Malang, 21 Juli 2020 pukul 02.10
Aku dengan kekalutan menanti sebuah kabar, kabar dari seseorang yang sangat berarti. Semalaman dadaku terasa sakit, hingga ku tak bisa bernafas. Aku menanti sebuah pesan dari seseorang yang aku cintai. Dia adalah pemilik hatiku, seorang laki-laki sempurna dengan kerendahan hatinya.
Jam terus berputar, menit pun berlalu dan detik pun berganti. Aku merasakan firasat buruk di dalam hatiku, hatiku tak tenang. Ku mencoba dengan segala kekuatanku untuk menanti kabar darinya. Jujur yang aku takutkan bukan perihal rasa namun perihal perpisahan yang tak kasat mata.
Aku berbaring di atas tempat tidurku, dengan perasaan gelisah, aku selalu melihat ke kontaknya takut jika ku membuka mata dan semua hanya kepalsuan belaka. Aku selalu melihat apakah ada notifikasi darinya, ternyata tidak. Beberapa hari ini kita merasakan bahagia yang nyata, sejak keluar dari dunia virtual kita merasakan kelegaan dan ketenangan. Kita merasakan bisa lebih fokus pada kehidupan nyata kita.
Suamiku, Aku berharap kita selalu bersama dalam suka dan duka, sakit maupun sehat, dalam setiap kondisi. Aku disini selalu menunggumu untuk pulang, karena aku adalah rumah ternyaman tempatmu pulang. Kamu adalah rasa paling nyaman dan indah yang pernah ku miliki, tempat ku bersandar sejauh ini. Aku berharap kita selalu bersama dalam segala keadaan, seberat apapun itu.
Aku tidak tahu harus memberi judul apa pada kisah kita. Kisah kita mengalir begitu saja, bagai aliran sungai menuju hulu. Ku ingin berteriak pada semesta tuk izinkan kita bersama. Ku ingin meminta izin kepada Tuhanku untuk mencintai dan di cintai oleh hambaNya.
❤️❤️❤️
Malang, 25 Juli 2020
Aku terdiam menatap langit biru, jam berdetak lambat menunjuk pukul 16.39 sore hari. Hari ini aku sepulang kerja hendak menyapa tuan pemilik hatiku. Aku berharap ada notifikasi muncul darinya, namun satu pun tak ada. Aku mulai mengkhawatirkannya, karena aku sangat merindukannya.
Rintik rindu berselimut dalam aliran nadiku, berdetak cepat seperti degup jantungku saat ada pesan darinya. Kesibukan kami, membuat kami jarang berkomunikasi, sekali berkomunikasi selalu terkendala jaringan yang pending. Air mataku mengalir membasahi alunan hariku. Aku terus menatap layar di handphoneku, berharap ada setitik kabar darinya walau hal itu hanya angan belaka.
Aku menangis setiap mengingat kebahagiaan kita dulu, dunia semu yang menawarkan kebahagiaan palsu yang bersifat sementara namun indah dan nikmat. Setiap detik yang kulalui denganmu sangatlah beharga bagiku. Setiap menit yang kita lalui bersama adalah kebahagiaan bagiku. Satu setengah jam setiap harinya membuatku merasa kurang, membuatku ingin bersifat egois meminta lebih namun di sisi lain aku sadar semua itu tak mungkin.
Aku selalu berharap kamu seperti kamu yang dulu, yang aku kenal. Aku hanya takut pada akhirnya kita hanya akan menjadi dua orang asing yang menjalani hubungan karena terbiasa bersama. Aku hanya takut kehilangan dirimu yang sangat aku cintai dan sayangi. Aku hanya takut semua kenangan tentang kita hilang begitu saja.
Jujur aku sangat merindukanmu Sean, seorang laki-laki sederhana, yang mencintaiku dengan caranya yang luar biasa. Dia sosok yang sangat special dan berarti bagiku, dia misterius sulit di tebak. Terkadang dia terasa begitu dekat namun detik berikutnya terasa sangat jauh hingga sulit di rengkuh. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya pemilik hatinya, sekarang, besok dan selamanya.
Perjuangan kita tidak lah muda, air mata sebagai saksi kisah kita. Air mata mewarnai perjalanan kisah kita. Rasa sakit berulang kali menghujam jantungku di saat hubungan kita berulang kali di ujung perpisahan. Kesabaran, kesetiaan, kepercayaan, keterbukaan adalah kunci hubungan kita.
Aku sangat mencintaimu, Tuan Sean Eldorado
Tertanda,
Puanmu yang terjebak dalam penantian beharganya❤️