Seharian Caithlin tidak fokus kuliah. Urusan cinta membuat konsentrasinya buyar.
" Caithlin, kalau tidak bisa fokus kamu boleh izin dari kelas ibu hari ini," ucap dosen nya.
Saat ini ia sedang menghabiskan waktu di kantin. Menatap layar ponselnya sambil menunggu pesan dari Alvaro. Tetapi tidak ada jawaban sekalipun dari layar ponselnya.
Terkadang lebih baik menjadi pengagum rahasia yang tetap menyembunyikan perasaan pada seseorang. Daripada dinyatakan tapi malah dia sama sekali tidak mencintaimu.
Jarum jam terus berputar. Caithlin tetap sabar dan selalu sabar menunggu kedatangan Alvaro hingga akhirnya lelaki yang Tah ditunggu-tunggunya itu pun datang juga.
" Al, aku mau ngomong sesuatu. Penting," ucap Caithlin.
" Iya, apa?" jawab Alvaro.
" Al, aku nggak mau menjalani hubungan dengan orang yang tidak jelas. Aku nggak mau mencintai orang yang sama sekali nggak mencintaiku. Aku lelah. Aku nggak tahan kalau kami kayak gini terus sama aku" Caithlin sangat emosi dengan Alvaro.
" Terus kamu maunya apa ?" tanya Alvaro.
" Aku mau kita putus." Jawab Caithlin dengan tegas.
" Aku tahu ini terbaik untukmu. Tapi bukanlah yang terbaik untukku." Caithlin menangis dan meninggalkan Alvaro sendirian.
Alvaro merasa bersalah. Namun, cinta memang tidak bisa dipaksakan. Ternyata ia memang tidak pernah mampu mencintai Caithlin. Hatinya hanya untuk Raina seorang.