiri membunuh kekasih tercintanya?" Tatapannya penuh hasrat membunuh.

Wolfy mendorong Emma dengan kekuatannnya hingga Emma terjatuh di atas kasur. Ia segera duduk di atas Emma dan mengunci kedua tangan Emma, Emma menertawainya. Emma memutarkan tubuhnya, membuat posisi Wolfy menjadi di bawahnya. Kuku Emma telah berubah menjadi panjang dan tajam, ia mencakar tubuh Wolfy hingga berdarah. Wolfy berteriak kesakitan saat Emma menusukkan kuku tajamnya ke dadanya.

Demon: "Oh dear, ini hanya permulaan. Tenang saja, aku hanya datang untuk bersenang-senang." Ia tertawa senang dan kemudian keluar dari tubuh Emma, menjadi dua cahaya hijau dan melesat keluar dari lubang exhaust.

Emma berteriak syok melihat Wolfy yang berdarah, tampak lubang kecil di dada Wolfy dan bekas cakaran yang cukup dalam.

Wolfy: "A-Ares.. Telpon Ares." Dengan kepanikan, Emma mengambil handphone dan mencari nama Ares dengan tangan yang bergetar ketakutan.

Ares: "Wolfy! Siapa yang- Demon itu datang lagi?!" Ia menatap Emma yang sudah menangis histeris.

Emma: "Maafkan aku.. maafkan aku.." Ia mengulang kalimat itu berkali-kali.

Ares segera memanggil Selena untuk membantu mengobati Wolfy. Selena datang dan memerikan ramuan untuk membantu menyembuhkan luka Wolfy lebih cepat. Selena berwajah pucat dengan rambut lurus panjang yang hitam. Ia melirik sinis melihat Emma yang masih terisak.

Selena: "Dia tak akan mati. Bisa kau tenang? Tetangga bisa mendengarmu dan melaporkan ini sebagai keributan di malam hari." Emma berusaha berhenti terisak dan menghapus air matanya.

Wolfy: "I'm fine Emma. Besok ini semua akan jauh membaik." Ia memberi senyum lemah sambil memandang Emma, berusaha menenangkan Emma.

Ares: "Apa demon itu merasuki Emma lagi dan menyerangmu?" Wolfy mengangguk.

Wolfy: "Dia bilang ini hanya permulaan. Sepertinya dia merencanakan sesuatu." Wolfy mengerang pelan menahan rasa sakit yang menyengat saat Selena mengoleskan gel berwarna hijau hasil tumbukan daun penyembuh.

Selena: "Besok oleskan lagi, dan minum ramuan ini. Aku harus berpatroli lagi." Selena pergi meninggalkan mereka.

Ares: "Maafkan Selena. Dia memiliki masa lalu kelam dengan kekasih yang mengkhianatinya. Dia, benci melihat pasangan yang memiliki hubungan harmonis." Emma mengangguk.

Ares: "Aku akan berjaga di sofa. Emma temani Wolfy disini." Emma mengangguk lagi.

Emma: "Maafkan aku.. Wolfy aku nggak mau melukaimu.. Bagaimana kalau dia datang lagi dan melukaimu lebih parah dari ini?"

Wolfy: "It's ok. Aku nggak akan segampang itu mati." Wolfy memberi senyum tipis.

Emma: "Aku nggak boleh dekat-dekat denganmu. Dia pasti akan datang lagi dan mencoba membunuhmu! Aku nggak mau itu terjadi!"

Wolfy: "Apa sekarang kamu akan menjauhiku? Demi kebaikanku?" Emma terdiam sementara Wolfy masih tersenyum tenang.

Wolfy: "Kamu pernah bilang, yang menentukan demi kebaikanku atau bukan adalah diriku sendiri."

Emma: "Kenapa nggak kamu habisi saja dia?!"

Wolfy: "Dia menggunakan tubuhmu, aku nggak bisa melukaimu Emma. Lagipula, kalungmu bisa meledak lagi kalau aku melukaimu. Biarkan aku istirahat malam ini, besok luka ini pasti sudah tertutup. Temani aku." Wolfy menarik Emma agar berbaring di sampingnya.

