Weekend pagi ini sudah terlihat wajah Heswa kembali berseri. Kemarin wajahnya masih diwarnai dengan ketegangan menanti pesan di e-mail apakah dia diterima atau tidak di perusahaan suaminya. Ternyata benar hasilnya memuaskan Heswa dan Tia diterima di perusahaan Jati tanpa campur tangan Jati.
Setelah drama meneganggkan yang mereka hadapi dan menanti hasil kerja keras Heswa, pasangan itu sudah mulai membangun hubungan hangat kembali.
"Alhamdulillah mas, aku diterima. Sekarang kamu percaya kan kalau aku bisa." Heswa membanggakan dirinya di depan suaminya.
"Iya, syukurlah kalau kamu bisa masuk tanpa membawa bawa nama suamimu ini." Jati tersenyum senang melihat Heswa yang kembali ceria. "Karena kamu diterima mari kita rayakan." Jati ingin menambah kebahagiaan istrinya.
"Mau kemana?" Heswa mengeryitkan dahinya.
"Sudahlah sana siap siap. Aku tunggu di mobil" Jati mengambil jaket dan kunci mobil serta dompetnya.
Heswa berganti pakaian dengan cepat tak lupa ia memasukan dompet dan ponsel di tas kecilnya. Sebelum keluar Heswa masih menyempatkan merias wajahnya tipis. Heswa segera menuju mobil yang sudah ada Jati menunggu di dalamnya.
"Mas, kita mau kemana?" Heswa masih penasaran.
"Aku lapar. Mau makan." Jawab Jati sambil mengulum senyum. "Kamu duduk diam dan santai saja."
Jati memacu mobilnya ke restoran.
Dengan jarak tempuh kira kira sepuluh menit mereka sampai di restoran Italia. Jati ingin memperkenalkan ke Heswa setengah darah dari dirinya. Mama Grace adalah orang Italia tapi dia bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar. Sudah lebih dari tiga puluh tahun orang paruh baya itu tinggal di Indonesia.
"Kenapa restoran Italia mas?" Heswa heran dan takut jika nanti makanannya tidak halal.
"Tenang saja. Di sini juga menyediakan yang halal kok." Jawab Jati sambil membukakan pintu untuk Heswa. "Kamu kan tahu aku lahir separuh darah Italia." Mereka duduk berhadapan.
"Hehehe.." Heswa lupa kalau suaminya ini setengah bule. Kebiasaan dia sukanya makan rendang.
"Aku lagi kangen masakan nenek. Karena nenek sudah tidak ada lagi jadi lebih suka kesini yang rasanya hampir sama." Jati melihat menu menu yang tertera.
"Aku gak tahu mas ini apa. Bahasanya juga gak ngerti" Heswa sedikit berbisik pada Jati. Jati hanya terkekeh mendengar bisikan dari Heswa.
"Aku saja yang pesan. Tapi kamu yang bayar." Jati mengedipkan sebelah matanya.
'Bayar? Duit dari mana coba!' Heswa mengerucutkan bibirnya sebal dengan membatin dalam benaknya.
Jati sudah selesai memesan makanan. Kali ini Jati memesan Prosciutto (pakai daging sapi), Pasta primavera, Gnocchi dan Gelato. Tak lupa Jati juga memesan kopi khas Italia dan air mineral (cari aman). Heswa hanya diam saja. Dia masih berpikir bagaimana bisa dia membayarnya.
"Mas, aku gak punya uang. Mau bayar pakai apa?" Heswa mendengus kesal kearah Jati.
"Kamu bawa kartu yang aku kasih dulu kan?" Jati terkekeh mendengar ucapan polos istrinya. Walaupun Heswa bukan wanita polos yang sesungguhnya. Jati hanya ingin Heswa mau menggunakan uang yang diberikan Jati.
"Iya aku bawa, lagian itu kartu masih tidur nyenyak di dompetku." Heswa mulai mengerti maksud Jati.
"Jadi bisa bayarkan?" Jati tersenyum puas karena berhasil menjebak Heswa untuk memakai kartu itu.
Saat semua makanan sudah keluar Heswa masih saja ragu. Jati meyakinkan Heswa bahwa makanan ini halal dan sesuai prosedur kok.
"Tenang saja, ini semua halal. DIJAMIN" Jati sengaja menekankan katanya agar istrinya yakin.
