Pada saatnya, kesepian selalu digantikan dengan kesiapan. Tidak ada lagi yang bisa membuat hati Nichol menjadi hampa semenjak ada Raina disisinya.
Raina pun juga begitu. Ia meresapi setiap detik yang ia lalui bersama Nichol.
" Nic, kita akan selamanya seperti ini kan?" Raina menatap mata Nichol.
" Tentu!" jawab Nichol.
" Aku takut," ucap Raina.
" Apa yang kamu takutkan Rain?" Nichol memeluk Raina
" Bukan begitu maksudku. Aku takut kehilangan kamu,Nic." Raina melepaskan pelukannya dari tangan Nichol.
" Iya Rain, aku paham betul maksudmu. Tapi aku merasa cinta ini berhenti di kamu Rain." Ucap Nichol.
Raina pun tersenyum mendengar perkataan itu. Ia memeluk erat tubuh Nichol. Lelaki itu pun mencium keningnya sambil berbisik " Semuanya akan baik-baik saja,Rain."
Senja tiba. Matahari perlahan tenggelam. Nichol memberi isyarat kepada Raina. Ini saatnya untuk pulang.
...
" Selamat malam, Sayang. Kamu hati-hati, ya." Ucap Nichol sambil mengecup kening Raina.
Dibalik jendela rumahnya, Alvaro menatap ke arah mereka berdua.
Alvaro menghempaskan tubuhnya ke sofa. Malam ini ia harus menenangkan dirinya. Bahwa ternyata memang sakit melihat orang yang kita cintai dikecup mesra oleh orang lain.
Ia pun mencoba memejamkan matanya. Ia sadar. Ini karena kebodohannya sendiri tidak mampu mengutarakan perasaan yang sebenarnya kepada sahabatnya itu.
" Harusnya aku berani." Ucap Alvaro.
Ia mencoba menahan semua rasa sakit di dadanya. Pada saat itu ia mulai benci dengan dirinya sendiri dengan rasa yang tak kunjung hilang di dadanya.