------------------------------------------------------------------------------------------

Ares: "Jadi ingatanmu sudah kembali? Kau ingat siapa kami sebenarnya?" Emma mengangguk dan memberi senyum lebar sambil memandang Ares, Bram, Gaia dan Erebus di depan perapian Erebus. Gaia memeluk Emma dengan senang.

Bram: "Kau sudah membaik?" Wolfy mengangguk.

Wolfy: "I'm a werewolf." Wolfy memberi senyum miringnya.

Erebus: "Emma adalah senjata yang ampuh bagi demon. Demon itu pasti sadar bahwa kau tak akan menyerang Emma saat dia merasuki Emma. Kau harus berhati-hati, dia sudah mengetahui kelemahanmu. Kita harus segera menjalankan rencana kita untuk membasminya, dengan Emma sebagai umpan." Mata Wolfy berubah merah dan wajahnya menegang menahan amarah.

Emma: "Apa.. apa yang kalian rencanakan? Menggunakanku sebagai umpan?" Erebus mengangguk.

Ares: "Demon itu tampaknya juga memiliki rencananya sendiri. Kita harus lebih waspada tentang itu."

Gaia: "Aku mendapat laporan dari human keeper yang bekerja di kepolisian, kasus manusia yang terbunuh semakin banyak. Dari ciri-cirinya, dapat dipastikan jiwa mereka dimakan oleh demon. Apa kira-kira yang sedang direncanakannya?" Erebus tampak menyadari sesuatu.

Erebus: "Dia.. sedang mengumpulkan power. Semakin banyak jiwa yang ia serap, akan semakin kuat pula sang demon. Semakin kuat, akan semakin sulit bagi kita untuk menghadapinya."

Bram: "Bagaimana kita membasminya jika ia berada di dalam Emma? Liontin Emma akan melukai kita jika kita menyerangnya."

Erebus: "Kurasa, liontin itu hanya akan meledak saat kita melukai Emma. Kita bisa menahan Emma dengan cage, dan memaksa demon itu keluar dari tubuh Emma. Baru kita bisa menebasnya dengan pedang api."

Bram: "Banyak yang berpikir untuk membunuh Emma saat demon merasukinya, agar demon ini bisa segera dibasmi. Pengorbanan satu manusia untuk menyelamatkan banyak manusia. Jadi rencana ini sebaiknya hanya kita yang tau. "

Erebus: "Kurasa kita harus mengakhiri pembicaraan kita, atau Wolfy akan segera berubah menjadi serigala yang mengamuk, dilihat dari mata dan cakarnya yang sudah merusak kursiku."

Emma memegang tangan Wolfy berusaha menenangkannya. Wolfy menoleh menatapnya, perlahan matanya kembali berwarna hitam saat Emma tersenyum dan membelai tangannya.

Gaia: "Bagaimana kalau kalian berdua merayakan hari jadi kalian dengan dinner bersama? Nikmatilah waktu kalian, aku ikut senang akhirnya kalian memutuskan untuk bersama!" Gaia menepuk-nepuk tangannya bersemangat.

Wolfy mengambil saran Gaia untuk pergi dinner dengan Emma, menikmati kebersamaan mereka berdua. Di tengah dinner, Gaia mendatangi mereka bersama dengan Ares, Satyr dan Cyclop. Satyr dan Cyclop memeluk Emma senang karena Emma sudah mengingat siapa mereka yang sebenarnya. Mereka menghabiskan malam bersama, mengobrol dan tertawa bahagia menikmati kebersamaan mereka.

EPILOG

Emma terbangun dari tidurnya, membuka matanya dan mengingat semua isi mimpi panjangnya. Seorang malaikat yang jatuh cinta dengan manusia dan diusir dari atas, menikahi wanita yang ia cintai dan menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan bahagia. Ia memberi taring yang ia rangkai menjadi liontin kalung kepada anak yang sangat ia sayangi. Kalung yang sama dengan yang ia gunakan saat ini.

Sosok Purson itu kembali di dalam mimpinya dan memberikan pesan dengan bahasa yang asing, namun Emma dapat mengerti apa isi pesan tersebut. Kali ini, ia mengingat semua isi mimpi dan pesan itu dengan jelas.