Mereka menikmati makanan yang sudah mengundang selera. Mereka segera melahap semua makanan tanpa sisa. mebuat perut terasa sedikit penuh.
Kali ini Jati menggandeng tangan Heswa saat keluar dari restoran. Mereka melenggang dengan santai menuju mobil. Perjalanan kali ini tidak mengarah ke rumah.
"Mas mau kemana lagi? kalau pulang lewat sini kan muternya jauh!" Heswa melihat kearah Jati dengan bibir manyunnya.
"Siapa bilang kita mau pulang? Aku masih belum puas. Kamu harus traktir aku lagi." Jati terkekeh melihat ekspresi Heswa kali ini.
"Tapi kan kita baru aja makan. Perutku juga udah gak muat!!" Heswa memgangi perutnya yang kekenyangan.
"Memangnya traktirannya cuma makan? Traktir kan bisa yang lain boss!!" Jati semakin cepat memacu mobilnya ke mall.
"Mas mau beli apa?" Heswa mulai mngeryitkan dahinya.
"Sudah ayo masuk dulu saja!!!" Jati menggandeng tangan Heswa menuju tempat yang menjual baju baju formal untuk perempuan.
"Mas ini kan baju perempuan. Masa kamu mau pakai rok?" Heswa mulai meragukan suaminya. Jati hanya tersenyum mendengar semua cicitan Heswa.
Jati mengambil beberapa pakaian kerja. Sesekali dia menempelkan beberapa pakaian di tubuh Heswa.
"Sepertinya cocok." Jati tersenyum manis di hadapan Heswa.
"Kenapa jadi beli baju buat aku? Kan katanya tadi mas yang minta ditraktir?" Heswa mendengus kesal.
"Kan aku yang ditraktir jadi suka suka aku mau ditraktir apa!" Jati kembali memilah milah pakaian yang tergantung.
"Ini namanya bukan nraktir kamu tapi belanja buat aku sendiri." Jati tak bisa lagi menahan tawanya.
"Mas, jangan ketawa aku lagi serius. Look!!" Jati mengarahkan pandangannya ke istrinya kali ini. "Aku masih punya baju mas, aku cuma mau belanja kebutuhanku bukan kemauanku." Heswa sangat kesal dengan Jati kali ini.
"Aku tahu tapi kamu kan mau magang. masa mau pakai itu itu aja. Ini kerja sayang bukan kuliah" Heswa mendengus kesal. "Jangan membantah!!" Jati kembali mengambil beberapa pakaian. "Bayar!!" Jati memrintah Heswa.
"Iya.." Heswa pasrah kali ini. Membuat Jati tersenyum menang. "Puas??" Jati kembali tertawa sambil membawa semua belanjaan.
Heswa masih saja cemberut dengan tingkah Jati kali ini. Tiba tiba saja Jati menyalip langkah Heswa dan pergi ke toko HP. Terlihat jelas mereka memamerkan beberapa prodak HP terkenal dengan fitur yang canggih.
"Mas, AKU UDAH PUNYA HP" Heswa menarik lengan suaminya agar menjauh dari sana.
"Tapi kamu butuh yang lebih canggih, jadi kamu bisa buat design pakai HP. Kamu kerja diperusahaan yang besar loh" Jati bertingkah pongah kali ini.
Heswa menggelengkan kepalanya dan bergegas masuk. Jati mengikuti istrinya dari belakang dengan tertawa lepas.
"Pak Jati?" Seorang menyapa Jati yang memilihkan smart phone untuk Heswa.
"Jati segera mengahampiri orang itu dan berbisik bisik dengannya." Laki laki itu hanya memangguk dan bergegas pergi.
Tak berapa lama orang itu memberikan goodie bag dan diberikan kepada Jati. Heswa sudah menebak nebak isinya. Jati menerima dan mengeluarkan kartu andalannya dari dompetnya.
"Kalau yang ini hadiah dariku! Jangan samapi tidak dipakai!!" Jati memberikan goodie bag itu ke Heswa.
"Maksih ya My pigheaded." Heswa tersenyum kecut kesuaminya.
Jati terus saja tertawa sepanjang jalan. Namanya juga pengusaha pasti tidak akan gampang menyerah dalam perdebatan.
Setelah membeli semua keperluan Heswa, Jati pergi ke toko kue untuk membeli kue favorit Heswa. Cara ampuh merayu istrinya hanya dengan blackforest. Mungkin hanya ini yang Jati tahu cara memanjakan Heswa.